Ada Lontar Aji Mas Ganda Purantaka Petak Berisi Tujuan Hidup Kemoksan
Penyuluh Bahasa Bali Lakukan Konservasi Lontar Druwen Krama di Kabupaten Klungkung
Penyuluh Bahasa Bali juga memberikan tips merawat lontar yang baik, seperti menyimpan lontar di tempat yang kering, dan lebih sering dibuka dan dibaca
DENPASAR, NusaBali
Dinas Kebudayaan Provinsi Bali melalui Penyuluh Bahasa Bali melakukan konservasi dan identifikasi lontar milik masyarakat (druwen krama) di Kabupaten Klungkung. Festival konservasi lontar itu digelar serangkaian dengan Bulan Bahasa Bali (BBB) ke-7 yang dipusatkan di dua tempat.
“Kali ini, kami melakukan konservasi lontar di Griya Sakti Desa Nyalian, Kecamatan Banjarangkan dan di Banjar Tiing Jajang, Desa Sakti, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung,” kata Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Klungkung, I Wayan Arta Diptha, Selasa (4/2). Karena itu, Tim Penyuluh Bahasa Bali ini membagi diri menjadi dua kelompok, sehingga bisa menyelesaikan dalam waktu telah disepakati.
“Awalnya, konservasi lontar hanya di Desa Nyalian, tetapi jumlahnya sedikit maka menambah di Nusa Penida lagi,” lanjutnya. Untuk konservasi lontar di Desa Nyalian, Tim Bahasa Bali mengonservasi lontar milik Ida Bagus Alit Putra Parwata merupakan Semeton Gria Sakti Nyalian. Konservasi dan identifikasi di griya ini melibatkan 18 orang penyuluh yang dimulai sejak pagi. “Dari sebanyak 31 cakep lontar yang dimiliki Ida Bagus Alit Putra Parwata itu, kami hanya bisa mengidentifikasi sebanyak 9 cakep lontar. Artinya, sebanyak 22 lontar yang belum kami bisa diidentifikasi, kebanyakan rusak,” paparnya.
Sebanyak 22 cakep lontar itu keberadaannya sudah banyak yang rusak. Artinya, lontar ini sebelumnya tidak mendapatkan perawatan yang baik. Bagian-bagian antara satu dengan lainnya tidak utuh. Sebagian lontar rusak dimakan rayap dan beberapa karena tak mendapat perawatan. Selain itu, ada pula lontar yang tidak lengkap karena sebagian ada yang hilang. “Lontar yang tidak lengkap atau helainya tidak nyambung, sehingga kami sangat susah mengindentifikasi,” jelas Arta Diptha didampingi tim penyuluh yang lain.
Sementara untuk konservasi di Desa Sakti, Kecamatan Nusa Penida milik I Ketut Tangkas. Konservasi lontar milik pria kelahiran, Tiing Jajang, 31 Desember 1972 itu melibatkan 14 orang Penyuluh Bahasa Bali. Jumlah lontar yang dikonservasi sama, yakni sebanyak 31 cakep lontar. “Kami bersyukur, semua lontar yang dimiliki warga atas nama I Ketut Tangkas ini bisa kami identifikasi dengan baik. Isi jenis lontar itu sangat beragam, mulai dari lontar tentang tutur, usada, dan tenung yang jarang dimiliki warga,” paparnya.
Menariknya, lanjut Arta Diptha, ada lontar unik yang ditemukan di Griya Sakti Desa Nyalian yaitu tutur Aji Mas Ganda Purantaka Petak yang berisi tentang tujuan hidup kemoksan. Lontar ini disimpan di gedong penyimpanan di merajan griya, sehingga jarang dibuka dan dibersihkan. Pada kesempatan itu, Tim Penyuluh Bahasa Bali memberikan tips-tips dalam merawat lontar yang baik, seperti menyimpan lontar di tempat yang kering, dan lebih sering dibuka dan dibaca. Tujuannya, agar lontar tersebut tidak rusak baik di tempat penyimpanan atau pada saat dibaca.
Kedua pemilik lontar ini pun, yakni Ida Bagus Alit Putra Parwata dan I Ketut Tangkas menyampaikan terima kasih kepada Dinas Kebudayaan Provinsi Bali dan Penyuluh Bahasa Bali yang melakukan pembersihan lontar, serta identifikasi, sehingga warisan leluhurnya lestari. “Kami selaku masyarakat berharap kepada Penyuluh Bahasa Bali, agar ke depannya tetap intens merawat lontar-lontar milik warga mengingat lontar ini merupakan warisan leluhur yang adiluhung,” harap Ida Bagus Alit Putra Parwata. 7 adi
Komentar