Tebing di Dekat Mercusuar Pecatu Longsor
Bendesa Tegaskan Tidak Terkait dengan Proyek Seawall
MANGUPURA, NusaBali - Tebing dekat Mercusuar di Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, longsor.
Kejadian tersebut tersebar di media sosial (medsos) sejak Minggu (2/2). Meski demikian, longsornya tebing tersebut tidak ada kaitannya dengan proyek Seawall Penanganan Keretakan Tebing Pura Luhur Uluwatu yang sedang berjalan.
Bendesa Adat Pecatu I Made Sumerta, membenarkan peristiwa tersebut. Menurutnya, longsor di area tersebut memang sering terjadi karena karakteristik tebing yang rapuh. “Iya, memang roboh, memang rentan longsor, sering terjadi longsor,” ujarnya saat dikonfirmasi pada Senin (3/2) siang.
Sumerta menegaskan tebing longsor tersebut tidak berkaitan dengan proyek pembangunan Seawall Penanganan Keretakan Tebing Pura Luhur Uluwatu yang tengah berjalan. Dia menyebut lokasi tebing longsor dengan proyek seawall berlokasi cukup jauh. “Tidak ada kaitannya dengan proyek seawall, jauh itu. Letaknya jauh dengan proyek seawall sekitar satu kilometer. Tidak ada kaitannya sama sekali,” tegas Sumerta.
Terkait potensi kerugian akibat longsor ini, Sumerta mengaku tergantung dari sudut pandang yang digunakan. Kalau air surut, kata dia, mungkin orang tidak bisa lewat area tersebut. “Selain itu mungkin pelemahannya kurang, jadi yang punya sertifikat tanah di sana jadi berkurang tanahnya,” kata Sumerta.
Lebih lanjut, pria yang juga menjabat anggota Komisi III DPRD Badung ini menjelaskan longsor di kawasan Pecatu bukanlah hal baru. Berdasarkan pengalaman di daerah sekitar seperti Labuan Sait dan Pantai Padang-Padang, kejadian serupa juga sering terjadi. “Saya sampaikan dari awal bahwa bebatuan karakteristik di sana, saya tidak ahli di bidang itu. Dari Labuan Sait, Padang-Padang, memang banyak longsor, bukan baru. Termasuk di sebelah timur Pura Goa Batu Metandal,” tuturnya.
Dia berharap agar pemerintah dapat mengkaji kondisi tebing yang rentan longsor. Hal itu sangat diperlukan agar jangan sampai tebing longsor berdampak pada keselamatan masyarakat maupun wisatawan yang beraktivitas di sekitar. Terlebih perkembangan akomodasi wisata kini kian mengarah dekat tebing.
“Sebelum penataan Pura Uluwatu usulan itu sudah pernah kami sampaikan. Kalau bisa karakteristik tebing yang rapuh agar dikaji, itu sekitar tahun 2019 sudah kita sampaikan. Semoga ini dapat dikaji agar jangan sampai kita heboh setelah kejadian. Risiko-risiko ini perlu kita petakan demi keselamatan dan kenyamanan bersama,” kata Sumerta. 7 ol3
Komentar