nusabali

Gambar Siwa di Kelab Malam, PHDI Bali Layangkan Somasi Terbuka

  • www.nusabali.com-gambar-siwa-di-kelab-malam-phdi-bali-layangkan-somasi-terbuka

DENPASAR, NusaBali - Media sosial dihebohkan dengan sebuah unggahan yang menunjukkan visualisasi Dewa Siwa menjadi video latar pertunjukan musik DJ di sebuah kelab malam besar yang informasinya berada di wilayah Badung, Minggu (2/2).

Video kontroversial yang direkam di dalam kelab malam ini pun menuai beragam reaksi. Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali pun menyayangkan video viral di media sosial yang memperlihatkan gambar Dewa Siwa menjadi latar belakang pertunjukan musik elektronik disc jockey (DJ). 

Sekretaris PHDI Bali Putu Wirata Dwikora mengatakan walaupun belum diketahui siapa di balik dugaan pelecehan itu, PHDI mengeluarkan somasi terbuka terhadap kelab malam yang melecehkan keyakinan agama Hindu tersebut. Ia meyakinkan, pihaknya akan menelusuri di mana dan siapa di balik penayangan simbol agama Hindu di situasi yang tidak sepantasnya. Sembari mencari tahu, Wirata menegaskan pihaknya tidak akan menunggu untuk membuat somasi terbuka. 

“PHDI Bali telah menyiapkan surat somasi terbuka bagi pelaku penayangan itu untuk mengklarifikasi,” ujar Wirata dikonfirmasi NusaBali, Minggu (2/2). Wirata menegaskan, pihaknya tidak akan pandang bulu menanggapi persoalan ini. Ia meminta siapa pun pelakunya agar mengklarifikasi dan bertanggung jawab. Dia menyampaikan perasaan umat Hindu yang merasa dilecehkan dan dinodai keyakinannya lantaran dewa yang seharusnya disucikan dan dipuja di pura maupun tempat suci lainnya malah ditempatkan di tempat yang kurang tepat.

"Tapi kami ingin juga mendengarkan apa alasan mereka menayangkan di tempat seperti itu, ada nggak alasan yang bisa diterima. Walaupun kami nggak langsung ‘judge’ tapi umat Hindu merasa dilecehkan, dinodai keyakinannya. Tapi kami membuka silakan untuk klarifikasi," jelas Wirata. 

Dalam somasi terbukanya, Tim Hukum PHDI Bali menyayangkan dan mengecam tindakan dan perbuatan siapapun yang bertanggung jawab di kelab malam yang menggunakan simbol Dewa Siwa sebagai latar belakang dalam layar di tempat hiburan tersebut di manapun berada, karena bagi umat Hindu tindakan terrsebut merupakan pelecehan, penistaan dan penodaan terhadap keyakinan, karena bagi umat Hindu, Dewa Siwa adalah manifestasi Tuhan sebagai ‘pamralina’ yang sangat disucikan.

PHDI Bali mendesak siapapun yang berada di balik perusahaan yang dalam status pemilik akun menyebutnya sebagai ‘club terbesar’ untuk bertanggungjawab baik secara hukum maupun pertanggungjawaban dari aspek-aspek sosial dan budaya, atas perbuatan menggunakan simbol Dewa Siwa sebagai latar belakang tayangan di tempat hiburan yang diduga sebagai klub hiburan dimanapun berada, karena bagi umat Hindu, simbol Dewa Siwa adalah simbol keagamaan yang suci dan dipuja di tempat-tempat suci seperti Pura, dan bukanlah tempatnya menggunakan dan menampilkannya di tempat hiburan. 

Kepada aparat penegak hukum dari Kepolisian agar memberikan atensi yang serius secara hukum atas munculnya tayangan link media social dengan melakukan penyelidikan sebagaimana peraturan perundangan yang berlaku, dan pejabat penyelenggara negara lainnya, agar secara sungguh-sungguh memperhatikan potensi dampak sosial dari tayangan tersebut. Selanjutnya kepada pelaku agar paling lambat dalam waktu 7 x 24 (tujuh kali dua puluh empat jam) menyampaikan klarifikasi dan permintaan maaf atas perbuatan yang dilakukan.

Dari video yang viral di media sosial, tampak sebuah kelab malam dipenuhi pengunjung. Dinarasikan, kelab itu sebagai salah satu kelab malam terbesar di Bali. Suara musik disko yang dimainkan DJ mengentak. 

Suasana kelap-kelip dengan ornamen merah. Gambar Dewa Siwa berukuran besar tampak mencolok di latar belakang panggung DJ. Mayoritas warganet pun menyayangkan adanya simbol suci Hindu ditampilkan dan diekspresikan di tempat yang tidak semestinya. 

“Bukan fanatik, tapi ini gak etis,” tulis @lesmana_kd7. Di sisi lain, ada pula warganet yang tidak mempermasalahkan lantaran hal ini bentuk ekspresi seni dan sudah lumrah pada aliran musik trance. Ada pula yang menilai bahwa cara pandang agama Dharma berbeda menyikapi hal semacam ini. “Dalam ajaran Abrahamic (Samawi), mungkin pemakaian visual di atas dapat dianggap sebagai penistaan, namun dalam Dharma pemujaan dapat dilakukan dalam bentuk apapun, bahkan dalam bentuk euphoria sekalipun,” tulis @ibma89 yang berargumen dari sudut pandang Bhairawa Tantra/Siwa Tantrayana. 

Meski begitu, warganet menilai bahwa kelab malam tersebut tidak dalam situasi melakukan ritual pemujaan dewa. Di samping itu, tamu di kelab malam tersebut, kata warganet, lebih banyak yang beragama non Hindu sehingga menjadi tidak pantas. 7 adi, ol1

Komentar