ESDM Bali: Distribusi Elpiji 3 Kg Tak Tepat Sasaran
Kadisnaker dan ESDM Bali Ida Bagus Setiawan mengatakan pengawasan terhadap distribusi gas bersubsidi ini bukan hanya tugas dinas teknis, namun semua komponen pemerintah di kabupaten/kota.
DENPASAR, NusaBali
Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Bali Ida Bagus Setiawan menyebut faktor distribusi gas elpiji bersubsidi 3 kilogram yang tidak tepat sasaran jadi sebab kelangkaan di pasaran saat ini.
“Tugas kami membantu mengajukan kuota berdasarkan KTP Bali, dan hitung-hitungannya itu pasti aman kalau tepat sasaran,” ujar Setiawan, Jumat (31/1).
Setiawan mengatakan pengawasan terhadap distribusi gas bersubsidi ini bukan hanya tugas dinas teknis, namun semua komponen pemerintah di kabupaten/kota.
“Permasalahannya begitu tidak tepat sasaran, tidak menggunakan kuota (yang telah disiapkan) siapa yang mengendalikan? Kan seharusnya semua pihak,” ucapnya.
Terkait harga gas subsidi melambung di pasaran, Setiawan mengatakan, masyarakat yang berhak sebaiknya membeli gas elpiji 3 kg di pangkalan, sehingga memperoleh harga standar Rp 18.000 per tabung.
“Harusnya kan di pangkalan dengan menunjukkan NIK, karena dia supaya terdata,” tandasnya.
Menurut Setiawan, pemerintah hanya bisa mengontrol harga hingga di tingkat pangkalan. Sementara harga di tingkat pengecer pastinya ditentukan mekanisme pasar. Semakin langka keberadaan gas elpiji 3 kg, maka harga di tingkat pengecer akan semakin tinggi.
Harga elpiji 3 kg di tingkat pengecer saat ini berada di kisaran Rp 23.000 – Rp 25.000 per tabung. “Pemerintah daerah pasti akan pusing, gimana mau ngontrol. Itu kan di pangkalan Rp 18.000 kenyataan di lapangan ada pengecer,” kata Setiawan.
Pemerintah Provinsi Bali, kata Setiawan, sudah berusaha menambah kuota elpiji 3 kg di Bali untuk mengatasi kelangkaan dan harga yang tinggi. Pada akhir November pihaknya sudah bersurat mengantisipasi hari raya di bulan Desember 2024 hingga Februari 2025. Pada saat rapat terakhir dengan pemerintah pusat, penambahan kuota gas elpiji 3 kg di Bali itu sudah dijamin.
“Itu sudah disanggupi oleh Pertamina,” ujarnya.
“Tetapi yang tidak bisa menjadi jaminan adalah kalau penggunaannya tidak tepat sasaran. Kuota 100 yang pakai 500, pasti minus kan. Nah, ini yang terjadi di Bali,” sambungnya.
Kelangkaan elpiji 3 kg di Bali sebenarnya hanya terjadi wilayah Denpasar, Badung, dan sekitarnya.
Tim Pengawasan Terpadu Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Bali bersama PT Pertamina, Hiswana Migas, dan Satpol PP beberapa waktu lalu juga telah melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah pangkalan di Denpasar Selatan dan Denpasar Barat.
Pada saat sidak, ditemukan adanya praktik kecurangan oleh oknum pemilik salah satu pangkalan yang menyebabkan terbatasnya ketersediaan gas elpiji di masyarakat.
Ketua Tim Pengawasan Terpadu Disperindag Provinsi Bali I Wayan Pasek Putra, mengungkapkan bahwa kelangkaan terjadi karena sejumlah pangkalan tidak mendistribusikan seluruh kuota elpiji 3 kg yang mereka terima. 7 adi
Komentar