nusabali

2017, Impor Gula Putih Naik 100 Persen

  • www.nusabali.com-2017-impor-gula-putih-naik-100-persen

AGI menyarankan pemerintah tidak memutuskan impor mendadak di akhir tahun

JAKARTA, NusaBali
Para pengusaha pabrik gula lokal yang tergabung dalam Asosiasi Gula Indonesia (AGI) memprediksi, produksi gula nasional tahun ini hanya 2,3 juta ton. Turun dibanding 2015 yang sebesar 2,5 juta ton. Penurunan ini merupakan dampak el nino di 2015, dan ancaman la nina di Oktober 2016.
 
Agroklimat ekstrim kering membuat tanaman tebu yang ditanam pada awal 2015 mengalami stagnasi pertumbuhan akibat stres air. Sehingga produktivitas tebu per hektar menurun, dari 67,6 ton/ha pada 2015 menjadi ‎66 ton/ha pada 2016.

Akibat anjloknya produksi gula tahun ini, diprediksi terjadi defisit ketersediaan gula pada Februari 2017. Asosiasi Gula Indonesia (AGI) memperkirakan butuh impor gula kristal putih (GKP) setidaknya 400.000 ton, untuk memenuhi konsumsi rumah tangga pada awal 2017.

Jumlah GKP impor yang dibutuhkan untuk 2017 tersebut meningkat 100 persen dibanding 2016 yang sebesar 200.000 ton.

"(Produksi 2016) yang kita perkirakan 2,3 juta ton ini, sudah termasuk dampak la nina. Minimal perlu impor setidaknya 400.000 ton GKP," kata Direktur Eksekutif AGI, Tito Pranolo, dalam Sugar Outlook 2016 di Gedung Gula Negara, Jakarta, Rabu (13/1).

Tito menjelaskan, gula yang tersedia di 2016 ini kira-kira mencapai 3,317 juta ton. Jumlah tersebut berasal dari stok gula di awal tahun, yang merupakan sisa hasil produksi pada 2015 sebesar 817 ribu ton, gula hasil penggilingan tebu pada 2016 sebanyak 2,3 juta ton, dan impor 200 ribu ton untuk menutup defisit pada April 2016.

Dari 3,317 juta ton GKP tersebut, sebanyak 2,82 juta ton akan habis dikonsumsi sepanjang 2016, karena kebutuhan per bulan 235 ribu ton. Maka, pada akhir 2016 akan ada sisa 517 ribu ton untuk stok awal 2017.

Dengan perhitungan konsumsi gula untuk kebutuhan rumah tangga sebesar 235 ribu per bulan, maka stok sebanyak 517 ribu ton tersebut hanya cukup sampai pertengahan Maret 2017‎, sedangkan musim giling tebu baru mulai Mei, Artinya, ada defisit gula yang harus dipenuhi dari impor untuk pertengahan Maret sampai awal Mei 2017. Jumlahnya sekitar 400.000 ton.

"Ada 3,317 juta ton tersedia di 2016. Dikurangi 2,82 juta ton, maka sisa 517 ribu ton. Kalau konsumsi per bulan 235 ribu ton, maka stok akan habis di pertengahan Maret (2017). Maka harus impor kira-kira 400.000 ton," papar Tito dilansir detik.

Pihaknya menyarankan agar pemerintah melakukan antisipasi sejak jauh-jauh hari, tidak memutuskan impor secara mendadak di akhir tahun. Bisa saja antisipasi dilakukan beberapa bulan sebelum 2016 berakhir, dengan mengimpor gula mentah (raw sugar) untuk disimpan lalu diolah pabrik-pabrik gula lokal untuk memenuhi kebutuhan saat ada defisit.

"Di 2016 produksi turun, impornya pasti naik. Jadi tinggal mau impor GKP di akhir tahun yang nggak ada value added atau raw sugar untuk kita olah di PG (pabrik gula)," tutupnya.
Diakuinya, masuknya 420 ribu ton gula mentah impor ke pabrik gula lokal berpotensi menjatuhkan harga gula lokal dan merugikan petani tebu. Tetapi, ada banyak keuntungan jika yang diimpor untuk menutup defisit pada 2017 bukan GKP melainkan gula mentah.

Pertama, pemerintah bisa melakukan antisipasi sejak jauh-jauh hari. Kedua, biaya produksi gula lokal bisa ikut turun karena digiling bersamaan dengan gula mentah, sehingga seluruh kapasitas pabrik gula terisi. Ketiga, ada nilai tambah yang tercipta di dalam negeri karena adanya proses pengolahan gula mentah menjadi GKP. 7
 
Persediaan Gula RI
Sisa produksi 2015      817 ribu ton
Produksi 2016             2,3 juta ton
Impor                          200 ribu ton
Stok 2016                   3,317 juta ton
Konsumsi                    2,82 juta ton
Sisa                             517 ribu ton

Komentar