nusabali

Pasca Operasi Tumor, Kaki Lumpuh

  • www.nusabali.com-pasca-operasi-tumor-kaki-lumpuh

Derita Kemiskinan I Nengah Ada di Peninjoan, Bangli

BANGLI, NusaBali

Pasca menjalani operasi tumor jinak, I Nengah Ada,44, mengalami kelumpuhan pada kedua kaki. Pria asal Banjar Pulesari Kangin, Desa Peninjoan, Kecamatan Tembuku, Bangli, ini harus terbaring di tempat tidur, tanpa bisa beraktivitas jenis apapun.

Nengah Ada menuturkan, sebelumnya dokter mendiagnosis ada tumor jinak pada ginjalnya sebelah kanan. Saat dia buang air kecil selalu mengeluarkan darah. Gumpalan darah keluar bersamaan air mani. Meski keluar darah, dia tidak merasakan sakit apapun. "Kejadian itu sekitar 2 tahun lalu, dan saya tidak merasa sakit, hanya kaget kenapa ada gumpalan darah yang keluar saat kencing," ungkapnya Kamis (7/9).

Tidak berselang lama, terjadi pembengkakan pada perut. Nengah Ada yang ketika itu bekerja sebagai buruh pemetik cengkih di wilayah Buleleng, terpaksa pulang ke Banjar Pulesari Kangin. Sempat memeriksakan kondisi pada dokter umum di wilayah Desa Tembuku, Bangloi, kemudian disarankan untuk ke rumah sakit. Dia pun berobat ke RSUD Sanjiwani,  Gianyar.

Setelah menjalani pemeriksaan dokter, Nengah Ada disebut positif menderita tumor jinak pada ginjal. Dia dirujuk ke RSUP Sanglah Denpasar. "Di RSUP Sanglah saya dioperasi pada Maret 2016," ujar ayah dua anak ini. Pasca operasi, kondisi Nengah Ada cukup bagus, masih bisa beraktivitas ringan di rumah.

Namun tiba-tiba kakinya lemas dan sulit untuk digerakkan. Akhirnya, dia dibawa ke dokter, dan diarahkan kembali untuk ke rumah sakit. Selama 11 hari, Nengah Ada kembali menjalani perawatan di RSUP Sanglah Denpasar. Dia disarankan untuk dioperasi. "Katanya ada saraf kejepit. Bila melakukan operasi hasil 0 persen kesembuhannya. Operasi atau tidak kondisi sama seperti ini. Kami memilih untuk pulang saja," tambah istri Nengah Ada, Ni Made Gita.

Akhirnya Nengah Ada hanya dirawat di rumahnya. Dia pun kini tidur di dapurnya. Sebetulnya rumah yang ditempati saat ini hasil bedah rumah. "Sebelumnya saya tidur di kamar sebelah, tapi dingin maka pindah tidur di dapur. Istri kasian, saya kena kepulan asap dapur, makanya dapur dibuatkan emperan," ujarnya.

Nengah Ada dibantu saudaranya bila ingin ke kamar mandi. Mengingat sang istri tidak mampu menggendongnya. Upaya pengobatan secara tradisional sudah dilakoninya, namun tidak ada perubahan.

Sebelum lumpuh, kaki kirinya mengecil dan kini ukuran kedua kaki tidak normal. Nengah Ada pun berharap bisa memiliki kursi roda, sehingga bisa keluar kamar, paling tidak bisa menikmati sinar matahari.

Bekas operasi masih nampak jelas di bagian perut Nengah Ada. Belakang tumbuh benjolan pada kepala bagian atas dan bagian belakang. Diakui benjolan bagian atas keras, sedangkan bagian belakang lembek. Dia sudah memeriksakan ke dokter, namun tidak ada tindakan yang diambil.

Setelah sakit, pihaknya mulai mendapat bantuan beras miskin dan kini sudah memiliki jaminan kesehatan. Selama masa pengobatan, Nengah Ada sampai meminjam uang Rp 20 juta di LPD, dan baru dibayarkan Rp 15 juta. Dia bersyukur karena diberikan keringan dalam membayar hutang. Bila tidak, telat membayar tidak kena denda atau kelipatan.

Pasca sakit, Nengah Ada tidak bisa bekerja, kini keluarganya hanya mengandalkan penghasilan istri sebagai buruh tani. Penghasilan Rp 15.000 -Rp 20.000/hari dan itupun tidak menentu. Nengah Ada memiliki dua anak yakni Ni Wayan Miniasih dan I Kadek Widiasa.

Karena keterbatasan ekonomi, Miniasih tamat SMP. "SD dan SMP dapat beasiswa tapi saat mau melanjutkan tidak ada beasiswa, anak saya memilih berhenti sekolah dan sekarang jadi buruh pengupas buah nangka," ucapnya sembari menangis. Sedangkan Kadek Widiasa kini duduk di bangku XII Jurusan Jasa Boga di SMKN 1 Tembuku, Bangli.

Kadek Widiasa pun prihatin dengan kondisi orangtuanya hingga harus mencari biaya sekolah. Dia berhenti sekolah, namun orangtua mendorongnya agar tetap sekolah. Biaya sekolah untuk semester ini pun dia belum membayar. "Semester ini bayar Rp 450.000 untuk enam bulan, belum dibayar. Sementara pihak sekolah tidak mengejar. Tapi kalau sampai akhir semester tidak dibayar mungkin dikejar untuk bayarnya," ungkapnya tertunduk. *e

Komentar