nusabali

Kedua Kaki Korban Masih Terkubur

  • www.nusabali.com-kedua-kaki-korban-masih-terkubur

Sebagian jasad korban Ketut Sutarsana, 50, yang tewas tertimpa batu, sudah berhasil dievakuasi dari dasar tebing penggalian batu pilah di Banjar Alas Sari, Desa Pacung, Kecamatan Tejakula, Buleleng.

Evakuasi Korban Longsor Galian Batu Pilah Dihentikan

SINGARAJA, NusaBali
Namun, kedua kaki korban masih terkubur di bawah longsoran batu pilah. Meski demikian, tim gabungan dari Basarnas, BPBD Buleleng, TNI, Polri, dan prajuru adat putuskan untuk hentikan proses evakuasi potongan tubuh yang terkubur ini, Senin (4/9) pagi.

Korban Ketut Sutarsana, asal Banjar Alas Sari, Desa Pacung, merupakan satu dari dua pekerja yang tertmpa longsor saat aktivitas penggalian batu pilah pada kedalaman sekitar 15 meter, Minggu (3/9) sore pukul 15.00 Wita. Satu korban lainnya adalah Komang Kardiasa, 27, juga asal banjar yang sama.

Korban Komang Kardiasa berhasil dievakuasi dalam kondisi selamat, namun luka parah, Minggu petang pukul 18.30 Wita setelah sempat terjepit batu selam 3,5 jam. Komang Kardiasa yang patah tulang langsung dilarikan ke RSUD Buleleng di Singaraja untuk menjalani perawatan intensif. Sedangkan bagian atas tubuh korban tewas Ketut Sutarsana baru berhasilk dievakuasi dari dasar tebing galian batu pilah, Senin dinihari sekitar pukul 03.15 Wita. Proses evakuasi jasad Sutarsana memerlukan waktu pangang selama 12 jam lebih.

Sayangnya, sepasang kaki korban tewas Sutarsana masih terkubur di bawah reruntuhan batu pilah. Kedua kaki korban terputus oleh tajamnya batu pilah saat longsor. Meski masih terkubur, proses evakuasi sepasang kaki korban terpaksa dihentikan, karena galian tambang batu pilah itu berisiko tinggi. “Dari hasil rembuk dengan Bendesa Adat Pacung, Kelian Dusun Alas Sari, dan Perbekel Pacung, pencarian dihentikan pagi ini, meskipun masih ada dua kaki korban yang tertimbun,” ungkap Kepala Kantor SAR Denpasar, Ketut Gede Ardana, yang ditemui di lokasi TKP musibah di Desa Pacung, Senin kemarin.

Ardana menyebutkan, proses evakuasi korban tewas Sutarsana cukup rumit, hingga membutuhkan waktu 12 jam lebih. Saat berhasil dievakuasi, jasad korban Sutarsana sudah dalam kondisi tidak utuh. Bagian perut ke bawah terjepit dan terkubur bawah bebatuan besar berdiameter 5 meter, hingga sangat sulit bagi tim gabungan untuk lakukan evakuasi. Bahkan, kata Ardana, di sekitar timbunan badan korban tidak ditemukan tanda-tanda kedua kakinya.

Sementara, Kepala Pelaksana BPBD Buleleng, I Made Subur, mengatakan kedua kaki korban kemungkinan Sutarsana terputus saat dihantam longsoran batu pilah. Tubuhnya pun kemudian terdorong oleh bebatuan besar berikutnya. “Memang segala upaya terus kami lakukan. Tapi, dari hasil rembuk keluarga bersama pihak banjar dan desa, diputuskan untuk hentikan evakuasi. Sebab, kondisi tambang terlihat sangat berbahaya. Jangan sampai ada korban lagi,” ujar Made Subur di lokasi TKP, Senin kemarin.

Sedangkan Perbekel Pacung, Made Yasa, mengatakan keputusan yang diambil sudah merupkaan hasil rembuk semua pihak. Bahkan, pihak keluarga korban sudah mengiklaskan dan setuju untuk menyelesaikannya secara dresta dan upacara. Rencananya, pihak Desa Pakraman Pacung akan menggelar pecaruan agung berupa Tawur Balik Sumpah dengan sarana kerbau, menyusul musibah maut di areal penam-bangan batu pilah ini. Hanya saja, waktunya masih akan dirembukkan kembali, mengingat saat ini ada dua dadia yang sedang membangun tempat suci.

“Kami putuskan untuk menghentikan pencarian (kedua kaki korban tewas, Red). Tapi, karena ada yang tertinggal di sana, menurut dresta kami, itu dianggap leteh (kotor secara niskala). Kami pun akan menggelar upacara Tawur Balik Sumpah bersaranakan kebo (kerbau),” jelas Perbekel Made Yasa.

Menurut Made Yasa, keberadaan tambang batu pilah di Desa Pacung mulai dieksploitasi sejak tahun 1980-an. Penambangan batu pilah di Banjar Alas Sari, Desa Pacung menjadi dilema tersendiri bagi ratusan warganya, yang mencari sumber penghasilan disana. Apalagi, prospek batu pilah saat ini sangat menjanjikan dan banyak dicari untuk bangunan rumah hingga ke luar Bali.

Namun, dengan terjadinya musibah maut hingga menelan korban nyawa buat pertama kalinya ini, kata Made Yasa, pihaknya segera akan mengajak duduk bersama para penambang dan pengusaha batu pilah. “Bagaimana pun, ini adalah lahan pencarian nafkah warga kami. Tapi, kalau ini adalah peringatan alam karena masih radius Pura Ponjok Batu, warga kami juga harus mulai memahami untuk tidak terlalu mengekploitasi karang Ida,” imbuhnya.

Sementara itu, jenazah korban Ketut Sutarsana dinihari kemarin langsung dibawa ke RSUD Buleleng. Hingga kemarin petang, masih dititipkan di Ruang Jenazah RSUD Buleleng. Pihak keluarga rencananya baru akan menjemput jenazah korban saat upacara penguburan di Setra Desa Pakraman Bangkah pada Buda Wage Ukir, Rabu (6/9) besok. *k23

Komentar