nusabali

Mantan Bappenas Sebut Ditangani Berkualitas

  • www.nusabali.com-mantan-bappenas-sebut-ditangani-berkualitas

Mantan pejabat di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Putu Riasa juga angkat bicara soal kemiskinan di Buleleng.

Terkait Kemiskinan di Buleleng


SINGARAJA, NusaBali
Putra asal Buleleng ini menegaskan, penanganan kemiskinan di Buleleng sudah berjalan baik, di tengah laju pertumbuhan ekonomi yang melambat. “Laju pertumbuhan ekonomi nasional yang melambat dan Bali stagnan, Buleleng mampu menurunkan angka kemiskinan hingga 14,2 persen. Ini sebuah upaya yang patut diapresiasi,” kata Putu Riasa pekan lalu.

Pria asal Kelurahan Penarukan, Kecamatan Buleleng ini membeber analisanya berdasar data-data yang dikumpulkan baik dari Badan Pusat Statistik (BPS) maupun dari data Bappenas tentang Seri Analisis Pembangunan Wilayah.

Dijelaskan, laju pertumbuhan ekonomi secara nasional mulai melambat sejak tahun 2013 hingga tahun 2015, dari angka 6,0 persen turun pada angka 4,8 persen. Tetapi Buleleng mampu  mencatat prestasi dengan lanjut pertumbuhan ekonomi diatas rata-rata nasional maupun Bali. Prestasi tertinggi ditorehkan pada tahun 2013, dengan laju pertumbuhan ekonomi di angka 7,2 persen, sedangkan laju pertumbuhan ekonomi Bali hanya 6,7 persen dan Nasional hanya 5,6 persen. “Di tengah pertumbuhan ekonomi yang melambat itu, Buleleng justru mampu sumbangkan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi Bali sampai 14,6 persen dari total kontribusi sebesar Rp 174,6 triliun. Buleleng nomor tiga setelah Badung dan Denpasar,” ungkapnya.

Menurut Riasa yang kini menjadi Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Buleleng, dengan laju pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata Nasional dan Bali, berdampak pada penanganan kemiskinan. Dikatakan, Pemkab Buleleng telah menangani kemiskinan dengan baik, karena mampu menurunkan jumlah penduduk miskin hingga 14,2 persen, dari semula tercatat 43,6 ribu di tahun 2014, menjadi diangka 37,4 ribu pada tahun 2015. Prosentase penurunan angka kemiskinan itu terbaik kedua di Bali. “Dengan jumlah penduduk terbanyak kedua dan wilayah terluas di Bali, tentu penurunan angka kemiskinan itu sangat membanggakan dan perlu diapresiasi. Ini bukti keseriusan pengentasan kemiskinan itu,” katanya.

Masih kata Riasa, laju pertumbuhan ekonomi tersebut juga memberi dampak pada perkembangan indeks pembangunan manusia (IPM). Perkembangan IPM di Buleleng juga menunjukkan kenaikan hingga 1,214 persen dari 69,2 persen di tahun 2014, naik menjadi 70,0 persen di tahun 2015. “Kalau IPM naik, berarti pendapatan masyarakat meningkat. Ini sebagai dampak dari lanjut pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata tersebut,” terangnya.

Pertumbuhan ekonomi di Buleleng juga disebutkan berkualitas. Karena peningkatan pendapatan masyarakatnya merata. Sehingga dengan pemerataan tersebut, angka kemiskinan dapat dikurangi. “Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, mampu meningkatakan pendapatan masyarakat secara merata. Tidak jomplang,” tandasnya.

Dalam pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, Buleleng berada pada posisi dimana pertumbuhan ekonomi yang tinggi, juga mampu mengurangi kemiskinan yang tinggi, Pro Growth Pro Poor dan juga pertumbuhan yang tinggi disertai dengan peningkatan IPM yang tinggi, Pro Growth Pro IPM.

Sementara Kepala Bappeda, Pengembangan dan Penelitian Kabupaten Buleleng Gede Darmaja mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang melambat terjadi secara nasional sejak tahun 2013. Tetapi Buleleng pada tahun itu justru mampu menaikkan pertumbuhan ekonomi dari 6,8 persen naik menjadi 7,2 persen. Disinggung penanganan kemiskinan ke depan, Darmaja mengatakan upaya tersebut terus dilakukan, bahkan mulai tahun 2018 upaya penanganan kemiskinan dengan memperkuat sektor pertanian. Dimana fokus pembangunan nanti pada sektor pertanian dengan penanganan dimulai dari hulu hingga hilir. “Kemiskinan lebih banyak berada di perdesaan. Nah dengan fokus program pada sektor pertanian, ini sejalan dengan pengentasan kemiskinan. Karena sektor pertanian berada di perdesaan,” tegasnya. *k19

Komentar