nusabali

Lumpuh Sejak Lahir, Berat Badannya Hanya 7 Kg di Usia 6 Tahun

  • www.nusabali.com-lumpuh-sejak-lahir-berat-badannya-hanya-7-kg-di-usia-6-tahun

Kondisi bocah Ketut Dharmayasa semakin memburuk karena selalu absen saat ada imunisasi di Posyandu. Masalahnya, bocah lumpuh ini selalu mengalami panas tinggi ketika tiba jadwal imunisasi

Kisah Pilu Ketut Dharmayasa, Bocah Lumpuh Asal Desa/Kecamatan Kubutambahan, Buleleng


SINGARAJA, NusaBali
Derita pilu dialami Ketut Dharmayasa, 6, bocah lelaki asal Banjar Tegal, Desa/Kecamatan Kubutambahan, Buleleng. Bocah berusia 6 tahun ini mengalami kelumpuhan hampir seluruh anggota badannya sejak baru lahir, hingga tidak mampu melakukan aktivitas apa pun.

Bocah Ketut Dharmayasa merupakan anak bungsu dari empat bersaudara keluarga pasangan Kadek Widiarta, 33, dan Kadek Trisna, 30. Saat ini, bocah lumpuh tersebut oleh paman dan bibinya, Putu Surya Merta, 47, dan Kadek Merta, 47. Sedangkan kedua orangtuanya, pasangan Kadek Widiarta dan Kadek Trisna, sudah bercerai. Sejak perceraian kedua orangtuanya beberapa tahun lalu itulah, bocah lumpuh ini diasuh paman dan bibinya.

Terungkap, saat dilahirkan melalui persalinan normal, 28 Oktober 2011 lalu, bocah Ketut Dharmayasa sebetulnya dalam kondisi sehat. Hanyn, saat usianya memasuki 1,5 bulan, Dharmayasa tiba-tiba mengalami panas tinggi hingga step. Dia pun harus dirawat d rumah sakit.

Menurut sang paman, Putu Surya Merta, panas tinggi itulah awal mula kelumpuhan Dharmayasa. Dan, pertumbuhan Dharmayasa diketahui tidak normal saat usianya menginjak 1 tahun. “Berat badannya tidak normal, kondisi tubuhnya lemas,” kenang Surya Merta saat ditemui NusaBali di kediamannya di Banjar Tegal, Desa Kubutambahan, Selasa (29/8) lalu.

Menurut Surya Merta, kondisi keponakannya ini semakin memburuk karena selalu absen saat ada imunisasi di Posyandu. Masalahnya, bocah lumpuh ini selalu mengalami panas tinggi ketika tiba jadwal imunisasi. Walhasil, perkembangan fisik Dharmayasa kian buruk.

Bahkan, di usianya yang kini mem asuki 6 tahun, bocah lumpuh ini tidak dapat duduk tegak. Dia hanya dipangku paman dan bibinya. Lagipula, berat badannya hanya mencapai 7 kg, meski usianya sudah 6 tahun. Selain mengalami kelumpuhan total, bocah Dharmayasa juga alami keterlambatan perkembangan otak.

Surya Merta mengatakan, keponakannya yang lumpuh ini juga tidak bisa ngomong. terkadang, bocah Dharmayasa tertawa dan berupaya meliukkan tubuhnya. “Namun, jika diajak berbicara, anak ini tidak bisa merespons. Kami sudah mengupayakan pengasuhan yang terbaik untuk keponakan saya ini,” papar Surya Merta.

Surya Merta sendiri tidak mampu berbuat banyak mengupayak pengobatan medis untuk keponakannya yang lumpuh ini. Maklum, dia hanya bekerja sebagai petani serabutan dan mebuka warung kecil-kecilan di rumahnya, yang hasilnya cuma cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Kami tidak bisa berbuat apa, karena tak ada biaya untuk mengajak keponakan saya berobat,” jelas Surya Merta.

Untungnya, kata Surya Merta, selama ini banyak relawan yang datang ke rumahnya untuk menyuplai kebutuhan bocah Dharmayasa, baik berupa susu formula, pampers, maupun bentuk lainnya. Termasuk juga bantuan kursi roda. Dengan kondisi fisiknya yang serba terbatas, bocah Dharmayasa tidak bisa mengunyah makanan. Bocah lumpuh ini hanya makan bubur dan susu formula.

Selain itu, kata Surya Merta, bocah Dharmayasa juga seringkali jatuh sakit dan panas tiba-tiba, batuk, pilek, hingga sesak napas. Surya Merta dan istrinya, Kadek Merta, hanya bisa memeriksakan bocah Dharmayasa ke bidan desa, karena keterbatasan dana. Pasutri kurang mampu ini berharap ada bantuan dari pemerintah untuk meringankan bebannya dalam mengasuh bocah lumpuh.

Sementara itu, Kasi Rehabilitasi Sosial dan Penyandang Disabilitas Dinas Sosial Kabupaten Buleleng, Maman Wahyudi, mengatakan bocah Ketut Dharmayasa merupakan salah satu penyandang disabilitas yang sering dikunjungi oleh relawan dan pemerintah. Menurut Maman Wahyudi, bantuan sembako dan fasilitas Kartu Indonesia Sehat (KIS) untuk bocah Dharmayasa juga sudah diupayakan.

“Bantuan sembako dan KIS sudah ada. Kemarin juga kami ajukan agar bocah tersebut mendapat Asistensi Sosial Penyandang Disabilitas (ASDP) berat dari Kemensos, yakni tanggungan Rp 300.000 per bulan. Ini sudah terdaftar sejak Januari 2017 lalu. Tapi, karena ada perubahan regulasi pencairan baru, maka dananya baru akan cair dirapel akhir September atau awal Oktober 2017 nanti,” jelas Maman Wahyudi. *k23

Komentar