nusabali

Gubernur Pastika Kembali Perankan Mahaguru Drona

  • www.nusabali.com-gubernur-pastika-kembali-perankan-mahaguru-drona

Sebelum tampil dalam pagelaran drama klasik ‘Mahaguru Drona’ bersama Teater Agustus, Gubernur Made Mangku Pastika hanya sempat ikut dua kali latihan

Sebulan Pasca Memerankan ‘Dukun Politik’ dalam Pentas Teater Bumi

DENPASAR, NusaBali
Gubernur Bali Made Mangku Pastika buat kedua kalinya ikut bermain seni teater dalam kurun sebulan terakhir. Setelah ikut peran ‘tamu’ dengan menjadi dukun politik dalam pementasan drama komedi ‘Kisah Cinta dan Lain-lain (Dll)’ karya Arifin C Noer bersama Teater Bumi, Sabtu (12/8) malam Gubernur Pastika kembali tampil dalam drama klasik kolaboratif ‘Mahaguru Drona’. Kali ini, Gubernur Pastika kebagian peran utama sebagai Mahaguru Drona.

Saat pentas di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya, Sabtu malam, Gubernur Pastika tampil dalam pagelaran drama klasik kolaboratif ‘Mahaguru Drona’ persembahan  Teater Agustus, yang disutradarai IB Martinaya alias Gus Martin. Mahaguru Drona yang deperankan Pastika adalah mahaguru dari Pandawa dan Kurawa dalam epos Mahabharata.

Kisah Mahaguru Drona menceritakan perjalanan hidup dan persahabatan Sang Mahaguru Drona dengan Raja Drupada, pemegang tahta Kerajaan Panchala. Raja Drupada merupakan ayah dari Dristajumna (pembunuh Drona dalam epos Mahabharata) Dewi Drupadi (istri Pandawa dalam epos Mahabharata), dan Srikandi (pembunuh Bhisma dalam epos Mahabharata). Sedangkan Mahaguru Drona adalah anak dari Brahmana Bharadwaja, yang sejak kecil ditopang bakat alam mahir seni peperangan dan menggunakan senjata.

Semasa kecil, Drona bersahabat baik dengan Drupada. Pangeran Kerajaan Panchala, Drupada, sempat berjanji kepada Drona bahwa jika kelak naik tahta menjadi raja, dia akan mengangkat sahabatnya itu sbagai seorang pejabat penting di istana. Namun, yang terjadi malah sebaliknya. Saat Drupada menjadi raja, dia tidak mengakui Drona sebagai sahabatnya. Sebab, Drona datang ke Panchala berpakaian lusuh dan miskin. Drona pun kecewa dan akhirnya memilih pergi berkelana.

Suatu ketika, Drona bertemu dengan Pandawa dan Kurawa, para pangeran Hastina Pura, yang sedang kebingungan karena bola dan cincin milik Yudhistira---sulung dari 5 bersaudara dalam Pandawa---jatuh ke sumur yang sangat dalam. Dengan kemahiran dan kepandaian dalam memanah, Drona pun berhasil mengeluarkan bola dan cincin dari dalam sumur menggunakan panah dari rumput. Singkat cerita, Drona pun diangkat menjadi mahaguru Pandawa dan Kurawa.

Pada masa akhir pendidikan muridnya, Mahaguru Drona memberikan ujian kepada para Pandawa dan Kurawa untuk menangkap Raja Drupada dalam keadaan hidup. Akhirnya, dengan perjuangan yang gigih, Arjuna---putra ketiga dalam Pandawa---berhasil membawa Raja Drupada ke hadapan Mahaguru Drona. Di sinilah Mahaguru Drona mengingatkan Raja Drupada tentang arti persahabatan dan makna sebuah janji.

Mahaguru Drona dalam pentas malam itu diperankan dengan baik oleh Gubernur Pastika. “Saya berusaha tampil maksimal, tapi mungkin belum sempurna memerankan tokoh Drona, karena saya kan pemain amatiran. Tadi siang (Sabtu) saya coba menghafal lagi dialognya, sebelum tampil mala mini,” tutur Pastika sembari tertawa seusai pentas malam itu.

Pastika mengakui, untuk persiapan pentas malam itu, dia hanya sempat hadir dua kali latihan bersama Teater Agustus. Itu pun, dia hanya menonton latihan dengan pemeran pengganti. Sisanya, Pastika mencoba mempelajari, menghafalkan, serta menghayati tokoh Drona di sela-sela kesibukannya di pemerintahan.

“Saya kira seni teater ini harus hidup kembali, karena ternyata baik sekali untuk menyampaikan pesan-pesan. Saya ingin masyarakat Bali juga aktif di bidang teater, di samping kesenian-kesenian Bli yang lain,” tandas Gubernur asal Desa Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak, Buleleng yang juga mantan Kapolda Bali dan Kalakhar BNN berpangkat Komisasris Jenderal Polisi (Purnawirawan) ini.

Menurut Pastika, drama klasik ‘Mahaguru Drona’ yang dia mainkan memiliki pesan agar kita tidak mendendam. Pastika pun mengajak penonton dan masyarakat Bali untuk belajar dari pesan drama ‘Mahaguru Drona’. “Dendam itu harus diakhiri dengan memaafkan, dengan kesabaran, dengan toleransi. Memang tidak gampang. Mungkin ada orang yang menyakiti kita, tapi kita harus dapat melepaskan dendam itu,” ajaknya.

Pastika mengisahkan, keterlibatannya bermain teater berawal dari pertemuan sang sutradara, Gus Martin, 2 tahun silam. Kala itu, Gus Martin memberikan Pastika sebuah buku kumpulan drama karyanya yang berjudul ‘Peti’. Setelah beberapa lama, kemudian kembali bertemu dan Gubernur Pastika memainkan salah satu cerita dalam buku yang diberikannya itu.

“Saya bilang ke beliau (Pastika, Red) kalau naskah dalam buku ‘Peti’ kurang cocok untuk dimainkan beliau, karena itu kumpulan drama remaja. Saya katakan ke beliau, nanti saya buatkan naskah khusus untuk beliau mainkan,” tutur Gus Martin yang juga pendiri Teater Agustus.

Pada akhirnya, lahirlah naskah drama ‘Mahaguru Drona’ yang dimainkan dalam acara Bali Mandara Mahalango IV 2017 di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Denpasar, Sabtu malam. Gus Martin mengaku sengaja membuat drama yang cukup serius, karena sudah banyak drama yang menyajikan humor-humor.

“Ketika itu beliau berkomentar, serius sekali naskah drama ‘Mahaguru Drona’ ini,  tidak ada humor-humornya. Saya jawab, kalau drama yang humor-humor, itu ibarat makan pakai krupuk yang meriah-meriah dan setelah itu dilupakan begitu saja. Tapi, saya ingin buat lawar paria yang ada pahit, pedas, dan tidak banyak orang suka, tapi ada manfaatnya,” tandas Gus Martin.

Gus Martin mengaku lakukan persiapan pementasan drama klasik Mahaguru Drona ini tidak kurang dari dua bulan, diambil dua kali seminggu. Hanya saja, karena kesibukan Mangku Pastika selaku Gubernur, maka saat latihan, tokoh Mahaguru Drona diperankan oleh pemeran pengganti.

“Latihan dengan beliau hanya sempat dua kali. Beliau sangat serius dan mampu memerankan tokoh Drona. Bahkan, diam pun beliau sudah seperti tokoh Drona. Hanya saja, ada beberapa kesalahan di panggung, tapi itu tidak fatal,” papar Gus Martin.

Ini buat kedua kalinya Gubernur Pastika pentas teater dalam kurun sebulan terakhir. Sebelumnya, Pastika juga ikut main dalam pentas drama komedi ‘Kisah Cinta dan Lain-lain (Dll)’ karya Arifin C Noer yang dibawakan Teater Bumi, Desa Dangin Puri Kangin, Kecamatan Payangan, Gianyar di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya Denpasar, 5 Juli 2017 malam.

Dalam pentas teater perdana malam itu, Pastika berperan sebagai dukun politik. Drama komedi ‘Kisah Cinta Dll’ karya Arifin C Noer yang disutradarai oleh Abu Bakar itu bercerita tentang keributan rumah tangga paangan Tian Manto (diperankan karateka senior Maryoto Subekti) dan Nyona Manto (diperankan Ni Wayan Indrawati). Keributan terjadi gara-gara sakitnya anjing kesayangan mereka bernama Tony Asmara Subrata.

Bagi Nyonya Manto, Tony bukan sekadar anjing, tapi adalah pengganti tumpahan kasih sayangnya, karena dia tidak memiliki seorang anak pun. Suatu hari, Tony jatuh sakit, sehingga terjadi keributan. Tian Manto, sebagai suami Nyonya Manto, tidak bisa berkutik.

Sedangkan Gubernur Pastika berperan sebagai dukun politik, yang sesungguhnya meru-pakan naskah tambahan dan diselipkan dalam kisah tersebut. Selaku dukun politik, selain menghayati perannya sebagai bagian dari kisah itu, Pastika juga banyak menyinggung soal situasi politik masa kini. Apalagi, jelang lengsernya tampuk kepemimpinannya tahun depan. Menyongong Pilgub Bali 2018, Pastika banyak memberi pesan-pesan politik, termasuk rentannya bantuan berupa sembako. “Mana sembako yang paling besar itu, ambil saja,” dialognya di atas panggung kala itu. *in

Komentar