nusabali

Mayat Membusuk Gegerkan Warga

  • www.nusabali.com-mayat-membusuk-gegerkan-warga

Tempat ditemukan mayatnya ini terkenal angker, di mana dihuni roh alus, jadi wajar saja ketika sempat dicari oleh keluarganya saat itu tidak ditemukan.

Ditemukan di Tegalan Banjar Bonian, Selemadeg, Tabanan


TABANAN, NusaBali
Penemuan mayat perempuan dengan kondisi mengenaskan dan sudah membusuk gegerkan warga Banjar Bonian, Desa Antap Kecamatan Selemadeg, Tabanan, Sabtu (13/8) pukul 10.00 Wita. Setelah diselidiki mayat tersebut diketahui bernama Ni Nyoman Meni, 41, warga Banjar Batulumbang, Antap, Kecamatan Selemadeg yang telah hilang sejak sebulan lalu.

Kehilangan Meni ini pun bisa dibilang misterius. Meni yang menderita sakit hilang ingatan mendadak hilang sejak sebulan lalu, bahkan di tempat yang sekarang ini ditemukan sudah pernah dicari oleh keluarga tetapi saat itu tidak ditemukan. Ternyata lokasi penemuan mayat ini dikenal angker oleh warga setempat.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, penemuan mayat ini berawal dari pasangan suami istri (Pasutri) petani I Ketut Drana,73 dengan Ni Wayan Sapri, 68, warga Banjar Batulumbang, Desa Antap, Kecamatan Selemadeg, Tabanan sedang mencari kayu bakar di tegalan milik I Nengah Lantur alias Mangku Oki. Saat itu keduanya mencium bau busuk yang sangat menyengat dari arah semak-semak.

Keduanya lalu mencari sumber bau itu. Ternyata tanpa disangka di semak-semak di bawah pohon bambu ditemukan mayat dengan kondisi mengenaskan. Bagian wajah tidak bisa dikenali, warna kulit pun sudah coklat terkelupas, memakai kain rok warna gelap bermotif bunga.

Atas temuan itu mereka langsung menginformasikan kepada warga sekitar. Setelah dilakukan pengecekan oleh salah satu warga ternyata mayat tersebut dikenali bernama Ni Nyoman Meni yang sudah hilang sejak 1 bulan lalu. Hal ini diperkuat adanya keluarga kandungnya I Ketut Kawunaya, 32 , saat di lokasi ikut menengok, bahwa mayat tersebut adalah kakak kandungnya yang memang hilang sejak sebulan lalu. Hal ini diperkuat juga dengan sandal jepit yang ada di samping jenazah memiliki tali merah merupakan pemberiannya, serta terpasang gelang warna putih yang ada di pergelangan tangan kanan diberikan saat habis sembahyang sebelum menghilang.

Kapolsek Selemadeg, Kompol I Nyoman Sukadana membenarkan kejadian tersebut. Saat mendapatkan laporan dari warga tersebut pihaknya langsung menuju ke TKP dengan membawa petugas medis. "Berdasarkan hasil identifikasi itu mayat Nyoman Meni ditemukan dalam kondisi membusuk, warna kulit terkelupas dan sulit dikenali," ujarnya. Kata dia, Nyoman Meni ini merupakan warga Banjar Batulumbang, Desa Antap, Kecamatan Selemadeg yang sudah hilang sejak 1 bulan lalu, dan sudah sempat dilaporkan oleh keluarga saat hilang.

Untuk itu, berdasarkan dengan rembug dengan keluarga, pihak adat dan kepolisian, mayat Nyoman Meni pun akhirnya langsung diserahkan kepada keluarga untuk dikebumikan. "Jenazah sudah dibawa ke rumah duka, dengan bantuan warga menggunakan tandu," tegas Kompol Sukadana.

Sementara itu, Perbekel Desa Antap, I Ketut Wastika juga membenarkan adanya penemuan mayat. Jika mayat tersebut adalah warganya yang dari Banjar Batulumbang, Desa Antap hilang sejak sebulan lalu. Padahal semenjak hilang tersebut sudah sempat dicari oleh keluarga bahkan satu banjar, hanya saja tak kurun ditemukan. "Sudah membusuk ditemukan oleh warga," ujarnya.

Dikatakan Wastika tempat ditemukan mayatnya ini terkenal angker, di mana dihuni roh alus, jadi wajar saja ketika sempat dicari oleh keluarganya saat itu tidak ditemukan. "Pada saat hilang sampai sebulan, sudah sering dicari di sana, kata keluarga tidak terlihat, warga juga sudah membantu mencari tetapi tidak kunjung ketemu,"imbuhnya.

Untuk saat ini jenazah sudah di dibawa ke rumah duka, berdasarkan dengan rembug keluarga juga tidak dizinkan dibawa ke rumah sakit. "Akan langsung dikubur hari ini juga, berdasarkan dengan rembug keluarganya mereka," imbuhnya.

Sementara berdasarkan penemuan mayat tersebut, pihak Banjar Bonian, Desa Antap akan menggelar upacara pecaruan karena untuk membersihkan areal tegalan warga. Untuk hari yang akan ditentukan masih menunggu rembug dari pihak adat karena harus mencari hari baik. "Pasti kami melakukan pecaruan ini berfungsi untuk membersihkan areal sekitar," tandas Wastika. *d

Komentar