nusabali

Aktivis Desak Penuntasan Kasus Novel

  • www.nusabali.com-aktivis-desak-penuntasan-kasus-novel

Kelompok aktivis yang menyatakan diri mereka sebagai Sekolah Anti Korupsi (Sakti) Indonesian Corruption Watch (ICW) melakukan aksi teatrikal di depan Gedung Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK), Jakarta, Rabu (9/8).

JAKARTA, NusaBali
Mereka menggugat pengusutan hingga tuntas kasus penyiraman air keras terhadap penyidik senior KPK, Novel Baswedan. Sudah 120 hari sejak Novel disiram air keras oleh orang tak dikenal usai salat subuh di lingkungan rumahnya, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
 
Akibat teror air keras yang dilakukan dua orang tak dikenal tersebut, Novel mengalami kerusakan mata sebelah kirinya. Sakti ICW 2017 pun melakukan aksi teatrikal mempertontonkan Novel yang sakit di depan Gedung KPK.
 
Mereka menuntut penegak hukum segera menemukan tersangka penyiraman air keras dan aktor intelektual di balik perbuatan teror tersebut.
 
"Peristiwa ini tidak bisa dilihat sebagai tindak kriminal biasa. Namun, harus dilihat dari apa yang sedang dilakukan Novel Baswedan. Saat kejadian berlangsung, Novel sedang menyidik kasus korupsi e-KTP yang merugikan negara sebesar Rp2,3 triliun," demikian pernyataan pers Sakti ICW 2017 dalam aksi tersebut.
 
Mereka pun menuntut Presiden RI Joko Widodo segera membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) untuk menyelidiki kasus tersebut.
 
"Mata masyarakat Indonesia terus memantau kasus ini. Ketidakseriusan, pembiaran, bahkan kesengajaan yang dilakukan oleh pemerintah dan penegak hukum akan melahirkan kekecewaam dan kemarahan yang nantinya bisa menjadi perlawanan yang semakin kuat serta terorganisir," ujarnya dilansir cnnindonesia.
 
Sementara itu Kontras menilai Presiden Joko Widodo dinilai tidak memberikan pesan yang tegas kepada Polri dalam upaya penyelesaian kasus penyerangan terhadap Novel Baswedan.

Saat menerima Kapolri Jenderal Tito Karnavian di Istana pada Rabu (31/7/2017), Jokowi hanya berpesan agar kasus Novel diselesaikan secepat mungkin.
 
"Jokowi pesannya ngambang. Secepat mungkin itu ukurannya apa? Besok? Lusa? Minggu depan? Bulan depan? Tahun depan? Kapan?" kata Wakil Koordinator Kontras Puri Kencana Putri, saat jumpa pers mengenai evaluasi kinerja kepolisian di Kantor Kontras, Rabu (9/8/2017) seperti dilansir kompas.
 
Puri menilai, akibat pesan Jokowi yang tidak jelas maka kinerja kepolisian dalam penanganan kasus novel pasca-pertemuan pun tidak berjalan maksimal.
 
Puri mengatakan, saat ini pihaknya masih mencoba bersabar menunggu langkah kepolisian yang hendak meminta keterangan Novel di Singapura. Ia berharap langkah tersebut bisa mengungkap pelaku penyerangan sekaligus dugaan keterlibatan jenderal polisi dalam kasus ini.
 
Namun, jika pasca pemeriksaan Novel, belum ada kemajuan yang berarti, maka Kontras bersama para aktivis antikorupsi akan kembali menuntut Presiden untuk membentuk tim gabungan pencari fakta independen. *

Komentar