nusabali

Disimpan di Bodag, Lontar Rusak Parah

  • www.nusabali.com-disimpan-di-bodag-lontar-rusak-parah

Satu bodag naskah lontar yang diidentifikasi oleh petugas Dinas Kebudayaan Provinsi Bali bersama Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Bangli di Banjar Dinas Peninjoan, Desa Peninjoan, Kecamatan Tembuku, Rabu (9/8), sebagian besar rusak. 

BANGLI, NusaBali
Saat ini baru tujuh cakep lontar yang teridentifikasi. Lontar milik Jro Mangku Nyoman Purnayasa itu sebagian besar rusak parah karena tidak pernah dirawat. 

Jro Mangku Nyoman Purnayasa mengatakan lontar-lontar tersebut merupakan warisan dari leluhur. Diperkirakan usia lontar tersebut sudah berumur lebih dari seratus tahun. 

“Kami mewarisi dari leluhur. Kami terima dan kami simpan di merajan. Memang kami belum sempat membuka dan merawat, karena keterbatasan kami dalam perawatan lontar,” ujar Jro Mangku Purnayasa. Selain itu pihaknya kurang mahir dalam membaca lontar, sehingga belum diketahui pasti isi lontar tersebut. 

Jro Mangku Purnayasa meminta tim dari Dinas Kebudayaan dan Penyuluh Bahasa Bali untuk dapat membantu membaca maupun mengobservasi naskah lontar yang dimiliki. Isi dari lontar tersebut dapat diketahui atau bahkan dipahamai untuk diwariskan kepada generasi selanjutnya. 

“Kegiatan hari ini (kemarin) memang masih sebatas pembersihan saja. Namun kami sangat mengharapkan agar tim dari Dinas Kebudayaan maupun Penyuluh Bahasa dapat membantu kami untuk dapat minimal membaca lontar kami,” ujarnya. 

I Nyoman Ranem, penyuluh yang bertugas melakukan pembersihan lontar mengatakan kondisi lontar milik Jro Mangku Purnayasa memang beberapa mengalami kerusakan. Namun beberapa bagian masih bisa diselamatkan dan dirawat. Tetapi pihaknya kesulitan melakukan identifikasi terhadap sebagian lontar karena kondisinya sudah rusak parah dan sudah tidak tersusun rapi.

“Lontarnya beberapa sudah rusak. Ada yang patah, ada juga yang sudah lapuk. Namun demikian setidaknya masih ada sekitar tujuh cakep yang masih bisa dibaca dan diidentifikasi. Isinya beragam, ada babad, kawisesan, kanda, sila kramaning aburonburon, dan lain sebagainya,” ujarnya.

Dikatakannya, kerusakan lontar diperkirakan terjadi karena tidak adanya perawatan, dan tempat penyimpanan yang tidak tepat. “Karena masih menggunakan bodag. Seharusnya lontar ditempatkan di tempat yang baik sehingga tidak dimakan rayap. Selain itu lontarnya juga tidak pernah dibaca, ini yang membuat lontar jarang atau bahkan sama sekali tidak pernah dibersihkan,” imbuh Ranem.

Kepala Seksi Inventarisasi dan Pemeliharaan Dokumen Kebudayaan, Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Made Mahesa Yuma Putra, mengatakan terkait  keadaan naskah lontar yang dikonservasi, banyak lontar yang ditemukan dalam kondisi rusak. 

“Namun kami bersyukur masyarakat pemilik lontar  telah memberi kami kesempatan untuk melakukan perawatan. Kami berharap yang terpenting adalah lontar-lontar tersebut dapat dirawat dan dibaca sehingga diketahui isinya,” ujarnya. 

Sementara ini, lontar milik Jro Mangku Purnayasa diperkirakan berjumlah 15 cakep. Delapan cakep kondisinya rusak parah, tujuh cakep sudah teridentifikasi. 

“Kami belum bisa pastikan berapa cakep jumlahnya, karena sudah tidak tersusun rapi dan keterbatasan waktu kami. Nanti kami akan coba lihat lagi,” kata Ranem. *e

Komentar