nusabali

Cuaca Ekstrem, Penyakit Blas Merebak

  • www.nusabali.com-cuaca-ekstrem-penyakit-blas-merebak

Penyakit blas yang menyerang tanaman padi merebak akibat cuaca ekstrem.

BANGLI, NusaBali 
Serti di subak tempek Jalan Bau, Desa Sulahan, Kecamatan Susut, Bangli. Guna mengendalikan penyebaran penyakit blas, Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (PKP) Bangli, melakukan penyemprotan, juga sosialisasi pada petani terkait penyakit yang menyerang padi tersebut. 

Kepala Seksi Perlindungan Tanaman Dinas PKP Bangli I Wayan Sentana, menjelaskan penyakit blas pada tanaman padi timbul akibat adanya sumber inokulum berupa rumput gajah yang menjadi tempat inang bagi jamur. Jamur yang tumbuh pada rumut gajah, kemudian menyebar melalui irigasi air dan serangga.

Gejala penyakit blas ini biasanya diketahui ketika padi berusia 45 hingga 50 hari. Bermula pada titik putih berbentuk belah ketupat yang terdapat pada daun padi, hingga akhirnya menyebar dan berubah menjadi kuning kecoklatan. 

Sentana menyampaikan, tidak menutup kemungkinan penyakit blas dapat menyerang padi berusia 10 hari. Hal tersebut dipengaruhi faktor cuaca ekstrem berupa angin kencang dan hujan yang membuat tanah menjadi lembab. Sehingga penyebaran penyakit blas tidak membutuhkan waktu yang lama. Meski rata-rata daun padi tampak masih hijau, jika dibiarkan terus menerus, maka akan menyebar dan menyebabkan busuk leher (neck blast), yang ditandai dengan warna cokelat kehitaman pada leher padi. 

“Ini yang menghambat jalannya proses makan sehingga padi tidak mampu mematangkan bijinya,” kata Sentana usai kegiatan, Jumat (4/8).

Menurutnya, padi yang terkena penyakit blas masih berbulir, tetapi bulirnya kosong. Kemudian untuk pengendalian dengan cara penyemprotan menggunakan fungisida. Namun, pengendalian ini akan lebih efektif jika dilakukan saat musim panas. Sehingga fungsisida yang disemprotkan tidak luntur akibat hujan.

Guna memutus rantai penyebaran penyakit blas ini dirasa cukup sulit, lantaran sistem tanam padi di beberapa subak menggunakan sistem tanam bergilir. “Seperti di subak tempek Jalan Bau ini, di sini sistem tanamnya menggunakan sistem sorong (sistem tanam bergilir). Untuk itu pengendalian akan dilakukan dengan dua cara, yakni penyemprotan, serta pembersihan rumput gajah,” imbuhnya. *e

Komentar