nusabali

Sang Paman Juga Tewas karena Epilepsi di Tempat Sama

  • www.nusabali.com-sang-paman-juga-tewas-karena-epilepsi-di-tempat-sama

Korban Ketut Martana tewas ditemukan tewas telungkup dalam posisi kepala terendam air di Sungai Perarungan, Desa Ngis, Kecamatan Manggis. Di tempat ini pula sang paman, Ketut Astawa, sebelumnya tewas dengan cara yang sama

Epilepsi Kumat Saat Cari Kelapa Hanyut, Buruh Cuci Motor Tewas di Sungai

AMLAPURA, NusaBali
Seorang buruh cuci sepeda motor, I Ketut Martana, 18, tewas tenggelam di Sungai Perarungan, Banjar Pekarangan, Desa Ngis, Kecamatan Manggis, Karangasem, Rabu (26/7) siang, gara-gara penyakit epilepsi yang dideritanya kumat. Uniknya, korban Ketut Martana meregang nyawa di tempat sama dan cara serupa dengan almarhum pamannya, 4 tahun silam.

Musibah maut yang menimpa korban Ketut Martana di Sungai Perarungan terjadi Rabu siang sebelum pukul 15.00 Wita. Ketika itu, pemuda berusia 18 tahun asal Banjar Pekarangan, Desa Ngis, Kecamatan Manggis, ini melintas di sungai sendirian, hendak mencari buah kelapa yang hanyut.

Saat musibah terjadi, korban Ketut Martani baru pulang dari kerja sebagai tukang cuci sepeda motor di Desa Sengkidu, Kecamatan Manggis. Mengenakan kaos pendek warna oranye dan celana pendek abu-abu, korban turun ke Sungai Perarungan untuk mencari kelapa jatuh yang hanyut.

Naas, begitu tiba di sungai, penyakit epilepsi yang selama ini diderita korban Ketut Martana mendadak kumat. Korban langsung roboh dalam posisi telungkup, di mana bagian kepalanya nyungsep hingga terendam air sungai. Karena situasi di sungai sedang sepi, praktis tidak ada warga yang sempat menolong korban.

Kematian korban baru diketahui sore sekitar pukul 15.00 Wita, ketika warga sebanjarnya, I Ketut Surpa, 65, melintas di lokasi TKP karena hendak memberikan pakan ternak sapi ke kebunnya. Saksi Ketut Surpa terkejut menyaksikan seorang laki-laki tergeletak di sungai.

Meski terkejut, Ketut Surpa berupaya mendekat dan memeriksa kondisi lelaki yang telungkur dalam posisi kepala terendam air sungai tersebut. Ternyata, Ketut Surpa mengenali identitas korban adalah Ketut Martana, krama sebanjar yang selama ini dikenal menderita epilepsi sejak duduk di bangku Kelas IV SD. Daat ditemukan tergeletak di sungai, korban Ketut Martana sudah tak bernyawa.

Saksi Ketut Surpa pun memberitahukan temuan heboh di sungai ini kepada warga lainnya, I Wayan Nastra, 60. Kemudian, Wayan Nastra memberitahukan masalah ini kepada kedua orangtua korban, pasangan I Ketut Salit dan I Nengah Sudi. Selain itu, Wayan Nastra juga melaporkan kasus ini ke petugas Bayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibmas) Desa Ngis, Aiptu I Wayan Jelantik Dirga. Selanjutnya, Aiptu Jelantik Dirga meneruskan laporan ke Polsek Manggis.

Begitu mendapat lapotan, jajaran Polsek Manggis pun terjun ke lokasi kejadian di Sungai Perarungan di Banjar Pekarangan, Desa Ngis, untuk melakukan olah TKP seraya mengevakuasi dan memeriksa jenazah korban. Bahkan, Kapolsek Manggis Kompol AA Rai Sukawana terjun langsung memimpin olah TKP.

Dari hasil olah TKP yang dibantu petugas medis dari Puskesmas Manggis I, dr Bambang, disimpulkan korban Ketut Martana tewas murni kareena musibah penyakit epilepsinya kumat. Petugas tidak menemukan adanya tanda-tanda bekas kekerasan di tubuh korban.

Kedua orangtua korban, Ketut Salit dan Nengah Sudi, juga menolak dilakukan otopsi jenazah anaknya. Pihak keluarga sudah mengikhlaskan kepergian korban Ketut Martana dan diterima sebagai musibah, arena selama ini yang bersangkutan memang menderita epilepsi.

Karena itu, jenazah korban langsung dibawa ke rumah duka di Banjar Pekarangan, Desa Ngis, Kecamatan Manggis untuk disemayamkan. Sehari kemudian, jenazah korban dikuburkan di Setra Desa Pakraman Pekarangan pada Wraspati Pon Wayang, Kamis (27/7).

Kematian tragis korban Ketut Martana menyisakan cerita berbau niskala. Entah kebetulan atau bagaimana, lokasi tewasnya pemuda penderita epilepsi ini sama dengan paman korban, almarhum I Ketut Astawa, yang meninggal 4 tahun silam. Kala itu. almarhum Ketut Astawa juga tewas mengenaskan di Sungai Perarungan karena kasus yang sama: penyakit epilepsinya kumat.

Hal ini diungkapkan Bendesa Pakraman Pekarangan, I Wayan Madia, kepada NusaBali, Kamis kjemarin. “Ya, dulu pamannya juga meninggal dengan cara yang sama di alur Sungai Perarungan. Pamannya juga menderita epilepsi,” kenang Bendesa Wayan Madia. "Sebenarnya, air sungai tidak begitu dalam. Namun, saat penyakit epilepsinya kumat, tidak ada yang tahu, sehingga korban lama terendam dan akhirnya menbinggal," lanjutnya. *16

Komentar