nusabali

Hilangnya Penari Rejang Saat Upacara

  • www.nusabali.com-hilangnya-penari-rejang-saat-upacara

Sanggar Sangkha’ra Art, Desa Darmasaba, Abiansemal, Badung berhasil membuat penonton berdecak kagum pada gelaran Bali Mandara Mahalango IV, di Taman Budaya Bali, Senin (24/7) malam. 

Sanggar Sangkha’ra Art Meriahkan Bali Mandara Mahalango

DENPASAR, NusaBali
Mereka menampilkan paduan tari, bondres dan multimedia. Drama tari inovatif berjudul ‘Sandyakalaning Aban’ ini menceritakan para penari rejang yang kerap menghilang setiap kali ada ritual upacara. Akhirnya ketahuan penyebab hilangnya para penari tersebut, setelah drama tari ini bergulir. “Ternyata penari rejang hilang karena dilarikan oleh raksasa,” terang Dalang Sunarta.

Sanggar ini melibatkan komunitas Ketog dan MKP dalam pementasannya. Tarian tersebut dikemas oleh dua orang penata tari yakni I Nyoman Anom Adnya Arimbawa dan Ni Putu Indah Yuniari. Sedangkan I Wayan Muliadi, ditunjuk sebagai penata karawitan dan I Wayan Adi Gunarta sebagai penata artistik.

Dari drama tari ini dikisahkan tentang kondisi desa Aban yang subur. Kehidupan rakyatnya juga makmur. Namun desa tersebut diserang oleh penyakit (gerubug). Suatu ketika desa ini menggelar upacara besar dan ada para penari rejang sedang menari di tengah berlangsungnya upacara. Tanpa disadari, satu dari penari rejang yang berada di barisan paling belakang menghilang secara tiba-tiba. Masyarakat dibuat panik. Lalu, supaya hal itu tidak terulang kembali, para penari rejang dibekali butiran padi. Tujuannya biar mereka meninggalkan jejak dan mudah dicari jika tiba-tiba menghilang lagi.

Kemudian desa Aban kembali menggelar upacara besar dan lagi-lagi penari rejangnya menghilang. Karena sudah dibekali butiran padi, masyarakat bisa mencari jejak perginya sang penari tersebut. Tanpa diduga, jejak itu berakhir di sebuah gua yang dihuni oleh raksasa. Masyarakat dibuat marah. Mereka datang beramai menuju gua tersebut. “Guanya dibakar agar raksasanya mati,” kata Sunarta. 

Tapi nyatanya sang raksasa itu tidak mati. Ia berubah menjadi semut-semut dalam jumlah yang banyak. Semut-semut itu lantas mengganggu masyarakat. Karena tidak tahan oleh serangan dan gangguan tersebut, satu persatu masyarakat meninggalkan desa Aban.

Menurut pengamat seni, Kadek Wahyudita, tarian yang ditampilkan oleh sanggar Sangkha’ra Art ini sangat menarik. Hanya saja garapannya perlu difokuskan lebih dalam lagi. “Penampilannya ini tergolong standar rata-rata seorang seniman. Tapi kalau mereka lebih fokus, saya percaya hasilnya akan lebih baik lagi,” ujarnya. *in

Komentar