nusabali

Sumba Timur KLB Serangan Belalang

  • www.nusabali.com-sumba-timur-klb-serangan-belalang

Bupati Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Gidion Mblijora menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) belalang kembara yang menyerang daerah itu selama sepekan terakhir ini.

KUPANG, NusaBali
 "Pernyataan KLB hama belalang sudah saya keluarkan. Ke depannya Kami akan kembali efektifkan brigade pemberantasan belalang kembara yang ada di setiap desa,” kata Gidion, Jumat (16/6) seperti dilansir detik.
 
Menurut dia, pemberantasan hama belalang yang dilakukan pihaknya hanya dengan melakukan penyemprotan pestisida. Dan persediaan pestisida pembasmi hama belalang masih cukup. "Kalau kurang, kami minta lagi ke Pemrov atau pemerintah pusat," ujarnya.
 
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTT, Yohanes Tay Ruba mengatakan pihaknya telah mengirimkan 1 ton pestisida ke Sumba Timur untuk mengatasi belalang kumbara yang menyerang daerah itu. "Ada 1 ton pestisida yang telah dikirim," katanya.
 
Belalang kumbara yang menyerang Sumba Timur menyebabkan dua hektare (ha) lahan pertanian di daerah itu mengalami gagal panen (Fuso). "Kami antisipasi agar tidak meluas lahan pertanian yang gagal panen," kata Yohanes. 
 
Selain menyerang lahan persawahan, belalang kembara masuk ke wilayah perkotaan. Belalang tersebut bahkan sempat menduduki Bandara Umbu Mehang Kunda.
 
Padahal, menurut pakar ilmu lingkungan Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), Prabang Setyono,untuk mengatasi merebaknya belalang kembara dalam jumlah masif, penggunaan pestisida tidak disarankan. Solusi yang ramah lingkungan disarankan segera dilakukan, yakni hujan buatan."Buatlah hujan buatan sebagai environmental shock," kata Prabang Setyono, Jumat (16/6).

Hujan buatan itu adalah perwujudan 'kejutan lingkungan' terhadap populasi Locusta migratoria, nama ilmiah belalang kembara. Soalnya, ledakan populasi belalang itu juga ditengarai berakar dari perubahan kondisi lingkungan.
 
"Logikanya, hujan turun bakal mengakibatkan perubahan drastis kelembaban, ambiance udara berubah, dan minimal jam biologi belalang bisa dikendalikan," kata Prabang.
 
Jam biologi belalang adalah masalahnya. Ledakan populasi belalang ini karena ada kekacauan jam biologi dan daur hidup yang rusak. Waktu yang seharusnya bukan masa kawin, malah menjadi masa kawin. Maka jumlah belalang menjadi tak terkendali. Solusi berupa penggunaan pestisida sangat tidak disarankan.
 
"Kalau pestisida itu menyelesaikan masalah dengan masalah. Pestisida pasti meninggalkan sisa di daun dan tanah. Dalam kondisi yang begitu masif, pestisida akan mematikan situs mikroba di tanah. Saya tidak merekomendasikan pestisida," tutur Prabang.
 
Pengamat pertanian dan hama Institut Pertanian Bogor Hermanu Triwidodo menjelaskan belalang punya tingkat metamorfosis, yakni telur berumur dua pekan menetas menjadi nimfa (serangga dewasa tak bersayap), kemudian berganti kulit lima kali dan akhirnya menjadi belalang dewasa. 
 
Jika terjadi kemarau panjang, akan terjadi penumpukan jumlah telur dan akan menetas bersama-sama ketika hujan telah turun dan kelembapan tanah cukup. Di Waingapu sendiri kebetulan terjadi kemarau panjang sehingga populasi belalang kembara pun meledak. *

Komentar