nusabali

Pembangunan Pura Taman Sari Desa Bila Mandeg

Masuk Daerah Genangan Bendungan Danu Kerthi

  • www.nusabali.com-pembangunan-pura-taman-sari-desa-bila-mandeg

SINGARAJA, NusaBali - Proyek Pembangunan Pura Taman Sari, Desa Bila, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng mandeg. Sebelumnya proyek pembangunan pura ini difasilitasi pemerintah karena masuk daerah genangan Bendungan Danu Kerthi (Bendungan Tamblang).

Hanya saja pengerjaan pembangunan pura molor, yang seharusnya sudah selesai saat acara peresmian bendungan 2 Februari lalu.

Pantauan NusaBali, Rabu (7/6) siang di lokasi, proyek pembangunan Pura Taman Sari di pinggir Sungai Aya wilayah Banjar Dinas Kawanan, Desa Bila ini baru berdiri tiang-tiang pancang. Dalam rancangan pembangunan pura akan ditinggikan untuk menghindari genangan air bendungan. Ada sebanyak 51 tiang pancang. Sebagian sudah di lantai beton. Namun sebagian tampak terbengkalai.

Di lokasi pura ada 3 orang tukang bangunan yang sedang merapikan kayu-kayu bekas steger. Ketiga tukang bangunan lokal itu mengaku baru bekerja kembali sejak lima hari lalu. Mereka sempat libur panjang 3 bulan, karena gajinya belum dibayarkan. Perbekel Bila, I Ketut Citarja Yudiarta mengatakan sebenarnya proyek pembangunan Pura Taman Sari Desa Bila difasilitasi Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida dampak pembangunan  Bendungan Danu Kerthi. Krama Desa Adat Bila Tua sebagai pengempon pura pun telah menyetujui pura mereka akan dibangun ulang karena masuk daerah genangan.

“Pengerjaan proyek ini sudah dimulai akhir November 2022 lalu, kalau kontrak persisnya saya tidak tahu, tetapi harusnya sudah selesai selama 3 bulan pengerjaan. Kami sudah sempat bersurat kepada BWS Bali Penida, PT PP PT Adi Jaya selaku penyedia proyek. Gubernur Bali, DPRD Provinsi Bali tapi belum ada tanggapan,” terang Citarja. Dia pun menyampaikan kekhawatiran krama desa jika proyek Pura Taman Sari ini tidak dituntaskan. Sebab piodalan pura akan dilaksanakan pada Purnama Kelima sekitar bulan November mendatang. Citarja pun menyebut dalam proses pembangunan dan desain pura masih kurang koordinasi dengan desa adat, terutama dalam desain bangunan.


“Krama kami sudah terus bertanya bagaimana kepastian pembangunan pura. Bagaimanapun pura ini adalah tempat yang kami sakralkan dan sucikan. Kami khawatir pekerjaannya mangkrak dan tidak selesai tepat waktu sampai piodalan yang sudah dicarikan hari baik sekalian dengan acara melaspas dan ngenteg linggih,” imbuh Citarja.

Sementara itu Anggota Komisi III DPRD Bali dapil Buleleng, Nyoman Ray Yusha langsung meninjau proyek pasca mendapat laporan dari masyarakat. Politisi asal Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng ini mengaku sangat prihatin dengan kondisi ini. Dia pun meminta pihak terkait segera menindaklanjuti persoalan ini.

 “Seharusnya sebelum bendungan diresmikan, proyek ini juga harusnya sudah tuntas, bukan terbengkalai tidak diselesaikan begini. Masyarakat juga menyampaikan keluhan melalui surat resmi belum ada tanggapan. Pihak terkait, pelaksana poyek supaya melihat, bukan membiarkan pekerjaan ini terabaikan,” ungkap Ray Yusha. Dia yang juga pernah menjabat sebagai Kepala BWS mengaku secara pribadi sudah menyampaikan persoalan yang dialami Desa Adat Bila Tua. Ray Yusha berharap pemerintah serius menyikapi persoalan ini, sebab masyarakat sudah sangat bijaksana dan terbuka mendukung Program Strategis Nasional (PSN) ini.

Di sisi lain Kepala Satuan Kerja (Kasatker) Bendungan BWS Bali-Penida, I Komang Gede Putra Antara belum dapat dikonfirmasi karena sedang di luar kota. Sedangkan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Bendungan II Satuan Non Vertikal Tertentu (SNVT) Pembangunan Bendungan BWS Bali-Penida Wayan Andi Frederich Gunawan juga belum menjawab telepon dan pesan WhatsApp. 7 k23

Komentar