nusabali

Jaga Soliditas, Desa Adat Sumerta Ngadegang Bendesa Lewat 'Pasuaran Krama'

  • www.nusabali.com-jaga-soliditas-desa-adat-sumerta-ngadegang-bendesa-lewat-pasuaran-krama

DENPASAR, NusaBali.com - Desa Adat Sumerta, Kecamatan Denpasar Timur gelar pemilihan bendesa pada Sabtu (13/5/2023). Pasuaran krama ngarep dari 14 banjar adat jadi pedoman penentuan bendesa anyar.

I Made Tirana, Ketua Panitia Ngadegang Bendesa lan Prajuru Desa Adat Sumerta menjelaskan bahwa ngadegang bendesa merupakan bagian dari dresta. Oleh karena itu, kepentingan desa adat adalah yang utama dan ditentukan arah pandangnya oleh 2.116 krama ngarep.

Krama ngarep adalah istilah yang digunakan di internal Desa Adat Sumerta untuk merujuk krama atau warga yang mipil (masuk buku besar adat). Dalam satu kepala keluarga biasanya diisi oleh satu krama ngarep atau bisa disebut kepala keluarga itu sendiri.

"Suara dari krama ngarep ini tidak bisa diwakilkan dan bukan peristiwa politik melainkan bagian dari dresta, mohon digarisbawahi," tegas Tirana saat dijumpai di Bale Desa Adat Sumerta, Jalan Nusa Indah Nomor 62, Denpasar Timur pada Sabtu pagi.

Hasil dari pasuaran krama yang berlangsung pada Sabtu bakal menentukan sosok Bendesa Adat Sumerta yang akan mengabdi secara sekala dan niskala selama lima tahun ke depan. Yang mana sosoknya bakal di-adegang pada hari baik menunggu Purnama atau Tilem.

I Ketut Rena, Wakil Panitia Ngadegang Bendesa lan Prajuru Desa Adat Sumerta mengungkapkan, desa adat yang wewidangan-nya masuk ke satu kelurahan dan dua desa dinas ini memiliki empat pura kahyangan desa. Untuk itu, calon bendesa pun berjumlah empat dan merupakan pangamong (pengurus) empat pura tersebut.

Keempat calon Bendesa Adat Sumerta itu adalah pangamong Pura Puseh I Made Raka Suwarna dari Banjar Sima, pangamong Pura Dalem I Nyoman Djuana dari Banjar Abian Kapas Kaja, pangamong Pura Desa I Ketut Rudy Hartana dari Banjar Lebah, dan pangamong Pura Kahyangan I Made Ariawan Payuse dari Banjar Kedaton.

"Calon-calon ini sudah di-parum-kan sebelumnya oleh pangamong di masing-masing pura sehingga diajukan personal yang dinilai mumpuni," kata Rena ketika dijumpai dalam kesempatan yang sama.

Baik Tirana dan Rena menegaskan bahwa pemilihan bendesa bukan ajang berpolitik praktis. Sebab, usai terpilih satu bendesa dari empat calon melalui musyawarah mufakat, calon-calon yang tidak terpilih menjadi bendesa kembali menjadi bagian dari desa adat yang diajak bersama-sama membangun dresta.

Lanjut Tirana, nilai inilah yang dipegang untuk menjaga krama adat yang guyub dan memisahkan dresta dengan urusan sekala semacam politik praktis. Yang terpilih melalui pasuaran krama akan menggantikan Bendesa Adat Sumerta saat ini, I Wayan Butuantara dari Banjar Tegal Kewalon.

Selaku Ketua Panitia sebuah peristiwa adat yang harus dijaga keberlangsungannya, Tirana berharap Bendesa Adat Sumerta yang terpilih nantinya memiliki komitmen untuk memajukan desa dan menjaga dresta. Lantaran, sebagai desa adat yang bertahan di tengah kemajuan ibukota, Tirana dan jajaran tidak mau generasi ke depan meninggalkan dresta yang diwariskan leluhur. *rat

Komentar