nusabali

Kekerasan Seksual Terkait Kesehatan Mental Pelaku

  • www.nusabali.com-kekerasan-seksual-terkait-kesehatan-mental-pelaku

DENPASAR, NusaBali - Kekerasan seksual yang dilakukan seseorang bisa dikaitkan dengan kesehatan mentalnya. Mengelola dorongan seksual yang sehat dan bertanggung jawab, penting untuk menjaga kesehatan mental dan fisik.

Masyarakat Bali kembali dikejutkan sejumlah kasus yang bikin miris. Satu oknum dosen yang sepatutnya jadi teladan para mahasiswa justru melakukan tindakan pelecehan terhadap mahasiswi bimbingannya. Di lain tempat seorang ayah yang sepantasnya jadi tempat perlindungan anak-anaknya, justru melakukan kekerasan seksual kepada putri kandungnya. 

Kedua perilaku menyimpang yang sampai ke telinga publik Bali bukanlah kejadian yang terungkap untuk pertama kalinya. Kejadian yang dipicu dorongan seksual tidak terkendali sudah beberapa terungkap di Pulau Dewata. 

“Dorongan seksual merupakan hal yang wajar dan normal dalam kehidupan manusia. Namun, ketika dorongan seksual tidak terkendali atau tidak diarahkan dengan baik, bisa menyebabkan tindakan yang tidak tepat atau merugikan diri sendiri maupun orang lain,” kata ahli kedokteran jiwa Universitas Udayana Dr dr Cok Bagus Jaya Lesmana SpKJ (K), Rabu (10/5). 

Dr Cok Jaya mengatakan penting bagi seseorang untuk mengenali dorongan seksualnya dan belajar bagaimana mengelolanya dengan cara yang sehat dan sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika yang berlaku.

Dia menjelaskan salah satu langkah yang bisa diambil dalam mengelola dorongan seksual secara sehat, adalah dengan menghindari situasi atau lingkungan yang memicu dorongan seksual yang tidak diinginkan. 

Beberapa situasi atau lingkungan tertentu dapat memicu dorongan seksual yang kuat, seperti adegan atau tayangan porno, pergaulan bebas atau penggunaan alkohol atau narkoba. 

“Jadi secara keseluruhan, mengelola dorongan seksual yang sehat dan bertanggung jawab adalah hal yang penting untuk menjaga kesehatan mental dan fisik, serta menghindari tindakan yang merugikan diri sendiri atau orang lain,” ujarnya. 

Sementara itu sosiolog Unud I Gusti Ngurah Agung Krisna Aditya SSos MA, mengatakan setiap interaksi yang terjadi antarmanusia memungkinkan untuk terjadinya tindakan kekerasan termasuk kekerasan seksual. 

Disebutkannya, pemicu satu kejadian yang melibatkan dua pihak tidak bisa dialamatkan pada satu pihak saja, melainkan dari seluruhnya. 

Berkaca dari kasus oknum dosen yang terekam CCTV mencoba melakukan kekerasan seksual kepada mahasiswinya, menunjukkan hubungan yang 'cair' antara dosen dengan mahasiswanya dewasa ini.

“Ada stimulus, ada respons. Saat ini antara dosen dan mahasiswa tidak ada lagi hubungan hirarkis. Ini berbeda dengan zaman saya ketika menjadi mahasiswa,” ujarnya. 

Krisna menyayangkan apa yang telah dilakukan koleganya sesama akademisi. Menurutnya, seorang pendidik seharusnya menjadi representasi orang yang terpelajar dan bukan sebaliknya memanfaatkan kekuasaan sebagai dosen untuk memanipulasi mahasiswanya. 

“Ada relasi kuasa, penyalahgunaan kekuasaan terhadap mahasiswa," imbuhnya. 

Dia berharap ada gerakan bersama agar peristiwa serupa tidak terjadi lagi. Selain memberikan efek jera melalui hukuman pidana, seluruh institusi pendidikan diharapkan mendeklarasikan upaya memberantas kekerasan seksual di ranah lembaga pendidikan.

“Jika tidak kemungkinan besar akan muncul lagi hal-hal demikian,” tandas Krisna. 7 cr78 

Komentar