nusabali

Lontar Tenung Milik Griya Sangket Baru Pertama Ditemukan di Bali

  • www.nusabali.com-lontar-tenung-milik-griya-sangket-baru-pertama-ditemukan-di-bali

Ukuran lontar tenung milik Griya Sangket tidak lazim. Lontar yang menggunakan Bahasa Kawi Bali itu di setiap kelopaknya dilengkapi dengan gambar.

Penyuluh Bahasa Bali Identifikasi Ratusan Lontar di Griya Sangket, Sukasada, Buleleng  

SINGARAJA, NusaBali
Ratusan lontar di Griya Sangket, Kelurahan/Kecamatan Sukasada,  diidentifikasi oleh belasan penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Buleleng, Sabtu (10/6). Namun hingga Sabtu sore kemarin yang berhasil diidentifikasi baru sebanyak 71 buah lontar. Diperkirakan masih ada setengah lebih lontar yang disimpan oleh Ida Padanda Putu Sangket, 67, yang belum teridentifikasi.

Puluhan lontar yang sudah diidentifikasi tersebut merupakan lontar-lontar umum di Bali. Seperti lontar wariga, kawisesan, usada, dan sebagainya. Namun di hari pertama identifikasi lontar yang disimpan oleh Ida Padanda Putu Sangket di Griya Sangket —yang merupakan griya warisan leluhur Bhagawanta saat zaman Kerajaan Panji Sakti— ditemukan sebuah lontar yang unik.

Lontar tersebut merupakan salah satu lontar wariga yang berjudul Tenung. Koordinator Konservasi Lontar Kabupaten Buleleng Ida Bagus Ari Wijaya yang ditemui di lokasi, menjelaskan, lontar dimaksud adalah lontar tenung pawacakan yang dapat membaca kelahiran seseorang berdasarkan hari lahirnya secara Bali. Meski di Bali dijumpai banyak lontar serupa, namun lontar tenung milik Puri Sangket berbeda.

Selain memiliki ukuran yang tidak lazim, yakni lebih besar dari lontar pada umumnya yang berukuran 3,5 – 4 centimeter. Lontar tenung berukuran 5 centimeter. Dalam setiap kelopak lontar juga dilengkapi dengan gambar, sesuai dengan isi lontar pada halaman tersebut. Gambar ini dapat membantu memudahkan pembacanya untuk mengartikan isi lontra dimaksud.

“Gambar ini fungsinya saling melengkapi dengan isi yang tertuang di lontar. Jadi saat membaca dan melihat gambarnya, pembaca bisa menjadi lebih paham. Dan ini baru ditemukan pertama di Bali untuk lontar tenung,” kata Ari Wijaya.

Secara umum lontar yang tidak diketahui ditulis tahun berapa itu memiliki tebal 66 halaman dengan menggunakan Bahasa Kawi Bali.

Sementara itu, Ketua Penyuluh Bahasa Bali Provinsi Bali Nyoman Suka Ardiyasa yang juga hadir di Griya Sangket, mengatakan, sejauh ini penyuluh bahasa Bali di seluruh Bali tengah berupaya melakukan identifikasi lontar yang ada di Bali. Pihaknya mengaku tidak segan menawarkan diri ke sejumlah tempat seperti Puri dan Griya yang diyakini tempat penyimpanan lontar di Bali.

“Kami terus mengidentifikasi untuk mengetahui berapa jumlah seluruh lontar yang ada di Bali. Selanjutnya setelah teridentifikasi jika ada lontar yang menarik, kami akan buatkan daftar dan meminta kepada pemiliknya untuk diterjemahkan. Sehingga terjemahannya itu dapat bermanfaat untuk masyarakat,” ujar Suka Ardiyasa.

Hal tersebut pun disambut baik oleh Ida Pedanda Putu Sangket yang kini merupakan panglingsir Griya Sangket. Dituturkannya, keberadaan lontar di Griya-nya diyakini sudah ada dan terkumpul sejak tahun 1800. Bahkan seiring perjalanan waktu lontar tersebut terus bertambah yang dibuat oleh leluhurnya.

Hanya saja pihaknya mengatakan jumlah lontar yang kini mencapai ratusan cakep jauh berkurang dari jumlah sebelumnya. Beberapa ada yang hilang dan tidak dikembalikan oleh warga yang meminjam. “Dulu ada banyak, tetapi banyak juga yang hilang karena tidak dikembalikan oleh yang meminjam,” ungkap dia. Selain itu beberapa cakep lontar pun dipercaya masih disimpan keluarga Griya lainnya

Sejauh ini ratusan lontar yang disimpannya dirawat dengan baik, sehingga tidak ditemukan lontar yang mengalami kerusakan. Meski Ida Padanda mengaku belum sempat membaca semua lontar yang disimpannya karena keterbatasan waktu. Yang sering dibacanya adalah lontar dasar-dasar mantra dan wariga. Sedangkan lontar lainnya seperti kawisesan dan usadha dibacanya sesekali saat ada waktu luang. *k23

Komentar