nusabali

PESTA KESENIAN BALI XXXIX TAHUN 2017 'ULUN DANU'

  • www.nusabali.com-pesta-kesenian-bali-xxxix-tahun-2017-ulun-danu

PKB Tahun 2017 direfleksikan kedalam sumber air “Ulun Danu”, yang dimaknai sebagai sumber kesuburan.

Dalam pemaknaan air sebagai sumber kesuburan, kabupaten/kota diberi kebebasan untuk menerjemahkan unsur air tersebut kedalam sebuah bentuk garapan karya seni sesuai warisan budaya, warisan alam, adat istiadat, tradisi, upacara keagamaan, dll.

Rancang bangun Pesta Kesenian Bali tahun 2017, khususnya pawai, tetap berlandaskan konsep penggalian, pengembangan, pembinaan, dan pelestarian. Apah yang meliputi segala zat cair baik yang ada di alam makro maupun alam mikro.
Susunan acara pelepasan pawai PKB ke-39 :
1. Pembukaan MC
2. Laporan Gubernur Bali
3. Pelepasan pasai oleh Menteri Dalam Negeri RI dgn penancapan tongkat jut keluar air mancur   diiringi gamelan ketug gumi & tarian oleh ISI Dps
4. Pawai peserta pawai PKB

Tempat : “Monumen Perjuangan Rakyat Bali”, Lapangan Puputan Niti Mandala, Renon, Denpasar.
Waktu  :  Pkl. 14.00 – 17.00 WITA

Pawai mengikuti prosesi Purwa Daksina (searah jarum jam), start dari Jalan Ir. Juanda dan berakhir di depan Gedung Keuangan Negara. Penampilan diawali dengan “Okokan/ Tektekan”, Br. Penarukan Kerambitan, Tabanan; di depan panggung kehormatan “Utama” musik “Gong Gede”, persembahan Sekaa Gong Gede Banjaran Sari, Sukawati; dan “Semara Pegulingan”, Gita Mahardika, Sukawati, Gianyar; dan di posisi finish, dipersembahkan tabuh – tabuh klasik “Gong Kebyar” , Sekaa Gong Jawa Pangus, Tatiapi – Gianyar.   

URUTAN PAWAI
1.    INSTITUT SENI INDONESIA (ISI) DENPASAR
Pelepasan pawai ditandai dengan menancapkan teteken (tongkat) oleh Mendagri Tjahjo Kumolo dan disambut dengan: “Tabuh Ketug Bumi” persembahan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, sekaligus mengiringi “Tari Siwa Nataraja” sebagai tanda pelepasan Pawai Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXXIX7 – 2017.

Ketug Bhumi adalah sebuah musik prosesi yang didominasi oleh alat – alat musik pukul (perkusi) berkarakter keras, agung, dan megah. Tari Siwa Nataraja yang menggambarkan manifestasi Siwa (Tuhan) sebagai Dewa Kesenian yang menciptakan dunia lewat tari. Hindu meyakini bahwa Siwa terus menerus menari sehingga terciptanya ritme dan keteraturan dalam kosmos.


2.    PEMERINTAH PROVINSI BALI

Pemerintah Provinsi Bali tampil dalam Pawai Pembukaan PKB dengan mengusung cerita “Pemutaran Gunung Mandara Giri”, dipetik dari “Adiparwa” (Suandi, 1984/1985). Cerita ini mengisahkan tentang pemutaran Gunung Mandara yang dilakukan oleh para Dewa dan Raksasa dengan mengaduk lautan susu (Ksirarnawa) untuk mendapatkan Amerta.

Kehadiran Pemerintah Provinsi Bali sebagai duta pawai sesungguhnya sangat menarik, karena dapat membuat bangunan pawai tahun ini dapat dikatakan sebagai refleksi alam makro (Buana Agung) dengan 9 arah mengelilinya, bilaman Pula Bali yang didukung 9 Kabupatan/ Kota. I Made Sindia dipercaya sebagai koreografer bersama 80 orang seniman/ seniwati yang mendukungnya.

3.    KOTA DENPASAR
Kota Denpasar mengawali penampilannya dengan pembawa papan nama, disusul lambang Kota Denpasar, Uparenga, truna-truni berbusana endek khas Kota diiringi musik “Gong Suling”. “Baris Branding Kota Denpasar, janur, bunga/ buah asli lokal, diusung Ibu-ibu PKK, diiringi musik “Semara Pegulingan”.

Pada bagian tengah, dipertontonkan 3 karya unggulan, yaitu: Tari Tenggek, Tari Gambuh, dan Mejangeran, serta tradisi Omed-omedan khas Desa Sesetan Kaja.

Pada bagian terakhir, dipagelarkan karya seni inovatif “Pura Sakenan: dalam perspektif Samudera Kertih dan Wisata Bahari”. Konsep cerita berangkat dari 3 jaman yaitu: Jaman Pemerintahan Prabu Udayana, didampingi pendeta istana (Dharmadhyaksa) Mpu Kuturan; jaman Dalem Waturenggong, didampingi pendeta istana, Danghyang Nirartha;  dan masa kekinian atau era Dharma Wijaya Mantra dan Jaya Negara.

Karya Inovatif Sang Kreator Muda “Dadong Rerod” yang bernilai magis, historis, dan alami, dikemas sesuai kebutuhan pariwisata global (kekinian) diiringi musik semara pegulingan dengan wujud garapan bernuansa “heroik”.  


SELANJUTNYA . . .

Komentar