nusabali

Pura Taman Ayun, Daya Tarik Wisata Mancanegara

  • www.nusabali.com-pura-taman-ayun-daya-tarik-wisata-mancanegara

MANGUPURA, NusaBali.com - Pura Taman Ayun terletak di Desa Mengwi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Sejarah Pura Taman Ayun sangat erat kaitannya dengan berdirinya Kerajaan Mengwi pada tahun 1627 Masehi (1549 Saka).

Pada masa pemerintahan raja pertama Mengwi, I Gusti Agung Ngurah Made Agung yang kemudian bergelar ‘Ida Cokorda Sakti Belambang’, Pura Taman Ayun selesai dibangun dan diresmikan pada tahun 1634 Masehi (1556).

Pura yang memiliki luas 40.000 m2 dikelilingi oleh sebuah kolam besar. Di zaman kerajaan, kolam ini ditanami dengan berbagai jenis bunga seperti teratai dan seroja. Di tepi kolam, tumbuh pohon kamboja, cempaka, kenanga, sekarwati, plasa, tunjung, siulan, serta pohon buah-buahan seperti manggis, durian, wani, mangga, dan rambutan.

Raja pertama Kerajaan Mengwi, I Gusti Agung Putu, adalah orang yang membangun Pura Taman Ayun pada tahun 1634. Pada awalnya, I Gusti Agung Putu mendirikan pura di utara Desa Mengwi sebagai tempat pemujaan leluhurnya yang bernama Taman Genter. Setelah Mengwi menjadi kerajaan yang berkembang pesat, I Gusti Ngurah Putu memperluas bangunan tersebut dan memindahkan Taman Genter ke timur.

Pura yang diperluas tersebut kemudian diberi nama Pura Taman Ayun dan diresmikan pada hari Selasa Kliwon wuku Medangsia bulan keempat tahun 1556 Saka atau 1634 Masehi. Sejak saat itu, setiap kali hari Selasa Kliwon wuku Medangsia tiba, selalu diadakan upacara di pura tersebut.

Wilayah ini terdiri dari area plataran yang luas dan tiga plataran dalam dengan ketinggian yang semakin meningkat pada bagian dalamnya.

Jaba atau plataran luar Pura Taman Ayun terletak di sebelah luar kolam dan dihubungkan dengan plataran dalam melalui jembatan yang melintasi kolam dan pintu gerbang gapura bentar. Plataran dalam dikelilingi oleh pagar batu dan terdapat wantilan di halaman pertama, yang berfungsi sebagai tempat untuk melaksanakan acara dan tempat penyambungan ayam dalam upacara di pura. 

Jalan membelah plataran pertama menuju gapura sebagai pintu masuk ke plataran kedua. Pada plataran kedua, terdapat bale bundar dan kolam dengan teratai. Di sebelahnya terdapat tugu yang memancarkan air ke sembilan arah mata angin. Plataran ketiga dianggap paling suci dan letaknya paling tinggi. Pintu utama, yang disebut pintu gelung, terletak di tengah dan hanya dibuka pada saat upacara.

Sebuah jembatan melintasi kolam dan mengarah ke pintu gerbang gapura bentar yang merupakan pintu masuk ke pelataran dalam yang dikelilingi oleh pagar batu. 

Di depan gapura terdapat sepasang arca raksasa, sementara di sebelah kiri jalan masuk terdapat gardu kecil untuk penjaga. 

Wantilan yang terletak di halaman pertama digunakan sebagai tempat penyelenggaraan upacara dan juga sebagai tempat penyabungan ayam. 

Pelataran dalam pertama terbagi oleh sebuah jalan yang mengarah ke gapura sebagai pintu masuk ke pelataran dalam kedua. 

Di sisi barat daya terdapat bale bundar sebagai tempat istirahat yang menawarkan pemandangan indah, sementara di sebelahnya terdapat kolam dengan teratai dan tugu yang memancarkan air ke sembilan mata angin. 

Di timur terdapat beberapa pura kecil yang disebut Pura Luhuring Purnama.

Plataran ketiga terdapat sejumlah Meru, Candi, Gedong, Padmasana, Padma Rong Telu, dan bangunan keagamaan lainnya.

Di balik sejarah pembangunan Pura Taman Ayun, terdapat fakta menarik mengenai objek wisata ini, yaitu pemujaan roh para leluhur. Sebelum menjadi tempat wisata yang populer, Taman Ayun dulunya adalah Pura Paibon atau Perdaman Raja Mengwi, tempat di mana para raja-raja melakukan pemujaan pada roh-roh para leluhur. 

Gedung Paibon dan Meru menjadi bukti keberadaan tempat tersebut, di mana keduanya dijadikan tempat khusus untuk memuja dan memohon keberkahan dan keselamatan bagi rakyat kerajaan Mengwi kepada para dewa-dewinya.

Manajer Daya Tarik Wisata (DTW) Taman Ayun Mengwi, I Made Suandi mengatakan, “Pura Taman Ayun adalah sebuah Pura Paibon atau Pedarmaan yang dibangun oleh keluarga Raja Mengwi untuk memuja roh para leluhur dari raja-raja”. 

Ia juga menjelaskan bahwa Gedong Paibon dibangun sebagai wujud dari upacara pemujaan tersebut.

Area taman di Pura Taman Ayun terlihat sangat rapi dan menenangkan. Taman ini memiliki luas 4 hektare yang dibagi menjadi dua kawasan, yaitu pelataran dan pelataran luar yang terletak di sisi luar kolam. 

Pelataran ini terdiri dari tiga bagian, yaitu pelataran pertama yang digunakan untuk kegiatan keagamaan dan pertunjukan seni, pelataran kedua dengan sembilan relief yang melambangkan kekuatan Dewata Nawa Sanga, dan pelataran ketiga yang paling tinggi dan memiliki pintu gelung yang digunakan pada saat upacara keagamaan.

Pada tahun 2012, Pura Taman Ayun mendapat pengakuan sebagai salah satu warisan dunia oleh UNESCO, karena keindahannya yang dapat memikat hati para pengunjung. 

Taman Ayun memiliki pemandangan yang mempesona dengan pepohonan yang mengelilinginya, sehingga tempat ini menjadi spot yang populer untuk mengabadikan momen saat berlibur di Bali. 

Menariknya, di halaman sisi pura terdapat arsitektur tradisional Bali, sementara tugu candi kecil yang terbuat dari batu, berjumlah 64 buah, adalah tugu peninggalan dari zaman megalitikum yang menjadi warisan dari nenek moyang.

Para pengunjung yang ingin menikmati keindahan Pura Taman Ayun harus membayar tiket masuk dengan harga Rp 10.000 untuk wisatawan domestik dan Rp 20.000 untuk wisatawan mancanegara. 

Sementara itu, tarif parkir sepeda motor adalah Rp 20.000 dan mobil adalah Rp 5.000. Namun, perlu dicatat bahwa harga tiket masuk bisa berubah sewaktu-waktu.

Pura Taman Ayun melayani pengunjung mulai pukul 08.00 hingga 17.00 WITA. *m05

Berita ini merupakan hasil liputan Irgy Krisnayasa, mahasiswa Praktek Kerja Lapangan di NusaBali.com

Komentar