nusabali

Hewan Caru Disucikan Jelang Tawur Labuh Gentuh

Rangkaian Nyepi Upacara Mapepada Dilaksanakan Sejak Tahun 1835

  • www.nusabali.com-hewan-caru-disucikan-jelang-tawur-labuh-gentuh

SINGARAJA, NusaBali
Puluhan krama desa adat Buleleng yang bertugas saya (piket) memegang belasan hewan.

Mulai dari kerbau, anak sapi, kambing hitam, babi hitam, anjing bangbungkem, angsa, itik dan ayam berbagai warna. Belasan hewan ini lalu diarak keliling wawidangan jaba tengah Pura Desa Adat Buleleng dan catus pata (perempatan agung) sebanyak tiga kali, sebelum Upacara Mapepada ini berakhir.

Upacara Mapepada rutin dilaksanakan Desa Adat Buleleng menjelang tawur kasanga pacaruan jelang hari Raya Nyepi Tahun Saka 1945. Kali ini upacara mapepada jatuh pada Soma Kliwon Uye, Senin (20/3) sore. Kelian Desa Adat Buleleng Nyoman Sutrisna ditemui di sela-sela upacara mengatakan, mapepada wajib dilakukan kepada hewan yang disiapkan untuk kurban dan sarana caru.

Dalam upacara ini, juga didoakan roh yang menghidupi hewan kurban di kehidupan selanjutnya dapat bereinkarnasi menjadi makhluk yang lebih mulia. Seluruh rangkaian upacara dipimpin oleh Ida Pandita Mpu Dharma Jaya Nanda Kusuma dari Gria Stiti Santi Mutiara.

Mapepada merupakan upacara penyucian hewan yang akan digunakan sebagai sarana caru, sebelum akhirnya dihaturkan saat pangerupukan (sehari menjelang Nyepi) di catus pata Buleleng. “Mapepada ini sudah dilaksanakan sejak berdirinya Desa Adat Buleleng yakni pada tahun 1835. Upacara pacaruan di Desa Adat Buleleng mewakili tingkat kabupaten, karena kantor pemerintahan khususnya Kantor Bupati ada di wawidangan Desa Adat Buleleng,” terang Sutrisna.

Upacara pacaruan di catus pata Buleleng yang lokasinya tepat di persimpangan Puri Buleleng, Pasar Buleleng dan kompleks kantor pemerintahan akan dilangsungkan pada Anggara Umanis Uye, Selasa (21/3) bertepatan dengan tilem kasanga.

Seluruh hewan kurban yang disucikan dalam upacara mapepada akan digarap oleh saya untuk sarana upacara. Seluruh bagian hewan kurban dipakai untuk caru. Tidak hanya kulit dan kepala hewan, tetapi dagingnya juga akan diolah menjadi sate pelengkap sarana upakara.

“Setelah mapepada ini saya akan langsung menggarap hewan kurban untuk caru. Sehingga besok sudah siap untuk upacara pangerupukan. Tahun ini dari jumlah hewan yang dipakai akan dilaksanakan Tawur Labuh Gentuh,” imbuh Sutrisna.

Sementara itu dalam rangkaian upacara pangerupukan usai macaru, juga akan digelar parade ogoh-ogoh di wawidangan Desa Adat Buleleng yang mewilayahi 14 banjar adat di Buleleng. Desa Adat pun sudah mengatur rute parade ogoh-ogoh menjadi dua kelompok. Kelompok utara setra terdiri dari Banjar Adat Petak, Banjar Adat Peguyangan, Banjar Adat Banjar Tengah, Banjar Adat Banjar Bali, Banjar Adat Banjar Jawa, Banjar Adat Kampung Baru, Banjar Adat Kaliuntu dan Banjar Adat Kampung Anyar. Kelompok ini akan mengarak ogoh-ogoh yang mengambil start di perempatan Jalan Diponegoro  kemudian menuju arah timur lalu berbelok ke arah Jalan Gajah Mada dan finish di Setra Buleleng.

Sedangkan kelompok selatan terdiri dari Banjar Adat Penataran, Banjar Adat Delod Peken, Banjar Adat Banjar Paketan, Banjar Adat Bale Agung, Banjar Adat Liligundi, dan Banjar Adat Banjar Tegal akan berkumpul di Jalan Ngurah Rai. Seluruh banjar adat selain Banjar Tegal akan mengarak ogoh-ogoh dari Jalan Ngurah Rai menuju Jalan Veteran kemudian Jalan Gajah Mada dan berakhir di Setra Desa Adat Buleleng. Pengecualian berlaku untuk Banjar Adat Banjar Tegal, rute pengarakan dari Jalan Ngurah Rai menuju Jalan Pahlawan dan berakhir di Setra Banjar Adat Banjar Tegal. *k23

Komentar