nusabali

Ogoh-ogoh Sudhamala Berlapis Limbah Kulit Bawang

  • www.nusabali.com-ogoh-ogoh-sudhamala-berlapis-limbah-kulit-bawang

SINGARAJA, NusaBali
Para pemuda di Sekaa Truna Harum Braja, Desa Nagasepaha, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, memanfaatkan limbah kulit bawang menjadi benda yang bernilai seni. Mereka menyulap limbah bawang menjadi salah satu bahan baku pembuatan Ogoh-ogoh. Ide tersebut muncul setelah melihat kulit bawang berserakan di pasar tradisional.

Anggota sekaligus perwakilan Sekaa Truna Harum Braja, Nyoman Yukima Ugrasena menyampaikan dalam pembuatan Ogoh-ogoh kali ini pihaknya mengumpulkan limbah kulit bawang di pasar tradisional. Kulit bawang itu dimanfaatkan menjadi lapisan kulit Ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh ini dibuat selama sebulan lebih sejak awal Februari hingga awal Maret.

"Menggunakan kulit bawang menjadikan irit sebenarnya. Kami tidak harus membeli kertas lapis warna cokelat. Namun tantangannya ada pada saat menempel kulit bawang putih itu. Karena ukuran kulit bawangnya kan kecil, sedangkan waktu menyelesaikan mendesak," jelasnya, dikonfirmasi, Sabtu (18/3).

Adapun Ogoh-ogoh dibuat menggunakan batang kayu sebagai rangka utama. Untuk anatomi mereka memanfaatkan kertas koran. Khusus bagian payasan menggunakan kardus. Setelah anatomi terbentuk, mereka menempelkan kulit bawang putih. Hal itu memberi keunggulan. Karena Ogoh-ogoh terlihat memiliki kulit dan tekstur khusus.

Wujud Ogoh-ogoh dengan tinggi sekitar 3 meter tersebut dibuat dengan tampang menyeramkan. Pada bagian wajah, lidah dibikin menjulur panjang, dengan kalung tengkorak melingkar pada leher. Ogoh-ogoh dengan warna dominan putih itu, memiliki tekstur kulit yang terbilang unik. Proses pewarnaan secara alami, dengan memanfaatkan kulit bawang yang sudah berwarna putih

Ogoh-ogoh itu mengambil tema Sudhamala yang berarti penyucian dari penyakit. Tema itu dipilih karena masih dianggap relevan dengan kondisi saat ini. "Ini ada hubungannya juga dengan pandemi covid-19. Hampir tiga tahun kita hidup terbelenggu dengan situasi pandemi. Sekarang kasusnya sudah reda. Jadi kami anggap Ogoh-ogoh ini sebagai bentuk penyucian," katanya.

Kreativitas memanfaatkan limbah ini, membuat Sekaa Truna Harum Braja berhasil keluar sebagai tiga besar dalam lomba Ogoh-ogoh di tingkat Kecamatan Buleleng. Kini mereka juga tengah dinilai dalam lomba Ogoh-ogoh di tingkat Kabupaten Buleleng.

Kabid Adat dan Tradisi pada Dinas Kebudayaan Buleleng, Gede Angga Prasaja mengungkapkan, unsur penilaian lebih menekankan pada tiga hal. Masing-masing estetika, etika, serta religius. Aspek religius misalnya mempertimbangkan sumber sastra atau nilai agama dalam pembuatan Ogoh-ogoh.

Sementara aspek etika lebih menekankan pada aksesoris atau pepayasan Ogoh-ogoh. Sementara aspek estetika mempertimbangkan sejumlah unsur, yakni keunikan tema, bahan dan komposisi, teknik konstruksi, anatomi, ekspresi, serta kreativitas

Proses penilaian lomba Ogoh-ogoh di tingkat Kabupaten telah berjalan. Ogoh-ogoh yang masuk kriteria 3 besar di tiap kecamatan, dinilai lagi untuk kompetisi tingkat kabupaten. Sehingga total ada 27 Ogoh-ogoh se-Buleleng yang dinilai. "Nanti hasilnya akan diumumkan Dinas Kebudayaan Provinsi. Tanggal 23 Maret sudah diumumkan resmi," kata Angga.*mzk

Komentar