nusabali

Ribuan Krama Kapal Melasti Berjalan Kaki 36 Km

Di Balik Kemajuan Sarana Transportasi di Badung

  • www.nusabali.com-ribuan-krama-kapal-melasti-berjalan-kaki-36-km

DENPASAR, NusaBali
Kemajuan ekonomi bagi Bali menjadikan kepemilikan kendaraan pribadi sebagai sesuatu yang lazim.

Menyewa pun juga gampang. Namun tidak berarti setiap krama Bali leluasa pakai kendaraan untuk setiap bepergian. Krama Desa Adat Kapal, Kecamatan Mengwi, Badung, misalnya, memilih mamargi (berjalan kaki) sepanjang 18 kilometer untuk melasti, serangkaian Nyepi Tahun Baru Saka 1945. Melasti dilaksanakan pada Redite Wage Uye, Minggu (19/3) hari ini. Sekali jalan berjarak 18 km, dari Desa Kapal ke lokasi melasti di Pantai Seseh, Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Badung. Maka, pergi–pulang krama harus berjalan kaki sepanjang 36 km.

Melasti ini dari Pura Bale Agung pukul 06.00 – 06.30 Wita, balik dan tiba kembali di Pura Bale Agung sore hari sekitar pukul 16.00 Wita.

Jro Bendesa Adat Kapal I Ketut Sudarsana menuturkan, prosesi melasti dengan jalan kaki ini karena faktor teknis. Antara lain, tidak gampang mengatur lalu lintas jika memakai kendaraan. Apalagi kondisi jalan sekarang, rata-rata padat arus lalu lintas. Sedangkan krama melasti mencapai ribuan orang. Krama Kapal sekitar 12.000 orang atau 3.000 KK dari 18 banjar adat.

“Jika perlu ratusan mobil atau truk, untuk melasti mungkin tidak sulit mendapatkan. Yang berat itu mengatur arus lalulintasnya,” tutur bendesa yang juga penekun aksara dan sastra Bali ini.

Menurut dia, melasti berjalan kaki juga menambah guyub antarkrama, serta berfaedah untuk kesehatan. “Secara tak langsung berolahraga dan kami ikut berkontribusi mengurangi polusi di jalan raya,” ucap alumni ITB Bandung ini.

Aedan (tahapan) melasti diawali nedunang pralingga (menurunkan benda suci stana) Ida Batara dari Pura Desa/Bale Agung. Selanjutnya pralingga berikut perlengkapan upacara kapundut (dijunjung) menuju Pantai Seseh. Sebelum tiba di Pantai/Segara Seseh, pralingga Ida Batara katuran mesanekan lan pasucian (diistirahatkan dan penyucian) di Pura Batu Mejan, Canggu. Dari Pura Batu Mejan, melanjutkan perjalanan ke arah barat, hingga di Segara Seseh. Puncak melasti ditandai persembahyangan bersama.

Selanjutnya krama melasti dengan pralingga masing-masing, kembali menuju Pura Desa/Bale Agung, Desa Adat Kapal. ”Secara simbolik, dalam ritual ini (melasti), Ida Batara ngamet amerta (mengambilkan kesejahteraan) untuk dianugerahkan kepada krama,” tutur Jro Bendesa Sudarsana. Seperti biasa, melasti dilaksanakan beberapa hari sebelum Nyepi.

Made Gede Wawan Dharmawan, salah seorang tokoh muda Desa Adat Kapal, menuturkan melasti dengan berjalan kaki ini dapat menciptakan keakraban antarkrama. “Karena itu, sampai sekarang melasti di Desa Adat Kapal tetap dengan berjalan kaki,” ucap Ketua Karang Taruna Widya Dharma Bhakti, Kelurahan Kapal ini. Dengan keakraban itu, tegas dia, jarak tempuh cukup jauh jadi tidak terasa. *k17

Komentar