nusabali

Karangasem Kekurangan 2.491 Sulinggih

  • www.nusabali.com-karangasem-kekurangan-2491-sulinggih

Sulinggih tidak perlu banyak, yang terpenting berkualitas. (Ketua Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi Karangasem I Gede Pawana).

AMLAPURA, NusaBali

Karangasem kini baru memiliki 342 sulinggih sehingga  masih kekurangan 2.491 sulinggih. Sesuai perhitungan PHDI Karangasem, idealnya 150 umat Hindu dilayani satu sulinggih. Sedangkan, umat Hindu di Karangasem kini  425.000 jiwa. Ini berarti membutuhkan 2.833 sulinggih.

Ketua PHDI Karangasem Dr Ni Nengah Rustini memaparkan hal itu di sela-sela memimpin pelaksanaan upacara Diksa Pariksa, di Banjar Kebon, Desa Telaga Tawang, Kecamatan Sidemen, Karangasem, Kamis (16/3).

Jelas dia, atas dasar data itu, dengan adanya umat Hindu meningkatkan kasucian jadi sulinggih, maka PHDI Karangasem sangat mengapresiasi. PHDI mengapresiasi

pelaksanaan Diksa Pariksa untuk walaka, Ida Bawati Pasek Wayan Sudarta,60, - Ida Bawati Pasek Istri Ni Wayan Wismiati,55, di Banjar Kebon.

“Kami, mendorong agar lebih banyak lagi umat Hindu menjadi sulinggih. Sehingga umat sedharma tidak kesulitan mendapatkan pelayanan di saat musim upacara, terutama saat ngaben,” lanjut mantan Kepala Kantor Kementerian Agama Karangasem, yang juga Ketua FKUB Karangasem.

Ketua MGPSSR (Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi) Karangasem I Gede Pawana hadir pada acara tersebut. Guna menyikapi kekurangan sulinggih di Karangasem, tidak mesti buru-buru mencetak sulinggih yang banyak. “Sulinggih tidak perlu banyak, yang terpenting berkualitas,” jelas Pawana yang juga Perbekel Duda Timur, Kecamatan Selat, tersebut.

Penyuluh agama dari Kantor Kementerian Agama Karangasem Dr I Gusti Ngurah Ananjaya juga hadir pada acara tersebut. Dia tidak menyinggung tentang kekurangan sulinggih di Karangasem. Dia hanya mengingatkan kepada sang diksita, agar setelah nanti jadi sulinggih agar menjalankan swadarmaning sang sulinggih. Upacara Diksita akan digelar Anggara Kliwon Prangbakat, Selasa (4/4),

Jelas dia, tugas-tugas sulinggih yakni arcana (memuja Ida Sang Hyang Widhi setiap hari dalam bentuk nyurya sewana). Adhyaya (tekun mendalami weda), adhupaka (suka mengajar kebenaran), swadyaya (belajar sesuai petunjuk sang nabe). “Sulinggih juga sebagai penadahan upadesa, tempat bertanya,” jelasnya.

Hadir pada acara Diksa Pariksa, Dharma Upapati PHDI Karangasem Ida Pedanda Gede Wayan Buruan dari Geria Pemaron Sidemen, Banjar/Desa Duda, Kecamatan Selat, calon nabe napak Ida Pandita Mpu Nabe Dwi Daksa Natha dari Geria Giri Kusuma, Banjar Marga Sengkala, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar. Calon nabe waktra Ida Pandita Mpu Nabe Tri Daksa Artha dari Geria Giri Purwa Jagat Santhi, Banjar/Desa Ababi, Kecamatan Abang. Calon nabe saksi Ida Pandita Mpu Nabe Sura Natha Parama Yoga dari Geria Kusuma, Klungkung.

Calon nabe napak Ida Pandita Mpu Nabe Dwi Daksa Natha mengingatkan, semakin banyak ada sulinggih, semakin banyak mendoakan semesta agar rahayu. “Sebab, sulinggih tiap hari berdoa melalui nyurya sewana,” jelasnya.

Ida Bawati Pasek Wayan Sudarta masih aktif sebagai guru SDN 2 Telaga Tawang, Kecamatan Sidemen, dan memasuki pensiun, per 31 Desember 2023. Dirinya menyatakan siap melayani umat.*k16

Komentar