nusabali

Kecamatan Dawan Jadi Juara Parade dan Lomba Ogoh-Ogoh se-Kabupaten Klungkung

  • www.nusabali.com-kecamatan-dawan-jadi-juara-parade-dan-lomba-ogoh-ogoh-se-kabupaten-klungkung
  • www.nusabali.com-kecamatan-dawan-jadi-juara-parade-dan-lomba-ogoh-ogoh-se-kabupaten-klungkung
  • www.nusabali.com-kecamatan-dawan-jadi-juara-parade-dan-lomba-ogoh-ogoh-se-kabupaten-klungkung
  • www.nusabali.com-kecamatan-dawan-jadi-juara-parade-dan-lomba-ogoh-ogoh-se-kabupaten-klungkung
  • www.nusabali.com-kecamatan-dawan-jadi-juara-parade-dan-lomba-ogoh-ogoh-se-kabupaten-klungkung
  • www.nusabali.com-kecamatan-dawan-jadi-juara-parade-dan-lomba-ogoh-ogoh-se-kabupaten-klungkung

SEMARAPURA, NusaBali.com – Sebanyak 4 kecamatan mengikuti parade dan lomba ogoh-ogoh se-Kabupaten Klungkung, berpusat di panggung terbuka Alun-alun Ida Dewa Agung Jambe pada Kamis (16/3/2023) malam.

Dimulai pada pukul 19.00 Wita, seluruh peserta menampilkan karya terbaik dengan beragam tema berwujud bhuta kala atau roh jahat, raksasa, denawa, dan detya.

Tak hanya menampilkan keindahan serta kertaksuan dari wujud ogoh-ogohnya, lomba ini tampak berbeda dari lomba biasanya. Di mana, para perwakilan setiap kecamatan menuangkan cerita ogoh-ogoh yang dibuat dalam bentuk fragmentari.

Penampilan pertama dimulai dari perwakilan Pasikian Yowana Semarajaya, Kecamatan Banjarangkan dengan tajuk ‘Musaka Wahananing Gana’, yang menceritakan ksatria yang dianugerahkan oleh Dewa Siwa kepada raksasa Gajak Mogasuram.

Dilanjutkan penampilan kedua oleh Karang Taruna Kresna Bhuana, Kecamatan Dawan dengan tajuk ‘Sandi Maya’, yang menceritakan dimensi antara manusia dan para raksasa yang dituangkan dalam epos Mahabarata.

Lalu penampilan ketiga oleh Simbar Kencana, Kecamatan Nusa Penida dengan tajuk ‘Detya Mahesasura’, yang menceritakan keangkuhan dan rasa keinginan untuk menguasai ketiga dunia menjadi penyebab kematian.

Serta, penampilan terakhir dipungkasi oleh Pasikian Yowana, Kecamatan Klungkung dengan tajuk ‘Taksaka Raja’, yang menceritakan sosok naga bersayap yang dipercaya oleh umat Hindu sebagai simbol angkasa atau melambangkan atmosfer bumi.


Foto: Kepala Bidang Kesenian Disbud Klungkung, I Komang Sukarya (kiri) dan Kepala Dinas Kebudayaan Klungkung, IB Jumpung Gede Oka Wedhana (kiri). -RIKHA SETYA

Kepala Bidang Kesenian Disbud Klungkung, I Komang Sukarya menerangkan perlombaan ogoh-ogoh sekaligus parade ini bisa menjadi wadah kreativitas para yowana dalam tari dan tabuh. Sehingga dari segi penilaian, tak hanya menilai bentuk pada ogoh-ogohnya, namun juga menilai dari ide cerita dan iringan fragmentari.

“Fragmentari dinilai karena akan mengambil cerita dari ogoh-ogoh yang dibuat. Namun, persentase penilaian yang lebih diutamakan adalah dari anatomi ogoh-ogoh,” ujar Sukarya saat ditemui sebelum gelaran acara pada Kamis (16/3/2023) malam.

Lebih lanjut ia jelaskan, unsur penilain pun tak luput dari aturan Pemerintah Provinsi Bali untuk mengedepankan bahan ramah lingkungan. Sehingga syarat utama pembuatan ogoh-ogoh tidak diperbolehkan menggunakan styrofoam dan plastik. Termasuk tidak boleh menampilkan unsur-unsur seksual, striptis, atau ogoh-ogoh dalam bentuk penghinaan terhadap unsur ataupun organisasi.

Perlombaan ini pun turut dinilai langsung oleh ketiga juri diantaranya I Ketut Gede Rubika (Dosen Pendidikan Seni Kerawitan, Universitas Negeri Hindu Indonesia), Cokorda Alit Artawan (Dosen Desain Komunikasi Visual, Institut Seni Indonesia Denpasar), dan I Ketut Sudiana (Dosen Pedalangan Institut Seni Indonesia Denpasar).

Salah satu juri, I Ketut Gede Rubika menerangkan dirinya bangga sekaligus puas terhadap hasil dan juga penampilan dari keempat peserta yang dinilai sangat luar biasa. Namun, ia turut memberikan catatan serta masukan untuk menyempurnakan kembali hasil ogoh-ogoh setiap peserta ke depan.

“Dari segi bentuk dilihat dari anatominya, Teknik, serta kreativitas. Namun, karena semua adalah konsep dari pementasan fragmentari, kami tetap mengacu terhadap ide cerita dan ide ogoh-ogoh. Sehingga dilihat keselarasannya dari garapan itu terhadap penokohan ogoh-ogoh yang ditampilkan,” tuturnya.

Ia juga menambahkan, perlu adanya evaluasi kepada panitia pelaksana dalam hal ini perlu adanya edukasi kepada para peserta sebelum dilaksanakan perlombaan. Seperti edukasi pembuatan ogoh-ogoh termasuk sumber cerita yang akan digarap oleh peserta. Tak hanya itu, dengan perkembangan teknologi yang cukup pesat saat ini, ia harapkan para peserta bisa memanfaatkan hal tersebut nantinya.

“Karena sekarang teknologi sudah berkembang, ogoh-ogoh tanpa diarak sudah bisa digerakkan dan itu merupakan hal yang luar biasa. Tetapi malam hari ini luar biasa, seniman Klungkung bisa berkreativitas dengan maksimal,” jelasnya.

Foto: 3 Juri parade dan lomba ogoh-ogoh (dari kiri-kanan), I Ketut Gede Rubika (Dosen Pendidikan Seni Kerawitan, Universitas Negeri
Hindu Indonesia), Cokorda Alit Artawan (Dosen Desain Komunikasi Visual,
Institut Seni Indonesia Denpasar), dan I Ketut Sudiana (Dosen
Pedalangan Institut Seni Indonesia Denpasar). -RIKHA SETYA

Sementara, Kepala Dinas Kebudayaan Klungkung, IB Jumpung Gede Oka Wedhana menerangkan para pemuda sangat antusias menyambut lomba ogoh-ogoh ini dengan menampilkan karya terbaik mereka, pasalnya lomba ini baru pertama kali dilakukan setalah 2 tahun lebih pandemi Covid-19.

“Tahun ini karena memang PPKM sudah dihapus, jadi antusias peserta itu memang bagus sekali. Mereka sangat antusias karena pelaksanaannya di panggung terbuka atas saran Bupati Klungkung. Ke depan kami harapkan partisipasi lebih dari saat ini,” harapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta mengapresiasi para peserta dan juga antusias masyarakat Klungkung yang datang. Kehadirannya malam, dikatakan Suwirta sekaligus menjadi kehadiran terakhirnya menjabat sebagai Bupati Klungkung.

“Antusias penonton sangat luar biasa hari ini, terima kasih. Jadi lomba ini adalah khusus permintaan dari saya, karena memang antusias sangat tinggi di Kabupaten Klungkung,” ujar Suwirta dalam sambutannya.

Lomba yang bertujuan untuk melestarikan adat dan budaya Bali ini, pesan Suwirta bagi siapapun yang juara dapat menerima dengan lapang dada tanpa adanya keributan.

“Ke depan, semoga lomba ini bisa di mulai lebih awal yakni pukul 17.00 Wita dan peserta bisa diambil dua dari setiap kecamatan. Sehingga penonton bisa lebih puas menikmati gelaran ini,” pungkasnya.

Di akhir acara, Bupati Suwirta didampingi Kepala Dinas Kebudayaan Klungkung, IB Jumpung Gede Oka Wedhana menyerahkan piala kepada masing-masing pemenang lomba.

Juara I diraih oleh Karang Taruna Kresna Bhuana, Kecamatan Dawan dengan total nilai 279.

Juara II diraih oleh Pasikian Yowana Semarajaya, Kecamatan Banjarangkan dengan total nilai 249, Desa Jumpai Duta Kecamatan Klungkung.

Selanjutnya juara III diraih oleh Pasikian Yowana, Kecamatan Klungkung dengan total nilai 248, dan Juara Harapan I diraih oleh Simbar Kencana, Kecamatan Nusa Penida dengan total nilai 232.

Para juara pun berhak membawa pulang piala serta uang tunai yakni juara I mendapat Rp 20 juta, juara II sebesar Rp 17 Juta, Juara II sebesar Rp 15 juta serta harapan I sebesar Rp 10 juta. *ris

Komentar