nusabali

Nenek Tewas Saat Gubuk Terbakar, Kakek Meninggal Diseruduk Sapi

Nasib Naas Menimpa Warga Lanjut Usia di Kabupaten Karangasem dan Jembrana

  • www.nusabali.com-nenek-tewas-saat-gubuk-terbakar-kakek-meninggal-diseruduk-sapi

Korban Ni Ketut Jelantik,85, menjadi korban tewas saat gubuknya terbakar di Banjar Yeh Poh, Manggis, Karangasem yang lokasinya jauh dari pemukiman warga.

NEGARA, NusaBali

Dua warga lanjut usia (Lansia) menjadi korban meninggal dunia setelah tertimpa musibah di Kabupaten Karangasem dan Jembrana. Di Jembrana, seorang pekak (kakek) I Nengah Weta,68, di Banjar Pancaseming, Desa Batuagung, Kecamatan/Kabupaten Jembrana meninggal dunia karena diduga menjadi korban amukan sapi peliharaannya sendiri, Selasa (14/3) sore. Sementara di Karangasem, seorang nenek berstatus janda Ni Ketut Jelantik,85, menjadi korban tewas saat gubuk yang ditempatinya terbakar di Banjar Yeh Poh, Desa/Kecamatan Manggis, Karangasem, Rabu (15/3) sore.

Dari informasi yang dihimpun, peristiwa naas kakek diseruduk sapi terjadi di lahan kebun milik korban. Awalnya, korban yang sehari-sehari memelihara sapi di kebunnya, melakukan rutinitas ke kebun pada pagi hari dan biasanya sudah pulang sekitar pukul 14.00 Wita. Namun pada Selasa sore korban diketahui belum kunjung pulang sehingga istri korban Sayu Kade Suentri,68, berusaha mencari ke kebun.

Saat menyusul ke kebun pukul 15.30 Wita itu Suentri sempat memanggil-manggil korban namun tidak ada jawaban. Setelah dicari masuk ke dalam kebun, Suentri melihat suaminya tergeletak dalam kondisi tidak sadarkan diri dan penuh luka di dekat sapi milik korban yang tampak masih mengamuk.

Melihat hal tersebut, Suentri langsung kembali pulang dan memanggil anaknya, I Putu Budiarta,37, dan warga sekitar untuk membantu mengevakuasi korban dan dilarikan ke Rumah Sakit BaliMed Negara. Sayangnya, saat itu korban yang mengalami sejumlah luka sudah dinyatakan dalam keadaan meninggal dunia.

Kapolsek Kota Jembrana Iptu I Putu Budi Santika, Rabu (15/3) mengatakan setelah menerima laporan peristiwa tersebut pada Selasa petang, jajarannya sudah langsung turun melakukan olah TKP. Termasuk mengecek korban ke Rumah Sakit. Dari hasil pengecekan tersebut, korban diduga meninggal dunia karena diseruduk sapinya yang mengamuk. "Ada beberapa luka, terutama di bagian kepala, dada dan di beberapa bagian tubuh lainnya," ujarnya.

Saat turun ke TKP pada Selasa petang, kata Iptu Budi Santika, sapi jantan peliharaan korban itu masih tampak mengamuk. Sapi itu diduga mengamuk karena dalam kondisi stres. Saat kejadian diamuk sapi itu korban diduga sedang menarik sapinya untuk dibawa masuk ke kandang. "Dari pihak keluarga sudah mengikhlaskan kejadian itu. Mereka pun yakin kalau korban meninggal karena diserang sapinya," ujarnya.

Sementara pada, Rabu kemarin dari petugas Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Keswan-Kesmavet) pada Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana sempat turun mengecek kondisi sapi korban. Penelusuran itu pun dilakukan untuk mengecek kemungkinan penyakit sapi gila. Namun dari hasil pengecekan petugas, sapi itu dipastikan dalam kondisi sehat dan sudah tenang. Ada dugaan sapi itu sempat mengamuk karena stres. Saat kejadian, sapi tersebut diketahui hendak dipindahkan ke kandang yang baru dan ada kemungkinan telat diberikan makan.

"Tidak ada indikasi sapi gila. Kita juga coba telusuri apakah sapi itu pernah digigit anjing (terkait kemungkinan rabies), juga tidak ada. Tetapi saat kejadian sempat mengamuk itu sesuai keterangan keluarga, sapinya itu mau dipindah ke kandang baru. Ada kemungkinan telat diberi makan," ujar Kabid Keswan-Kesmavet pada Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana drh I Wayan Widarsa.

Selain diduga telah diberikan makan, kata Widarsa, ada dugaan sapi jantan itu sedang birahi. Sesuai keterangan keluarga, sapi yang pernah beberapa kali dikawinkan itu sudah cukup lama tidak dikawinkan lagi sehingga emosinya meningkat. "Karena sapi ini sapi jantan, dan sudah 1 bulan tidak dilakukan perkawinan, ada kemungkinan kadar hormon testosteron meningkat. Nah mungkin karena stresnya terlalu tinggi, karena telat makan dan ada riwayat tidak pernah melakukan penyaluran birahi, kemungkian saat ditarik sapinya ngamuk," ucap Widarsa.

Sementara di Karangasem, seorang nenek berstatus janda Ni Ketut Jelantik,85, menjadi korban tewas saat gubuk yang ditempatinya terbakar di Banjar Yeh Poh, Desa/Kecamatan Manggis, Karangasem, Rabu (15/3) pukul 10.00 Wita. Menurut penuturan anak korban, yakni Jro Mangku Gede Ariawan pagi sebelum musibah terjadi sempat menengok ibunya. Selama ini korban tinggal di Banjar Yeh Poh, karena memiliki tegalan, sedangkan rumah aslinya di Banjar Ketket, Desa Duda Timur, Kecamatan Selat, Karangasem. Seluruh keluarganya tinggal di Banjar Ketket, sedangkan korban tinggal sendirian di tengah tegalan di Banjar Yeh Poh yang jauh dari pemukiman.

Jro Mangku Gede Ariawan mengatakan setiap hari menengok sang ibu dan biasanya menengok sampai sore. Kebetulan, kemarin di Banjar Ketket ada acara, sehingga Jro Mangku Gede Ariawan hanya menengok beberapa jam saja.

Namun saat sorenya mendengar kabar ibunya itu telah meninggal, karena gubuknya terbakar. Warga setempat cukup lama mengetahui musibah itu, karena gubuk itu jauh dari pemukiman. Kebetulan ada warga melintas di tegalan itu lalu mendekati lokasi kebakaran menemukan sesosok wanita lanjut usia dalam kondisi telah meninggal. Kemudian warga mencari tahu alamat dan keluarga korban, terungkap asal Banjar Ketket, Desa Duda Timur.

Selanjutnya setelah keluarga korban dapat laporan, lalu mengevakuasi jenazah korban ke Banjar Ketket, Desa Duda Timur. "Sebenarnya saya sejak lama ingin mengajak tinggal di rumah di Banjar Ketket, tetapi ibu saya tidak mau," jelas Jro Mangku Gede Ariawan. Almarhum meninggalkan 8 anak, 23 cucu. Rencananya akan digelar upacara makingsan ring gni di Setra Desa Adat Duda, Sukra Paing Matal, Jumat (17/3) hari ini.

"Ya saya baru dengar ada warga dari Banjar Ketket, tinggal di Banjar Yeh Poh, meninggal karena gubuk yang dia tempati terbakar," jelas Perbekel Duda Timur I Gede Pawana di rumah duka. *ode, k16

Komentar