nusabali

Pemkab Badung Janji Beli Gabah Petani

  • www.nusabali.com-pemkab-badung-janji-beli-gabah-petani

MANGUPURA, NusaBali.com – Dewasa ini, menjadi petani murni dan tradisional masih dianggap sebagai profesi yang tidak menguntungkan secara ekonomi. Secara tradisi, hasil panen petani sebagian besar dikonsumsi untuk keperluan sendiri.

Kalau pun dijual, para petani tradisional sering dikejar-kejar tengkulak yang mematok harga beli dari memandang hamparan petakan sawah saja. Untung-untungan kalau biji padi kurang bernas sehingga petani lebih mujur namun di lapangan kerap kali terjadi sebaliknya.

Itu satu soal tengkulak yang merusak nilai tukar petani. Belum lagi soal pupuk yang harganya terganggu oleh konflik geopolitik di daratan Eropa Timur. Sektor yang menggiurkan pada saat kontraksi ekonomi di kala pandemi ini akhirnya kembali ke titik nadirnya.

Sekretaris Daerah Kabupaten Badung I Wayan Adi Arnawa mengutarakan niat Pemkab Badung menyerap produksi gabah petani melalui Perumda Pasar Mangu Giri Sedana. Pernyataan ini disampaikan Adi Arnawa tatkala menghadiri pembahasan program kerja sekaa subak se-Kabupaten Badung pada Sabtu (11/3/2023).

“Dalam rencana jangka pendek, bagaimana kami upayakan bisa mendorong produksi padi di Badung. Oleh karena itu, pemerintah akan menyerap produksi padi dalam bentuk gabah bukan dengan cara-cara tengkulak,” tutur birokrat asal Desa Pecatu, Kuta Selatan.

Dalam acara yang bertempat di Bale Subak Lepud, Pasedahan Yeh Sungi, Desa Baha, Kecamatan Mengwi itu, Adi Arnawa menegaskan bahwa langkah ini diambil tidak terlepas dari metode kontrol terhadap inflasi pangan. Sebab, Badung masih dependen dengan daerah lain.

Apabila produksi pangan seperti beras dapat digeber di dalam daerah sendiri maka perputaran ekonomi berada di dalam wilayah. Sementara itu, laju inflasi di sektor pangan dapat dikontrol dengan pasokan dari dalam daerah.

Kata mantan Kepala Dinas Pendapatan Daerah Badung ini, strategi semacam ini seperti sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Sebab, hasil penyosohan gabah produksi petani Badung bakal dikemas dan dibranding dengan baik lewat Perumda Pasar yang bermarkas di Mengwitani itu.

Sementara langkah ini juga bisa mendorong prospek beras produksi petani menjadi produk daerah. Di sisi lain, nilai keuntungan yang diterima petani juga terbilang lumayan sehingga sedikit banyak mampu meningkatkan kesejahteraan.

“Dengan metode ini, petani bisa mendapat keuntungan nilai tambah sebesar 11 persen apabila tidak dijual ke tengkulak. Melihat prospek seperti ini mudah-mudahan juga dapat menstimulasi pangan lain seperti bawang dan cabai,” tegas birokrat berkacamata di hadapan 500 pekaseh dan pangliman subak se-Badung.

Sementara itu, I Made Suka, Ketua Majelis Madya Subak Kabupaten Badung berharap mendapat dukungan langsung selain mekanisme yang sudah diutarakan pemerintah. Dukungan langsung yang dimaksud adalah bantuan dana atau keuangan selayaknya desa.

“Kami mengapresiasi Pemkab Badung yang sudah menaruh perhatian terhadap keberadaan subak di Badung. Kami berharap ada dukungan dari segi anggaran baik itu berupa BKK (Bantuan Keuangan Khusus) atau bentuk lainnya,” tandas Suka. *rat

Komentar