nusabali

Tapel Mataksu, Ogoh-Ogoh Yama Raja dari Abiantegal Dauh Puri Kauh yang Dibikin Sederhana

  • www.nusabali.com-tapel-mataksu-ogoh-ogoh-yama-raja-dari-abiantegal-dauh-puri-kauh-yang-dibikin-sederhana
  • www.nusabali.com-tapel-mataksu-ogoh-ogoh-yama-raja-dari-abiantegal-dauh-puri-kauh-yang-dibikin-sederhana
  • www.nusabali.com-tapel-mataksu-ogoh-ogoh-yama-raja-dari-abiantegal-dauh-puri-kauh-yang-dibikin-sederhana
  • www.nusabali.com-tapel-mataksu-ogoh-ogoh-yama-raja-dari-abiantegal-dauh-puri-kauh-yang-dibikin-sederhana
  • www.nusabali.com-tapel-mataksu-ogoh-ogoh-yama-raja-dari-abiantegal-dauh-puri-kauh-yang-dibikin-sederhana

DENPASAR, NusaBali.com – Ketika banyak ogoh-ogoh dibuat jorjoran, Sekaa Teruna Graha Tula dari Banjar Abiantegal, Desa Dauh Puri Kauh, Denpasar Barat memilih mempertahankan kesederhanaan.

Ogoh-ogoh setinggi 4,5 meter bertajuk Yama Raja sang penguasa neraka ini menggambarkan Dewa Yama yang sedang murka. Yama Raja dikonsep statis dengan beberapa aksen lampu dan dua anjing pengawal yang mampu menggerakkan mulutnya.

Kadek Indra, 28, Sekretaris Panitia Ogoh-Ogoh ST Graha Tula menyebut pihaknya ingin mempertahankan kesederhanaan dalam proses penggarapan Yama Raja. Kata pemuda yang akrab disapa Ableh ini, proses penggarapan menyesuaikan kemampuan dan keahlian anggota.

“Melihat kemampuan dan keahlian anggota, kami berusaha membuat yang menurut kami sederhana dan mudah dibuat. Selain itu, waktu juga mepet hanya satu setengah bulan,” tutur Ableh ketika dijumpai di sela penggarapan pada Selasa (7/3/2023) malam.

Meskipun berangkat dari kesederhanaan kompleksitas penggarapan, Yama Raja diberikan kelebihan dari segi penampilan. Selain itu, bebadongan dan lelamakannya pun dirancang dengan bahan yang tidak biasa.

Foto: Penampakan Yama Raja dari kejauhan ketika dikunjungi anak-anak. -WAYAN

Dimulai dari tapel utama atau kepala ogoh-ogoh. Tapel tersebut dibuat selayaknya dewa yang sedang murka dan berubah wujud menjadi raksasa dengan mata membelalak dan bersinar. Terdapat ornamen semacam urat otot di wajah namun dirancang lebih artistik alih-alih yang realis.

Pada bagian kepala ogoh-ogoh ini, yang mencuri perhatian adalah gelungan atau mahkotanya. Sebab, terlihat seperti akar pepohonan yang rapi terbentuk menjadi mahkota. Jelas Ableh, mahkota tersebut murni dibuat dari lintingan koran yang dikunci dengan plester.

Lintingan koran tersebut kemudian dibentuk sedemikian rupa dengan cara dilengkungkan, dispiralkan, dan lainnya sehingga membentuk gelungan yang ikonis. Metode ini pulalah yang digunakan untuk membuat ornamen lain seperti bebadongan, lelamakan, dan gegelangan.

“Kami sebelumnya sudah menyiapkan beberapa gambar untuk tapelnya itu sampai akhirnya pilihan jatuh pada tapel ini. Kemudian, kami berusaha semaksimal mungkin membuatnya benar-benar mirip dari gambar karena taksunya itu ada di tapel,” ujar Ableh.

Ogoh-ogoh Yama Raja selebar dua meter memegang senjata semacam gada ini dilengkapi sekitar 11 tapel kecil yang menempel di hampir seluruh sendi dan di bawah pusarnya. Meskipun kecil, detail dari tapel mini ini dibuat serius dengan aksen yang sama seperti gelungan tapel utama.

Kata Ableh, membuat begitu banyak tapel berukuran kecil inilah yang menjadi tantangan tersendiri dan memakan waktu cukup lama. Terlepas dari ukurannya yang kecil, detail yang dibuat pun terlihat lebih kompleks.

Foto: Detail tapel mini di sekitar persendian Yama Raja. -WAYAN

Selain ogoh-ogoh utama, di depan Yama Raja terdapat dua anjing pengawal berukuran 1,5 meter dengan pose tengah melompat. Bulu tipis kedua anjing itu terbuat dari serbuk kayu sehingga menyerupai tekstur aslinya.

“Konstruksi Yama Raja menggunakan besi silinder biasa. Kemudian untuk anjing pengawalnya menggunakan besi scaffolding. Karena kami memang tidak merancang ogoh-ogoh bergerak dari awal jadi cuma ada satu gerakan di mulut anjing dengan mesin power window,” papar mantan Ketua Panitia Ogoh-Ogoh ST Graha Tula tahun 2018.

Lebih lanjut Ableh menjelaskan bahwa yang masih menjadi pekerjaan rumah adalah improvisasi kepala Yama Raja khususnya penambahan rambut dan gelungan. Selain itu, panggung dengan konsep magma yang menyala pun masih dikebut.

ST Graha Tula yang bermarkas di Jalan Pulau Batanta nomor 41 ini menyebut Yama Raja harus sudah selesai pada setidaknya hari ini, Rabu (8/3/2023). Di samping itu, pengeluaran penggarapan ogoh-ogoh yang dipimpin oleh empat undagi ini dikunci pada Rp 20 juta.

“Pada saat tawur dan lomba desa nanti, kami siapkan kejutan berupa smoke pada panggung magma dan tentu mata yang berpijar serta mulut menganga dengan kilatan petir,” tandas Ableh.

Pencapaian tertinggi ST Graha Tula terjadi pada tahun 2018 dengan ogoh-ogoh mekanis bertajuk Visvarupa. Ogoh-ogoh ini menggambarkan asal muasal burung titir dan dara. Pada kala itu, ST Graha Tula berhasil menjadi jawara di Denpasar Barat. *rat

Komentar