nusabali

Inilah Juara Ogoh-Ogoh Mini Non-Mesin dan Mesin, Super Keren!

  • www.nusabali.com-inilah-juara-ogoh-ogoh-mini-non-mesin-dan-mesin-super-keren
  • www.nusabali.com-inilah-juara-ogoh-ogoh-mini-non-mesin-dan-mesin-super-keren

MANGUPURA, NusaBali.com – Setelah melewati rangkaian penilaian yang begitu ketat, Sabtu (4/3/2023),  I Putu Bayu Ambara Putra dinobatkan sebagai juara I Ogoh-Ogoh Mini Kategori Non-Mesin dengan total nilai 263.5, sedangkan gelar juara Ogoh-Ogoh Mini Kategori Mesin diraih Made Kawantara dengan total nilai 260.

Pada lomba ogoh-ogoh mini se-Provinsi Bali ini  juara II ogoh-ogoh mini kategori non-mesin diraih oleh Semeton Lagas dengan total nilai 262.5.


Juara III I Gede Gana Palguna Winayaka (251.5), Juara Harapan I  Lokalan Art (242), Juara Harapan II Seniman Musiman (232.5), dan juara Harapan III I Wayan Kevin Adnyana (223).

Selanjutnya, juara II ogoh-ogoh mini kategori mesin diraih oleh Bukan Teman Musiman dengan total nilai 249, dan juara III diraih  Tude Birendra (245.5). 

Terakhir, juara favorit ogoh-ogoh mini diraih oleh ST Sanggraha Yasa dengan total nilai 150.

Lomba yang diselenggarakan oleh Sekaa Teruna (ST) Jeladi Suta, Banjar Segara Kuta, Desa Adat Kuta, Badung itu diikuti oleh 21 peserta ogoh-ogoh mini kategori non-mesin dan 6 peserta ogoh-ogoh mini kategori mesin.

Juara I ogoh-ogoh mini kategori mesin, I Putu Bayu Ambara Putra menjelaskan proses pengerjaan karya ogoh-ogoh mininya ia buat sejak bulan April 2022 silam. 

Sebagai guru seni patung di Sekolah Seni Rupa Indonesia atau SMKN 1 Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bayu menjelaskan dirinya baru bisa menggarap ogoh-ogoh tersebut pada malam hari seusai mengajar.

Karya seni ogoh-ogoh mini tersebut  dikerjakannya  sendiri. Tentu saja kata dia, memiliki kesulitan dalam proses pembuatan ogoh-ogoh itu.

Mulai dari  membentuk anatomi dan proporsi dari ogoh-ogohnya.

Namun, dalam pembuatan tersebut ia terlebih dahulu membuat konsep yang dituangkan dalam bentuk dua dimensi berupa sketsa. 

Kemudian, jelas Bayu ia membuat skala perbandingan setiap karakter pada ogoh-ogoh mininya.

“Baru diwujudkan ke dalam bentuk tiga dimensi dengan cara membuat rangka. Untuk pembentukan dasar menggunakan kertas dan untuk pembentukan anatomi dasar menggunakan kertas yang digumpalkan. Finishing bentuk menggunakan clay berwarna coklat,” jelas Bayu ketika ditemui setelah pengumuman juara pada Sabtu (4/3/2023) sore.

Ogoh-ogoh yang ia buat berukuran 1 meter lebar 60 meter tersebut berjudul ‘Yamadipati’ yang merupakan dewa kematian atau dewa pencabut atma (nyawa, Red).

“Ketika menemui ajalnya dewa inilah yang akan kita lihat nantinya. Di sini saya memvisualisasikan Yamadipati beserta kendaraannya berupa kerbau hitam raksasa yang sudah dimodifikasi bentuk menjadi manusia kerbau atau inovasi bentuk,” jelas pria kelahiran 7 Juli 1997 ini.

Tokoh lainnya yang terdapat pada karyanya antara lain Dewi Yami yang merupakan istri dari Dewa Yamadipati. 

Lalu dua ekor anjing adalah anjing yang turut serta menjemput atma ketika Dewa Yamadipati melaksanakan tugas. 

Anjing hitam tersebut bertugas menjemput roh dengan karma buruk, sedangkan anjing putih bertugas menjemput roh dengan karma baik.

Ke depan, Bayu berharap dengan statusnya sebagai Guru Rupa Patung, dalam mengikuti gelaran lomba ini merupakan langkah awal bagi dia untuk dapat menjadi inspirasi bagi para muridnya agar bisa mengikuti jejaknya dalam berlomba.

“Semoga acara seperti ini tetap dilaksanakan karena ini merupakan wadah bagi para seniman muda khususnya di Bali. Para seniman itu akhirnya merasa terwadahi dan merasa ada yang menaungi mereka untuk berkreativitas,” harapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Juara I Ogoh-Ogoh Mini Kategori Mesin, Made Kawantara mengatakan senang dirinya didapuk menjadi juara I .

“Pasti bahagia dan pasti saya akan tetap belajar lagi untuk ke depan. Karena ini juga lomba pertama saya,” ujar pria yang akrab disapa De Ale itu.

Berbeda dengan ogoh-ogoh mini biasa, ogoh-ogoh buatannya dikombinasikan dengan teknologi digital yang mampu menggerakkan badan ogoh-ogohnya.

“Alatnya induk bawah itu menggunakan dinamo wiper mobil, lalu pada bagian kepala menggunakan alat swing AC. Untuk lama pembuatan konstruksi bangunan kurang lebih satu bulan. Lalu membuat body memerlukan waktu satu bulan dan untuk detail ogoh-ogoh kurang lebih satu setengah bulan,” terang De Ale.

Mengangkat tema tentang Api Takep Nyomia Butha Kala, ia berharap setiap orang dapat berpikir jernih setiap mengambil keputusan untuk diri sendiri dan lingkungannya.

Dikonfrimasi secara terpisah, salah satu juri, I Wayan Gede Kabar Indah menerangkan keunggulan para juara pertama pada gelaran ogoh-pgoh mini ini secara mutlak terlihat dari pandangan umum seperti anatomi dan keserasian keseluruhan objek.

“Semua rata-rata hampir sama, karena ini kompetisi jadi kami mencari yang baik dari yang terbaik. Saya berharap gelaran seperti ini lebih sering diadakan agar banyak generasi muda yang memiliki keterampilan yang sama untuk saling berkolaborasi dengan para seniornya,” pungkas Kabar Indah. *ris





Komentar