nusabali

Tampil Berpasangan, 22 Seniman Bapang Barong dan Makendang Tunggal Pukau PARASEN ISI Denpasar

  • www.nusabali.com-tampil-berpasangan-22-seniman-bapang-barong-dan-makendang-tunggal-pukau-parasen-isi-denpasar
  • www.nusabali.com-tampil-berpasangan-22-seniman-bapang-barong-dan-makendang-tunggal-pukau-parasen-isi-denpasar

DENPASAR, NusaBali.com – Lomba bapang barong dan makendang tunggal biasanya tampil dengan tarung bebas namun PARASEN ISI Denpasar memberi ruang para seniman muda untuk tampil dengan kemampuan terbaik lewat sistem berpasangan.

Sebagian besar lomba semacam ini mengadopsi sistem tarung bebas atau bertukar pasangan antara penari barong dan penabuh kendang. Sistem ini dinilai lebih sulit dan menantang. Akan tetapi, ajang Parade Seni Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) ISI Denpasar punya perspektif lain.

Perhelatan kedua yang digodok oleh lima program studi di bawah FSP ISI Denpasar ini enggan mengawinpaksakan peserta lomba dengan alasan mencari penampil terbaik. Dr I Ketut Garwa SSn MSn, Dekan FSP menuturkan, penampilan terbaik justru muncul ketika peserta tampil berpasangan.

“Kami mengarahkan agar perlombaan ini dilakukan dengan sistem berpasangan untuk mencari penampilan yang benar-benar optimal dari para peserta,” tutur Garwa yang juga juri kendang dalam ajang ini ketika dijumpai di sela acara pada Kamis (2/3/2023) di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar.

Selain dibuat berpasangan, materi yang ditampilkan dibuat lebih singkat yakni selama 13 menit dengan tambahan dua menit untuk bersiap. Untuk materi tarian barong pun diatur hanya tiga saja yakni bebarisan, goak macok, dan omang.

Materi goak macok pun dibuat tanpa pangandeng dan tanpa ngintip jangkrik. Setelah gending goak macok selesai, langsung diarakah ke gending omang. Oleh karena itu, dalam waktu dan materi yang dipadatkan ini, peserta ditantang memberikan yang terbaik.

“Dengan format berpasangan, mereka pasti sudah latihan intensif sehingga diharapkan mampu memberikan penampilan yang maksimal dan nyangklek (klop),” tegas akademisi Seni Karawitan ini.

Berangkat dari format perlombaan ini, kriteria penilaian dibuat lebih fokus kepada kemampuan peserta sebab konsentrasi peserta seharusnya tidak lagi terbagi ke pasangan penampil.

Misalnya untuk penari barong dibebankan empat kriteria seperti wiraga atau kreativitas, kompleksitas, dan sesaluk. Kemudian wirama, kemampuan teknik dan ketepatan tarian dengan aksen gending. Ada pula wirasa yang menjadi tolok ukur penjiwaan dan penghayatan penari selain beban ketepatan waktu yang sudah ditentukan.


Foto: Lomba bapang barong dan makendang tunggal PARASEN 2023 FSP dibuka oleh Dr AA Rai Remawa (kedua dari kanan), Wakil Rektor I ISI Denpasar. -WAYAN

Untuk penabuh kendang juga dibebani empat kriteria yang bukan saja mencakup nada tabuhan kendang tetapi juga gaya sang penabuh. Keempat kriteria itu adalah teknik yang mencakup sikap duduk, abah, gegedig, tetekes dan ketepatan pukulan.

Ada pula kreativitas yang menjadi nilai plus sebab menilai pola-pola angsel, malpal dan pengembangan pupuh. Selain soal ketepatan waktu, penabuh kendang juga dinilai soal ekspresi wajah, penjiwaan, harmonisasi, aksen bunyi kendang, kekuatan pukulan, dan tata busana.

Tidak tanggung-tanggung, semua kriteria itu dinilai oleh enam akademisi dan praktisi Seni Tari dan Karawitan yang berpengalaman bahkan menjadi legenda di bidangnya.

Selain Garwa, kelima juri itu adalah Prof I Wayan Dibia, I Gede Oka Surya Negara Msn, dan I Nyoman Muliana sebagai penilai bapang barong. Sedangkan untuk juri makendang tunggal terdiri dari I Wayan Sudirana PhD dan I Made Dwi Andika Putra MSn.

“Selain peserta utama dari penari barong dan penabuh kendang, ada peserta pelengkap dari masing-masing tim yakni dua juru tedung,” imbuh Pande Putu Thara Ari Putra, 21, Ketua Panitia PARASEN FSP ISI Denpasar ketika dijumpai di sela acara.

Jelas Thara, lomba bapang barong dan makendang tunggal serangkaian PARASEN 2023 ini digelar selama dua hari hingga Jumat (3/3/2023) esok dengan pengiring tabuh dari Komunitas Seni Taksu Agung.

Peserta yang tampil di ajang ini berasal dari berbagai daerah di Pulau Dewata dengan rata-rata usia 15-26 tahun. Sementara itu, mahasiswa aktif ISI Denpasar tidak diperbolehkan ikut ambil bagian.

Baik Garwa selaku Dekan FSP maupun Thara sama-sama berharap ajang ini dapat menjadi wadah pengembangan diri bagi seniman muda bapang barong dan makendang tunggal Bali. Juga, secara tidak langsung menjadi media diseminasi seni di masyarakat.

Selain itu, lomba bapang barong dan makedang tunggal adalah satu dari tiga perhelatan dalam PARASEN 2023. Ketiga perhelatan ini diharapkan bisa menjadi pemanasan sekaligus aplikasi teori manajemen seni yang didapat di kelas. Perhelatan selanjutnya yang masih menunggu adalah Dance Theater tingkat nasional.

Kemudian ditutup parade gong kebyar internal FSP yang diikuti lima program studi yakni Seni Karawitan, Seni Tari, Seni Musik, Seni Pedalangan, dan Pendidikan Seni Pertunjukan. *rat

Komentar