nusabali

APBL Bahas Strategi Ilmiah Penguatan Bahasa Lokal, Undang Pembicara Internasional dalam ICLL

  • www.nusabali.com-apbl-bahas-strategi-ilmiah-penguatan-bahasa-lokal-undang-pembicara-internasional-dalam-icll
  • www.nusabali.com-apbl-bahas-strategi-ilmiah-penguatan-bahasa-lokal-undang-pembicara-internasional-dalam-icll
  • www.nusabali.com-apbl-bahas-strategi-ilmiah-penguatan-bahasa-lokal-undang-pembicara-internasional-dalam-icll
  • www.nusabali.com-apbl-bahas-strategi-ilmiah-penguatan-bahasa-lokal-undang-pembicara-internasional-dalam-icll

DENPASAR, NusaBali.com - Asosiasi Peneliti Bahasa Lokal (APBL) Pusat menggelar International Conference on Local Languages (ICLL) pada Jumat (17/2/2023) di Universitas Warmadewa.

ICLL perdana ini menghadirkan empat keynote speaker alias pembicara kunci dari menteri hingga akademisi internasional. Ada pula lima invited speaker atau pembicara undangan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga akademisi ternama di bidang linguistik, sastra, dan budaya.

Pada kesempatan ini pula, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI, IGA Bintang Darmawati memberi pidato ilmiahnya secara virtual. Bintang Puspayoga membeberkan peran penggunaan bahasa ibu dalam konteks pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga khususnya anak.

Dua pembicara kunci lainnya adalah akademisi yang bermarkas di Amerika Serikat seperti Prof Clifton L Pye dari University of Kansas dan Prof Natalia M Filimonova dari University of Missouri. Sedangakan satu pembicara kunci lain berasal dari Jepang yakni Prof Yoshiko Kubota dari Waseda University.

Ketua APBL Pusat Prof Dr Made Budiarsa MA menuturkan bahwa pelaksaan ICLL 2023 ini tidak terlepas dari implikasi yang dihadapi oleh bahasa lokal masa kini. Purnabakti akademisi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana ini menegaskan pentingnya penguatan dan penggunaan bahasa lokal sebagai titik awal mempelajari ilmu pengetahuan.

Foto: Ketua APBL Pusat, Prof Budiarsa. -WAYAN

“Banyak bahasa lokal di Indonesia statusnya hampir mati karena perspektif penuturnya yang memandang bahasa lokal sebelah mata. Padahal starting point mempelajari apa pun itu mulai dari bahasa lokal bukan bahasa asing,” ujar Prof Budiarsa di sela konferensi.

Selain itu, bahasa lokal merupakan kekuatan Bangsa Indonesia. Sebab, bangsa ini memiliki lebih dari 700 bahasa lokal yang harus dijaga bersama sebagai kekayaan warisan leluhur. Sementara itu, secara keilmuan, dapat dilakukan upaya pelestarian dan pengembangan melalui penelitian. Hasil penelitian ini membuahkan strategi agar kekayaan bahasa lokal dapat dijaga dari kepunahan.

Sebagai negara yang terdiri dari ratusan suku bangsa, pemberdayaan bahasa lokal dan pemajuan bahasa nasional menjadi penting. Oleh karena itu, ICLL 2023 mengangkat tema Empowerment of Local Languages and Advancement of National Languages.

Kata jebolan doktor Universitas Gadjah Mada ini, bahasa lokal tanah air harus ditempatkan sebagai penunjang bahasa nasional. Sebab, untuk sama-sama menguatkan keduanya, bahasa lokal bisa dijadikan alat komunikasi domestik. Sedangkan bahasa nasional sebagai alat komunikasi pemersatu antarsuku bangsa tanah air.

“Melalui ICLL dengan pembicara internasional ini, kami ingin bergabung dan melihat bagaimana perspektif bahasa lokal di negara lain. Kalau ada strategi yang cocok untuk kultur bangsa kita, bisa diambil sebagai referensi,” tutur Prof Budiarsa.

Sementara itu, ICLL perdana ini sudah mampu menarik sedikitnya 300 peserta secara hibrida alias daring dan luring. Pada sesi pararel, terdapat sedikitnya 100 pemakalah terseleksi yang didominasi ilmu linguistik dan sastra. Namun, bentuk kajiannya sangat variatif mulai dari revitalisasi bahasa lokal hingga strategi penguasaan bahasanya.

Foto: Ketua Panitia ICLL 2023, Sri Jayantini. -WAYAN

Kajian-kajian tersebut karya peneliti dari berbagai daerah di Indonesia. Termasuk pula peneliti internasional yang bermarkas di Amerika Serikat, Argentina, Australia, Italia, Jepang, Timor Leste, Vietnam, dan India. Cakupan ini terbilang sangat luas sebab perkembangan APBL untuk sementara masih berada di Indonesia tengah dan timur.

Sebagian besar dari peserta dan pembicara termasuk pemakalah ini mengikuti ICLL secara virtual. Ketua Panita ICLL 2023 Dr IGA Sri Rwa Jayantini MHum membeberkan bahwa kajian yang didiskusikan melalui proceeding sesi pararel bakal dimuat dalam tujuh jurnal terakreditasi baik nasional maupun internasional.

“Untuk ICLL yang pertama ini merupakan hasil kolaborasi APBL sebagai penyelenggara, didukung oleh Universitas Warmadewa sebagai tuan rumah dan sebagian besar anggota APBL dari Universitas Udayana. Konferensi selanjutnya bakal membuka institusi lain untuk ikut berkontribusi,” beber Sri Jayantini dijumpai di sela konferensi.

Jelas Sri Jayantini, ICLL ini menjadi momentum dan wadah bagi para ahli bahasa dan ahli terkait untuk menyatukan visi. Diharapkan pemberdayaan, penguatan, dan revitalisasi bahasa lokal semakin mendapatkan ruang dan kiat yang strategis ke depan.

Prof Budiarsa selaku Ketua APBL menegaskan bakal memperluas cakupan kajian strategis bahasa lokal ini ke bidang budaya, pariwisata, dan lainnya. *rat

Komentar