nusabali

Bulan Bahasa Bali Desa Selat, Kolaborasi Apik Tingkatkan Kemampuan Nyastra

  • www.nusabali.com-bulan-bahasa-bali-desa-selat-kolaborasi-apik-tingkatkan-kemampuan-nyastra
  • www.nusabali.com-bulan-bahasa-bali-desa-selat-kolaborasi-apik-tingkatkan-kemampuan-nyastra
  • www.nusabali.com-bulan-bahasa-bali-desa-selat-kolaborasi-apik-tingkatkan-kemampuan-nyastra
  • www.nusabali.com-bulan-bahasa-bali-desa-selat-kolaborasi-apik-tingkatkan-kemampuan-nyastra

MANGUPURA, NusaBali.com – Bulan Bahasa Bali di Desa Pakraman Selat menjadi momentum kolaborasi untuk meningkatkan kemampuan bahasa, aksara, dan sastra Bali di kalangan krama desa.

Kolaborasi apik ini dibangun selama lima tahun oleh Desa Pakraman Selat dan Desa Selat. Secara prinsip, Bulan Bahasa Bali menjadi ranah desa adat. Namun, tidak bagi desa di wilayah utara Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung ini.

Seperti Bulan Bahasa Bali V Tahun 2023 ini, baik otoritas adat dan desa adat berbagi peran dan sumbangsih dalam upaya pelestarian dan pengembangan Bahasa Bali di Desa Selat.

Kata Penyuluh Bahasa Bali Desa Selat, I Putu Eka Mudiartika Yasa, 33, pemerintah desa ambil bagian dalam pembinaan selama bulan Januari lalu. Pembinaan tersebut dilakukan selama satu bulan penuh di Kantor Desa Selat.

“Ada kolaborasi dari adat dan dinas, di mana satu bulan penuh selama Januari lalu, peserta wimbakara dan festival dibina di Kantor Desa Selat,” tutur Eka ketika dijumpai di sela perhelatan Bulan Bahasa Bali Desa Selat pada Minggu (12/2/2023) siang di areal Pura Desa lan Puseh Desa Prakraman Selat.

Eka menuturkan bahwa di Desa Selat hanya ada satu sekolah dasar. Oleh karena itu, peserta dari kalangan pelajar belia dioptimalkan melalui seleksi peserta didik di SD No 1 Selat dengan dukungan penuh pemerintah desa.

Sementara itu, desa adat ambil bagian dalam penyelenggaraan wimbakara Bulan Bahasa Balinya. Dengan demikian, wimbakara ini tidak hanya sekadar lomba melainkan ajang unjuk gigi dan evaluasi dari proses pembinaan yang sudah dijalani selama satu penuh penuh.

Bulan Bahasa Bali di Desa Pakraman Selat dilakukan selama satu hari penuh. Ada empat wimbakara dan satu festival yang diselenggarakan. Di antaranya ada wimbakara nyurat aksara Bali tingkat SD dengan 15 peserta, ngwacen lontar kalangan usia 16-28 tahun dengan 5 peserta, MC mabasa Bali dengan 7 peserta, dan mastua Bali krama istri dengan 5 peserta.

“Ada juga festival nembangan Pupuh Ginada dan Mijil oleh tiga pasang peserta dari kalangan remaja. Karena jumlah pesertanya belum memenuhi syarat, nembangan pupuh ini kami jadikan festival saja,” ujar pria asal Tampaksiring, Gianyar.

Foto: Wimbakara nyurat aksara Bali yang diikuti pelajar sekolah dasar. -NGURAH RATNADI

Sebagai satu-satunya penyuluh Bahasa Bali di Desa Selat, Eka dibantu oleh rekan-rekannya dari desa sekitar di Kecamatan Abiansemal untuk menghelat acara ini. Setidaknya ada penyuluh Bahasa Bali dari Desa Blahkiuh, Bongkasa, Bongkasa Pertiwi, Jagapati, dan Sibangkaja yang turut membantunya.

Sementara itu, Bendesa Adat Selat IB Made Anom, 63, mengungkapkan bahwa sebagai otoritas yang ko-eksis dengan pemerintah desa, pihaknya tidak mau egois. Untuk kepentingan pemajuan dan pengembangan nyastra di Desa Selat, kolaborasi adalah yang paling utama baginya.

Oleh karena itu, desa adat dan pemerintah desa selama lima tahun ini selalu menyelenggarakan Bulan Bahasa Bali dengan sistem pada gelahan. Apabila pemerintah desa sudah ambil bagian untuk melakukan pembinaan, desa adat ambil bagian untuk perlombaannya, dan begitu pula sebaliknya.

“Bulan Bahasa Bali di Desa Selat memang sudah berjalan seperti ini. Kami berusaha untuk selalu berkolaborasi dengan desa dinas demi kepentingan desa,” tegas Bendesa Adat Selat yang juga mantan guru agama Hindu.

Perbekel Selat I Made Semawan, 54, menjelaskan bahwa pada hakikatnya pemerintah desa tidak berkewajiban melaksanakan Bulan Bahasa Bali. Namun, kesadaran manyama braya jadi dorongan utama. Sebab, untuk menghelat acara semacam ini juga memerlukan dana yang tidak sedikit.

“Kebetulan memang kami pemerintah desa diberikan kewenangan mengelola dana yang lebih besar dari desa adat. Oleh karena itu, kami tidak melihat ini urusan desa adat atau bukan. Yang terpenting sama-sama membangun desa, apa pun siap kami bantu,” tegas Semawan.

Kata kepala desa yang juga Ketua Forum Perbekel Kecamatan Abiansemal ini, langkah semacam ini juga didukung oleh kebijakan Pemkab Badung. Di mana, pemerintah desa diberikan kewenangan penuh mengelola dana dan anggaran selama tidak melanggar regulasi yang ada.

Semawan mengaku bakal lebih total mendukung kegiatan adat khususnya Bulan Bahasa Bali pada tahun berikutnya pasca pandemi ini. Pemerintah Desa Selat mengaku akan mengemas Bulan Bahasa Bali lebih meriah lewat festival apabila tidak ada alar melintang semacam pandemi maupun bentuk krisis lain.

Di lain sisi, Eka selaku Penyuluh Bahasa Bali Desa Selat mengungkapkan, potensi krama Desa Selat dalam hal aksara, bahasa, dan sastra cukup tinggi. Hanya saja memerlukan lebih banyak wadah dan kesadaran yang lebih tinggi dari krama untuk mengasah potensi tersebut.

Hal senada pun diungkapkan Bendesa IB Made Anom. Pimpinan adat dari kalangan warga Brahmana ini mengungkapkan, krama Desa Pakraman Selat memiliki potensi nyastra mumpuni apabila ajang semacam ini dijadikan momentum untuk mengasah potensi itu. *rat

Komentar