nusabali

Produksi Surplus, RI Kecanduan Impor Tepung Telur

  • www.nusabali.com-produksi-surplus-ri-kecanduan-impor-tepung-telur

JAKARTA, NusaBali
Indonesia rutin mengimpor tepung telur khususnya dari India. Ini aneh sih karena produksi telur di Indonesia berlebihan alias surplus.

Tidak percaya?, Menurut data Kementerian Perindustrian, produksi telur dalam negeri tahun 2021 sekitar 5,15 juta ton. Dengan kebutuhan 4,95 juta ton, ada surplus produksi telur di dalam negeri sekitar 200 ribu ton.


Sementara itu pada 2022, produksi telur berada di angka 5,57 juta ton, dengan tingkat kebutuhan 5,5 juta ton. Sehingga mengalami surplus 63.066 ton. Lantas kenapa harus impor tepung telur?

Ketua Umum Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) Pardjuni pun blak-blakan soal ini. Dia mengungkapkan bahwa alasan utama Indonesia masih kecanduan impor produk olahan telur itu karena harga telur di Indonesia yang masih terbilang tinggi dan fluktuatif atau tidak stabil. Sehingga untuk membangun pabrik pengolahan tepung telur di dalam negeri masih menjadi hal yang mustahil.

"Kita pun sebenarnya juga sudah rencana mau dibangun pabrik tepung telur, tetapi kan memang pabrik tepung telur ini juga memerlukan raw material yang juga harganya masuk. Kalau harganya sekarang di atas Rp20.000 per kg terus, atau di atas Rp22.000 per kg, saya kira pabrik tepung telur di Indonesia tidak akan jalan, karena costnya pasti mahal, HPP (Harga Pokok Produksi) nya tinggi. Dan harga telur di Indonesia masih fluktuatif, belum stabil," kata Pardjuni seperti dilansir CNBC Indonesia, Rabu (1/2).

Pardjuni mengatakan bahwa pihaknya sempat diundang dan bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada tahun 2021 lalu untuk membicarakan perihal rencana pembangunan pabrik tepung telur di Jawa Timur. Namun, rencana tersebut sampai dengan saat ini masih belum ada kabar terealisasikannya.

"Jadi, rencananya di Jawa Timur, disentralkan di sana karena memang sentral petelur ini mayoritas di Jawa Timur, itu yang akan dibangun. Tapi sampai hari ini saya belum dapat berita, apakah sudah selesai, apakah sudah produksi atau belum," ujarnya.

Adapun alasan kenapa sampai dengan hari ini rencana pembangunan pabrik tepung telur masih belum terealisasi karena, menurutnya, harga telur di dalam negeri yang masih mahal dan fluktuatif, jadi ketika harga telur sedang tinggi, mesin pengolah dari produk tersebut bisa saja berhenti beroperasi karena tidak adanya bahan baku yang bisa diolah.

"Masih fluktuatif. Jadi memang karena masih belum stabil ya. Artinya, pada saat tertentu harganya mahal, seperti kemarin harganya sampai Rp25.000 per kg, tapi pada saat tertentu sampai Rp15.000 per kg. Begitu telur mahal, mesin itu pasti berhenti," tuturnya. *

Komentar