nusabali

Kedux dan Gusman Sharing Ilmu Ogoh-Ogoh Bareng Yowana se-Denpasar

  • www.nusabali.com-kedux-dan-gusman-sharing-ilmu-ogoh-ogoh-bareng-yowana-se-denpasar
  • www.nusabali.com-kedux-dan-gusman-sharing-ilmu-ogoh-ogoh-bareng-yowana-se-denpasar

DENPASAR, NusaBali.com – Dua pelopor ogoh-ogoh masa kini di Pulau Dewata yakni Komang Gede Sentana Putra alias Kedux dan Gusman Surya berbagi ilmu berkreasi ogoh-ogoh.

Bertempat di Selasar Taksu Dharma Negara Alaya Denpasar pada Minggu (29/1/2023) siang, dua seniman ogoh-ogoh yang memiliki spesialisasi masing-masing ini duduk bareng perwakilan sekaa teruna se-Kota Denpasar.

Kedux sudah lama dikenal sebagai pelopor ogoh-ogoh yang memadukan unsur mekanisme teknis ke dalam rangka action figure raksasa ini. Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang dirinya yang juga seorang builder otomotif.

Sedangkan Gusman adalah pelopor ogoh-ogoh dengan spesialisasi detail anatomi. Kekhasan ini dipengaruhi oleh lingkungan di Tampaksiring yang seni patungnya dipengaruhi oleh karakter film Hollywood dengan ciri khas detail anatomi tubuh.

Tidak sekadar cuap-cuap, kedua maestro ogoh-ogoh modern ini merangkul perwakilan lebih dari 400 sekaa teruna di Kota Denpasar untuk praktik langsung.

Tema yang diangkat oleh talkshow dan edukasi yang digelar Pasikian Yowana Kota Denpasar ini adalah ‘Berkarya Asik dengan Non Organik’. Mengingat, Pemkot Denpasar tidak ingin membatasi kreativitas yowana sekaligus membuktikan kinerja tiga Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Denpasar.

Namun demikian, Wakil Walikota Denpasar Kadek Agus Arya Wibawa yang hadir dalam pembukaan acara menegaskan bahwa acara ini tidak mendorong yowana untuk menggunakan bahan non organik.

“Jangan salah kaprah, ini bukan untuk mengajak yowana untuk berkarya dengan non organik. Tetapi diperbolehkan karena di Denpasar sudah ada TPST,” tutur Arya Wibawa.

Sehingga pada Minggu siang itu, para perwakilan sekaa teruna diajak membuat rupa dengan medium styrofoam. Para yowana dibebaskan untuk berkreasi membuat bagian-bagian ogoh-ogoh. Entah itu tapel, tangan, kaki, maupun bagian-bagian lainnya.

Di hadapan para yowana, Kedux memulai lebih dulu. Styrofoam bervolume sekitar 40 x 30 x 30 cm itu diambil sekitar seperempat bagian memanjang. Dari seperempat bagian itu, dalam waktu kurang dari 30 menit, styrofoam berbentuk kotak itu sudah berbentuk kepala beranatomi manusia menjulurkan lidah.

“Kalau membuat bentuk tertentu dengan styrofoam jangan langsung masuk ke detail. Dipotong dulu sampai ketemu pola globalnya. Setelah itu baru kemudian dibuat detail,” ujar Kedux ketika berada di tengah-tengah yowana yang sedang menggarap bentuk bagian ogoh-ogoh dengan styrofoam.

Arahan dari seniman sekaligus builder otomotif asal Banjar Tainsiat, Desa Dangin Puri Kaja, Denpasar Utara ini merespons langsung dari dinamika di lapangan. Bahwa saat workshop menggarap styrofoam tersebut, kebanyakan yowana langsung membuat detail meskipun polanya belum muncul.

Setelah menyelesaikan demonstrasinya, rupa berbentuk kepala manusia menjulurkan lidah buatan Kedux itu kemudian diambil alih oleh Gusman. Kata pemuda asal Tampaksiring, Gianyar ini, ia bakal mendemonstrasikan langkah membuat detail anatomi dengan bantuan tanah liat khusus.

Tanah liat khusus atau terracotta clay tersebut ditumpuk di atas styrofoam yang sudah dibentuk, diampelas, dan dilapisi lem. Sedikit demi sedikit lapisan clay itu menutupi styrofoam dan memberikan kesan yang lebih hidup sebab detail yang sukar dijangkau styrofoam maupun anyaman bambu bisa dibuat dengan clay.

“Kami di sini tidak menggurui. Nanti kalau kalian ingin melihat apa yang kami buat bisa ke sini atau kami juga ke sana. Saling sharing,” kata Gusman sembari menggerakkan tangannya dengan ulet dan telaten.

Untuk diketahui, prosedur ogoh-ogoh raksasa di Kota Denpasar masih mengikuti aturan dari Pemerintah Provinsi Bali yakni berbahan organik. Namun khusus untuk ogoh-ogoh mini, Pemkot Denpasar memberikan kebebasan untuk menggunakan bahan apa pun termasuk non organik seperti styrofoam. *rat

Komentar