nusabali

Ayah Bunda Harus 'Cerewet' Supaya Buah Hati Tidak Telat Berbicara

  • www.nusabali.com-ayah-bunda-harus-cerewet-supaya-buah-hati-tidak-telat-berbicara

DENPASAR, NusaBali.com – Orangtua yang ‘cerewet’ pada tahap perkembangan mampu membantu buah hati memperkaya perbendaharaan kata dan kemampuan linguistik.

Anak-anak yang mengalami keterbatasan dalam berkomunikasi atau telat berbicara biasanya sangat dipengaruhi lingkungan. Semakin aktif orangtua merangsang memori linguistik, semakin cepat pula buah hati memulai pelafalan kata.

Dalam ilmu linguistik, dikenal istilah akuisisi bahasa. Fase ini terjadi pada usia anak-anak yang mana komponen tata bahasa universal mereka masih sangat aktif dan tajam.

Oleh karena itu, pada usia anak-anak inilah masa yang paling baik untuk mempelajari suatu bahasa. Sebab, penguasaannya akan lebih cepat akibat memori linguistik yang siap menampung kosa kata.

Begitu juga dengan mengajak anak berbicara sejak dini. Berusaha berkomunikasi dengan berinteraksi dan memancing buah hati untuk merespons pernyataan dan pertanyaan adalah cara mempertajam kemampuan berbahasa.

Pendiri Luca & Grey Kids Books Club Bali, Erni Yurnita, 33, menuturkan bahwa orangtua yang mampu bercengkerama dengan buah hati sejak dini akan mampu mengasah kemampuan bahasa. Oleh karena itu, orangtua setidaknya harus ‘cerewet’ sampai buah hati bisa mandiri atau sampai usia sekolah dasar.

“Berkomunikasi dengan buah hati bisa dilakukan dengan membaca cerita bersama. Selain mengasah kemampuan bahasa, aktivitas ini bisa membangun hubungan yang kuat antara buah hati dan orangtua,” ujar Erni ketika dijumpai di sela-sela acara Pasar Akhir Pekan di Plaza Renon pada Sabtu (28/1/2023) sore.

Aktivitas lain yang dapat menjadi perantara komunikasi dan interaksi antara anak dan orangtua adalah bermain game sederhana. Bisa pula dengan melukis bersama dan kegiatan lain yang dilakukan bersama.

Pada prinsipnya adalah orangtua bersikap ‘cerewet’ dalam hal ini terus menstimulasi agar anak mau merespons dengan linguistika verbal mereka sendiri. Langkah semacam ini harus dilakukan secara bertahap sesuai usia buah hati.

Buah hati dengan usia batita (bawah tiga tahun) hendaknya diberikan kegiatan yang menyenangkan dan sederhana, sembari orangtua memulai berkomunikasi dengan aktif. Kemudian mulai tingkatkan kompleksitas aktivitas tersebut ketika memasuki usia balita dan seterusnya.

“Kalau orangtua sibuk, biasakan anak dengan buku bacaan anak-anak yang memiliki kalimat pendek dan sederhana,” tutur Erni, wanita kelahiran Malang yang juga lulusan kebidanan.

Kiat semacam ini harus dipahami orangtua. Kata Erni, pada saat kanak-kanak, ia sempat dibacakan cerita oleh sang ayah. Hingga saat ini, ibu satu anak ini masih ingat pengalaman berkomunikasi lewat cerita dengan ayahnya itu.

Hal ini membuktikan begitu besarnya dampak dan kesan aktivitas bercerita sembari memperkuat hubungan orangtua dengan anak.

Sementara itu, salah satu orangtua yang berkunjung bersama buah hati ke booth Luca & Grey adalah Agung Alit, 33. Ayah satu anak ini berkunjung bersama putrinya yang baru berusia 2 tahun. Tampak, Alit dengan telaten mencerita kisah di dalam buku yang disediakan oleh booth Erni.

Erni pun mengungkapkan bahwa ayah adalah kalangan yang paling sering dan telaten dalam berkomunikasi bersama buah hati melalui cerita ketika membuka booth di mal. Penulis buku ‘Kisah Persahabatan Manusia dan Ular’ ini menuturkan ketika ibu sibuk cuci mata, sosok ayahlah yang bisa menjadi pemandu bagi buah hati.

Agung Alit pun tidak menampik bahwa di rumah ia sering membacakan cerita kepada buah hatinya. Ia pun sadar betul bahwa menjadi orangtua yang ‘cerewet’ berpengaruh besar terhadap kemampuan bahasa buah hati.

“Aktivitas bercerita ini sangat penting bagi anak-anak supaya mereka memiliki kata-kata yang banyak. Apalagi putri saya baru usia 2 tahun, dia perlu dikenalkan dengan kosa kata baru,” sebut Alit ketika dijumpai di sela-sela menemai buah hati membaca buku cerita.

Terbukti bahwa di saat usianya yang masih batita, putri Gung Alit sangat aktif dan sudah mampu mengenal dua bahasa, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Bagi ayah milenial ini, melatih buah hati berkomunikasi sama dengan meniti masa depan sang buah hati lebih cerah. *rat

Komentar