nusabali

Perwujudan Prabu Sri Jaya Pangus dengan Istrinya Kang Cing Wie dari Tiongkok

Budayawan Bicara soal Barong Landung yang menjadi Bukti Interaksi Budaya Bali-Tiongkok

  • www.nusabali.com-perwujudan-prabu-sri-jaya-pangus-dengan-istrinya-kang-cing-wie-dari-tiongkok

Jika di Bali utara sosok permaisuri dari Tiongkok dikenal sebagai Kang Cing Wie, cerita di Bali selatan (Nusa Penida), sosok permaisuri dari Tiongkok dikenal sebagai Ratu Onte.

DENPASAR, NusaBali
Keberadaan barong landung jadi salah satu simbol interaksi masyarakat Bali dan Tionghoa yang sudah terjadi jauh di masa lalu. Sepasang barong landung dipercaya sebagai perwujudan Prabu Sri Jaya Pangus dengan istrinya Kang Cing Wie dari Tiongkok.

Budayawan Bali, I Gede Anom Ranuara, menuturkan tidak bisa dipungkiri jika budaya Bali banyak mengadopsi budaya Tiongkok. Termasuk keberadaan sepasang barong landung berwarna hitam dan putih yang menggambarkan konsep Sudha-Mala, konsep serupa Yin dan Yang pada masyarakat Tionghoa.

"Sistem pemujaan di Bali, kata Ranuara, pada dasarnya pengemasan kepercayaan Mongolia (Tiongkok)," ujar budayawan asal Desa Kesiman, Denpasar ini kepada NusaBali, Minggu (22/1). Saat ini barong landung menjadi karya seni akulturasi yang sangat disakralkan. Keduanya kerap disimpan dalam area suci di dalam pura dan ditarikan dengan ritual suci khusus yang dilakukan oleh mereka yang telah disucikan pada hari suci tertentu.

Sejumlah daerah di Bali, memiliki ritual pengarakan barong landung mengelilingi sejumlah titik area dalam suatu daerah yang disakralkan dengan tujuan penyeimbangan/pembersihan energi jahat (tolak bala). Cerita yang banyak disampaikan terkait keberadaan barong landung di Bali banyak dikaitkan dengan kisah Raja Bali dari Kerajaan Balingkang dengan permaisurinya dari Tiongkok Kang Cing Wie. Namun Guru Anom menyebut ada dua konsep yang berkembang yang membangun keberadaan barong landung saat ini.

Jika di Bali utara sosok permaisuri dari Tiongkok dikenal sebagai Kang Cing Wie, cerita di Bali selatan (Nusa Penida), sosok permaisuri dari Tiongkok dikenal sebagai Ratu Onte. "Ada dua konsep akulturasi China-Bali selatan dengan China-Bali Utara," ujarnya menekankan. Selain barong landung, Guru Anom, sapaan akrab Anom Ranuara menyebut beberapa tradisi yang dilakukan masyarakat Bali saat ini juga terkait dengan kebudayaan Tiongkok.

Misalnya masyarakat Tionghoa mengenal perayaan akhir tahun yang disebut raja kuning. Masyarakat Bali ternyata juga memiliki tradisi mebanten ke lumbung yang mirip dengan tradisi raja kuning. "Kita ini penerus konsep-konsep Mongolia. Itu kita kemas dengan kearifan lokal yang ada. Misal konsep Yin dan Yang di Tiongkok, kita punya konsep Sudha-Mala," tambahnya.

Tradisi pada upacara penguburan atau pengabenan di Bali juga punya kemiripan antara Tiongkok dan Bali. Jika seseorang meninggal di Bali, barang-barang kesukaannya biasanya juga diikutsertakan untuk dikubur atau dibakar pada pengabenan. "Itu ajaran Mongolia seperti ditemukan di sarkofagus Tiongkok," pungkas Guru Anom. *cr78

Komentar