nusabali

Dikeramatkan Krama Setempat, Kerap Jadi Tempat Nunas Penerang

Dahan Pohon Randu di Pura Dalem Sukasada, Buleleng yang Patah Jelang Piodalan

  • www.nusabali.com-dikeramatkan-krama-setempat-kerap-jadi-tempat-nunas-penerang

Setiap ada kegiatan apapun yang menyangkut wewidangan desa adat, krama selalu matur piuning pada yang berstana di palinggih bawah pohon rangdu tersebut.

SINGARAJA, NusaBali
Dahan pohon randu yang tumbuh di jaba sisi Pura Dalem Desa Adat Sukasada di Kelurahan/Kecamatan Sukasada, Buleleng patah, Rabu (11/1) lalu pukul 16.20 Wita. Dahan sepanjang 15 meter dengan diameter 50 centimeter ini juga menimpa dapur pura dan gudang penyimpanan yang tepat berada di bawahnya. Hingga, Rabu (18/1) kemarin krama dan tukang kayu masih sibuk memotong dan membersihkan dahan pohon.

Kelian Desa Adat Sukasada, Jero I Putu Joni Sandiasa ditemui di wewidangan pura mengatakan bencana alam ini terjadi jelang puncak piodalan di Pura Dalem Desa Adat Sukasada yang jatuh setiap Redite Umanis Langkir, Minggu (15/1) lalu.

Saat kejadian Rabu lalu itu sejumlah krama saya (warga piket) sudah mulai melakukan aktivitas menyiapkan sarana prasarana upakara. Bahkan saat peristiwa terjadi puluhan krama yang sedang ngayah nunas (makan) di pawaregan (dapur) yang berada tepat di bawah dahan yang patah. Saat kejadian pun disebut sedang tidak ada hujan atau angin kencang. Dahan pohon yang melintang dari barat ke timur tiba-tiba saja patah. Namun beruntung 20 orang krama yang sedang makan selamat dan tidak ada satupun yang mengalami luka-luka.

“Kebetulan yang tertimpa pohon itu adalah bangunan yang digunakan tempat hidangan, krama saya habis mengambil nasi dan lauk lalu pindah ke sisi selatan untuk makan. Mereka sudah mendengar bunyi krepet-krepet, tetapi bingung mau lari ke mana karena tidak tahu dahan yang mana yang akan patah, mereka sudah pasrah tetapi syukur semua selamat,” ucap Jero Putu Joni.

Dahan pohon yang patah hanya menimpa sisi utara bangunan pawaregan (dapur) dan gudang penyimpanan. Peristiwa tumbangnya dahan pohon randu yang berusia ratusan tahun dengan tinggi 30 meter dan diameter 1,5 meter ini sudah terjadi 3 (tiga) kali. Karena sudah tua, sejumlah bagian dalam pohon mulai borok dan tidak kuat menahan dahan-dahan yang berukuran besar.

Atas kejadian tersebut pangemong Pura Dalem Desa Adat Sukasada melangsungkan upakara guru piduka di jeroan pura sehari setelah peristiwa itu, yakni Kamis (12/1) lalu. Krama memohon maaf kepada sungsungan dewa-dewi jika ada kesalahan yang diperbuat secara tidak sengaja. Krama desa pun mengakui bahwa pohon randu di jaba sisi Pura Dalem Desa Adat Sukasada adalah pohon yang dikeramatkan.

Setiap ada kegiatan apapun yang menyangkut wewidangan desa adat, krama selalu matur piuning (pemberitahuan dan memohon restu) pada yang berstana di palinggih bawah pohon rangdu. Termasuk meminta penerang (meminta cuaca cerah) untuk kelancaran kegiatan yang dilaksanakan. “Kami di sini memang mempercayai itu. Kadang seperti sekarang kalau ada kayu dan dahan yang tumbang dari pohon randu ini tidak ada yang berani meminta. Karena sudah kejadian cerita krama kami yang pernah meminta dahan patah atau rantingnya sekalipun dibawa ke rumah maka akan dicari dan di ketok pintu rumahnya oleh mahluk astral,” imbuh dia.

Sementara itu evakuasi dahan pohon yang patah, dilakukan sejak hari kejadian hingga Rabu kemarin. Krama Desa Adat Sukasada dibantu oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng dan PLN. Proses evakuasi pun dilanjutkan dengan pemotongan dahan yang berisiko tumbang. Hanya saja karena pohon randu terlalu tinggi belum dapat dilaksanakan pembersihan sepenuhnya.

Atas peristiwa itu, kerugian material yang dialami Desa Adat Sukasada sebesar Rp 75 juta, baik kerusakan fisik bangunan dan peralatan yang juga rusak tidak bisa dipakai kembali. “Peristiwa ini sudah kami laporkan ke BPBD, sudah dibantu juga dengan respon cepat dari BPBD dan PLN. Setelah nyineb (rangkaian terakhir odalan) malam ini (Rabu semalam) kami akan rembugkan rencana perbaikan, mudah-mudahan juga ada bantuan dari pemerintah,” harap Jero Joni. *k23

Komentar