nusabali

Semangat Ingin Kurus Setelah Ditinggal Istri ke Amerika

  • www.nusabali.com-semangat-ingin-kurus-setelah-ditinggal-istri-ke-amerika

Selama 2 tahun terakhir, Wayan ‘Jun’ Juniartha telah mengayuh sepeda sejauh 5.300 km untuk program turunkan berat badan. Tiga kali dalam seminggu, dia rutin bersepeda 25 km rute Jalan Gatot Subroto Denpasar-Sanur-Renon-Ubung

Kisah Wayan ‘Jun’ Juniartha, Jurnalis yang Sukses Turunkan Berat Badan hingga 50 Kilogram


DENPASAR, NusaBali
Di kalangan jurnalis, pejabat, seniman, tokoh masyarakat, hingga para aktivis di Bali, sosok Wayan Juniartha alias Jun, 45, sudah sangat familiar. Orang mengenal Jun sebagai jurnalis dan aktivis dengan ciri khasnya yang bertubuh gemuk dan kerap pakai kacamata hitam yang menempel di atas kepala plontosnya. Tapi kini, penampilan Jun jauh beda, lebih kurus, karena dia telah berhasil menurunkan berat badan hingga 50 kg pasca ditinggal sang istri ke Amerika Serikat.

Semula, Jun memiliki berat badan 145 kg, dengan tinggi badan hanya 165 cm. Dengan postur tubuhnya yang super subur seperti itu, jurnalis berusia 45 tahun asal Banjar Tegal, Desa Tulikup, Kecamatan Gianyar ini sangat berat melangkahkan kaki dalam dalam setiap aktivitasnya. Namun, karena kemauan kerasnya untuk tampil lebih energik, Jun mampu memangkas berat badannya hingga tinggal menjadi 95 kg saat ini---kalau dalam tinju amatis, masih masuk Kelas Berat.

Bahkan, NusaBali sempat terkecoh dengan penampilan Jun saat bertemu di sebuah warung makan yang menyajikan menu ikan laut di kawasan Niti Mandala Denpasar, Jumat (19/5) lalu. Karena penasaran, NusaBali berusaha mendekatinya sekaligus memastikan bahwa dia memang Jun. Ternyata memang benar dia adalah Jun, yang joke-jokenya kerap bikin Gubernur Bali Made Mangku Pastika terpingkal.

“Keren nggak aku sekarang,” ujar Jun sambil tersenyum, sembari menghirup rokok putihnya ketika NusaBali memperhatikan bodinya yang menyusut tajam. Selanjutnya, Jun penuh semangat menceritakan bagaimana usaha kerasnya untuk menurunkan berat badan hingga berhasil susut setengah kwintal.

“Aku bisa seperti ini setelah ditinggal pergi kurenanku (istri) ke Amerika. Dia sudah 2 tahun kuliah S3 di sana,” jelas suami dari Dita Cahyani ini mengawali perbincangan dengan NusaBali. Sang istri, kata Jun, menempuh program Doktor di University of California, Los Angeles, AS selama 5 tahun.

Jun mengisahkan, selama tak ada istri, dirinya bertekad harus selalu sehat dan tidak sampai masuk rumah sakit. Alasannya, nanti tak ada yang mengurus. Apalagi, dia juga harus mengurus buah hatinya semata wayang yang masih berumur 7 tahun, Padma Bumi.

Jun mengakui, selama memiliki bobot hampir mencapai 150 kg sebelumnya, kondisi tubuhnya tidak pernah fit. Selain sulit bergerak, dia juga sering mengantuk, termasuk saat siang. Dan, itu menggangu aktivitasnnya, apalagi Jun berprofesi sebagai jurnalis. “Dulu aku pasang tali sepatu saja sulitnya setengah mati. Jadi selama ditinggal kurenan ke Amerika, aku bertekad untuk hidup sehat, supaya tidak sampai masuk ke rumah sakit,” kenang pria kelahiran 13 Juni 1972 ini.

Awalnya, Jun tidak terlalu berpikir untuk menurunkan berat badan secara drastis hingga mencapai 50 kg. Semangat awalnya hanya ingin supaya kondisi tubuhnya tetap segar, bugar, dan tidak selalu merasa ngantuk. Nah, suatu saat, Jun bertemu dengan kawan lamanya, Marlow Bandem, putra dari budayawan Prof Dr Made Bandem, yang mempunyai hobi bersepeda.

Dari hasil obrolan dengan Marlow, Jun dianjurkan untuk ikut bersepeda karena akan membuat tubuh lebih bugar. “Aku bahkan dikasi sepeda sama dia (Marlow),” cerita Jun.

Gayung pun bersambut, Jun coba mengikuti saran Marlow. Jun sempat diajak ikut mengayuh sepeda bareng, ternyata Jun merasa ketagihan. Sebab, usai bersepeda, kondisi tubuhnya menjadi lebih bugar. Diam-diam, Jun pun memilih mengayuh sepeda sendirian setiap hari keliling Kota Denpasar. “Kini, ruteku bersepeda biasanya dari Gatsu (Jalan Gatot Subroto Denpasar)-Sanur-Renon-Ubung. Jarak tempuhnya sekitar 25 kilometer. Itu aku lakoni seminggu tiga kali,” beber Jun.

Bahkan belakangan, setiap akhir pekan Jun rutin mengayuh sepeda dari Denpasar hingga ke kawasan wisata Ubud, Gianyar. “Kalau ke Ubud, biasanya setiap hari Sabtu, jarak tempuhnya mencapai 45 km. Ya, sambil refreshing lihat-lihat pemandangan yang seger-seger,” ujarnya.

Berdasarkan catatan sejak memulai mengayuh sepeda sekitar 2 tahun lalu, Jun sudah menempuh jarak sekitar 5.300 km. Selain mengayuh sepeda yang diakuinya paling efektif menurunkan berat badannya, Jun juga mengatur pola makan dan rajin mengangkat barbel setiap hari.

“Biasanya, aku bangun pagi pukul 05.30 Wita, lanjut minum air putih, terus ngayuh sepeda. Kalau dulu, aku mengurangi makan nasi. Nah sudah sebulan belakangan ini, aku sama sekali tidak makan nasi, lebih banyak santap sayur dan buah,” kata Jun yang mengaku paling senang makan sayur gonda, bayam, dan kacang-kacangan. “Kalau buah aku senangnya buah pir,” imbuhnya.

Meski sudah mampu menurunkan bobot tubuhnya hingga 50 kg, namun Jun tidak berniat lagi menurunkan berat badannya di bawah 95 kg. “Dokter yang kebetulan saudara, sekarang mengawasiku. Aku disuruh menjaga berat badanku di kisaran angka 95 kg. Jadi, tak boleh turun lagi, karena katanya mempengaruhi jantung.”

Selain dokter, Jun juga kini diawasi oleh ‘jam ajaib’. Jam khusus ini bakal mengingatkan aktivitas Jun yang harus dan tidak boleh dilakukan. Misalnya, kalau Jun kurang bergerak, jam tersebut bakal berbunyi dan memintanya untuk bergerak atau berjalan kaki sesuai jarak yang tertera di jam itu. Demikian juga sebaliknya, jika kelebihan bergerak, jam tersebut menyarankan agar Jun beristirahat.

“Menurutku, untuk hidup sehat dan ingin menurunkan berat badan tidaklah sulit, kalau kita mau disiplin dan punya tekad yang kuat. Malah kini yang sulit membuat rambutku tumbuh, biar tambah keren,” kelakar Jun.

Menurut Jun, kondisi tubuhnya yang tidak lagi big size saat ini, bukan hanya membuatnya lebih segar, tapi dia juga tambah percaya diri. Dan, banyak hal yang unik dan menarik yang dirasakan Jun pasca berat badannya susut hingga 50 kg. Misalnya, soal baju dan celana yang dipakai.

“Seumur-umur, baru sekarang aku bisa beli baju dan celana di toko. Kalau dulu kan harus pesan atau jarit, karena tidak ada ada yang jual dengan ukuran badanku. Tapi sekarang gampang belinya, karena lingkar pinggangku sudah berkurang 13 cm. Jadi, ukuran celanaku sekarang 40, ya seperti ukuran orang normal dewasa,” jelas Jun. *isu

Komentar