nusabali

Kembalikan Kejayaan Jeruk Tejakula!

  • www.nusabali.com-kembalikan-kejayaan-jeruk-tejakula

Pengembalian ini kita lakukan agar keberadaan jeruk keprok Tejakula tidak punah. Sayang sekali kalau sampai punah karena jeruk ini punya kekhasan yang tak ditemukan di daerah lain. (Kadistanpangan Bali Wayan Sunada)

SINGARAJA, NusaBali

Selain dikenal dengan jeruk siam Kintamani (Citrus nobilis Lour.), Bali juga pernah punya jenis jeruk yang dikenal hingga mancanegara. Jeruk keprok Tejakula (Citrus reticulata var Tejakula) pernah tumbuh subur di Desa Tejakula, Desa Tembok, Desa Sembiran (Kecamatan Tejakula, Buleleng) dan sekitarnya. Sayangnya kejayaan jeruk keprok Tejakula sekitar tahun 1980an tersebut runtuh akibat penyakit CVPD (citrus vein phloem degeneration).

Setelah puluhan tahun bakteri penyebab penyakit yang juga disebut huanglongbing (penyakit naga kuning) tersebut diharapkan sudah sirna dari wilayah Tejakula. Upaya pelan-pelan menumbuhkan kembali jeruk keprok Tejakula di daerah asalnya mulai dilakukan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali.

Pada tahun 2020, Distanpangan Bali menggelontorkan 1.000 bibit jeruk keprok Tejakula kepada para petani di Tejakula. Bibitnya ditanam secara acak di lahan-lahan kosong milik petani di sana. Sejauh ini hasilnya lumayan bagus. Setelah hampir tiga tahun jeruk mulai berbuah tanpa menunjukkan gejala CVPD. "Dari segi pertumbuhan, sangat bagus. Tiga tahun sudah mulai berbuah. Kalau dulu, setahu saya lima tahun baru berbuah,” ujar Nyoman Adiatma, salah seorang petani jeruk di Tejakula saat dikunjungi rombongan Ketua TP PKK Provinsi Bali Ny Putri Suastini Koster, Kadis Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali I Wayan Sunada, dan akademisi pertanian Universitas Udayana (Unud) Prof Dr Ir Dewa Ngurah Suprapta, MSc, Rabu (11/1).

Adiatma mengungkapkan, pohon jeruk keprok di kebun miliknya bahkan sudah sempat panen dalam jumlah kecil. Sempat mencoba buahnya, dia mengatakan bahwa rasa jeruk keprok ini memang identik dengan yang dibudidayakan di era tahun 80an. “Rasanya sama, tapi yang ini kulitnya agak tebal,” imbuhnya sembari berharap pada panen berikutnya akan dihasilkan buah dengan kualitas lebih baik.

Kadistanpangan Bali Wayan Sunada menjelaskan, sulit untuk memastikan apakah penyakit CPVD sudah hilang dari Tejakula. Sebelumnya Distanpangan Bali belum berani menggerakkan petani menanam kembali jeruk keprok Tejakula karena masih dalam proses mensterilkan tanah dari bakteri penyebab penyakit CVPD. "Sebelum upaya ini dilakukan kita belum berani mencoba menanam, kita sterilkan dulu tanah itu. Mudah-mudahan tidak terserang CVPD lagi," ujarnya.

Sunada mengungkapkan sejauh ini pertumbuhan bibit jeruk cukup baik dan diprediksi buahnya sudah bisa dipanen dalam jumlah besar 2-3 bulan lagi. Dikatakan, pertumbuhan dan perkembangan 1.000 bibit percontohan ini akan dijadikan bahan evaluasi untuk pengembangan jeruk keprok Tejakula dengan skala dan cakupan yang lebih luas di tahun 2023. Untuk itu, tahun 2023 ini Distanpangan Bali rencananya akan menyebar 10.000 bibit jeruk keprok Tejakula lagi.

Sunada menegaskan, upaya ini dilakukan untuk mengembalikan jeruk keprok Tejakula yang pernah berjaya pada masanya dan menjadi salah satu ikon Kabupaten Buleleng. “Pengembalian ini kita lakukan agar keberadaan jeruk keprok Tejakula tidak punah. Sayang sekali kalau sampai punah karena jeruk ini punya kekhasan yang tak ditemukan di daerah lain. Ukurannya besar, warna kulit menarik dan rasa nano-nano (beragam)  yang sangat digemari,” jelas birokrat asal Marga, Tabanan ini. *cr78

Komentar