nusabali

Pasupati Gendongan Anyar, Krama Banjar Batanbuah Abiansemal Arak Kulkul Keliling Wewidangan

  • www.nusabali.com-pasupati-gendongan-anyar-krama-banjar-batanbuah-abiansemal-arak-kulkul-keliling-wewidangan
  • www.nusabali.com-pasupati-gendongan-anyar-krama-banjar-batanbuah-abiansemal-arak-kulkul-keliling-wewidangan
  • www.nusabali.com-pasupati-gendongan-anyar-krama-banjar-batanbuah-abiansemal-arak-kulkul-keliling-wewidangan
  • www.nusabali.com-pasupati-gendongan-anyar-krama-banjar-batanbuah-abiansemal-arak-kulkul-keliling-wewidangan
  • www.nusabali.com-pasupati-gendongan-anyar-krama-banjar-batanbuah-abiansemal-arak-kulkul-keliling-wewidangan

MANGUPURA, NusaBali.com - Krama Banjar Batanbuah, Desa Adat Abiansemal memasupati kulkul anyar pada Saniscara Kliwon Kuningan, Sabtu (14/1/2023) sore.

Bendesa Adat Abiansemal, I Wayan Sukarma, 56, menjelaskan bahwa penggantian gendongan alias kulkul ini dilakukan lantaran kulkul sebelumnya sudah usang. Kulkul berusia sedikitnya 55 tahun tersebut dikatakan sudah lapuk dan bunyinya sudah tidak sejernih dahulu.

“Kulkul yang baru ini terbuat dari kayu pohon intaran. Kedua kulkul tersebut, lanang dan istri, dipesan dari undagi kulkul di Batubulan,” ungkap Sukarma ketika dijumpai di sela-sela upacara.

Alat komunikasi tradisional ini peranannya sangat penting bagi kegiatan adat di Bali. Selain bagian dari Panca Gita yang dibunyikan pada saat pujawali, kulkul adalah sinyal ‘anti salah paham’. Pakem bunyi kulkul memberikan pesan dan informasi yang jelas bagi krama adat di Bali.

Oleh karena itu, penggantian kulkul di sebuah banjar adat adalah penggantian atau pembaruan spirit beradat itu sendiri. Sebab, kulkul adalah sarana kunci yang memanggil krama berkumpul untuk beradat dan beryadnya.

Foto: I Wayan Sukarma, Bendesa Adat Abiansemal. -NGURAH RATNADI

Jero Mangku Dalem Gedong, 40, mengungkapkan ada empat jenis banten yang dipakai untuk meresmikan kulkul tersebut secara niskala. Pertama adalah dua banten caru dengan ayam putih dan brumbun. Kemudian, ada banten pamlaspasan dan banten pasupati. Terakhir, ada banten pragembal sebagai banten piodalan dari kulkul tersebut.

Setelah diupacarai di Bale Banjar Batanbuah, dua buah kulkul yang terdiri kulkul lanang dan istri ini diarak oleh krama banjar. Arakan ini melewati wewidangan empat penjuru mata banjar adat. Uniknya, pengarakan dilakukan dengan menidurkan kulkul di atas sebuah tandu bambu dan iikat layaknya sebuah prosesi dalam pitra yadnya.

Arah arakan kulkul menggunakan tandu bambu ini pertama kali menuju uttara, kemudian ke arah daksina (selatan). Setelah itu, dilanjutkan menuju batas purwa (timur) banjar kemudian menuju arah pascima (barat) dan berakhir kembali di Bale Banjar Batanbuah.

Sembari diarak, kedua kulkul tersebut dibunyikan secara bergantian dan saling bersahutan. Pukulan pertama dimulai dari kulkul lanang yang diarak di belakang. Kemudian diikuti suara kulkul istri yang diarak di depan. Bunyi kulkul lanang terkesan lebih panjang sedangkan kulkul istri berbunyi pendek.

“Kulkul ini diarak karena merupakan kulkul banjar, skupnya luas yaitu wewidangan Banjar Adat Bantanbuah. Ini sudah menjadi tradisi,” jelas Jero Mangku usai menjalankan ritual pasupati.

Kata Jero Mangku, pengarakan kulkul ini dimaksudkan pula untuk mengenalkan spirit bunyi kulkul kepada karna (telinga) krama. Diharapkan anugerah taksu Sang Hyang Iswara dapat merasuki bunyi kulkul. Begitu kulkul ini nanti dibunyikan sekali dapat mengundang krama untuk berkumpul dan beryadnya.

Foto: Ritual pasupati dan pamlaspasan kulkul Banjar Adat Batanbuah. -NGURAH RATNADI

Usai diarak ke empat penjuru mata angin dan sampai di halaman Bale Banjar Batanbuah, kulkul tersebut lantas diberikan persembahan. Persembahan ini dilakukan tepat sesaat sebelum kulkul tersebut dinaikan ke bale pajenengan.

“Salah satu tanda keberhasilan pasupati kulkul ini adalah ada angin kencang yang datang tiba-tiba. Kalau tidak, akan ada hujan turun tiba-tiba,” cetus Jero Mangku. Dan benar saja, pada saat kulkul dinaikkan ke bale pajenengan, angin kencang datang tiba-tiba pada sore hari itu.

Sementara itu, Jero Bendesa Sukarma menegaskan bahwa
tradisi dan pakem peresmian kulkul anyar ini merupakan warisan tetua yang sudah dijalankan bahkan ketika ia masih belia.

Pasupati dan pemasangan kulkul baru due Banjar Adat Batanbuah ini dilakukan bertepatan dengan pujawali alit Pura Dalem Dwijendra. Kata Sukarma, berbeda dengan banjar lain yang memiliki Pura Melanting di bale banjarnya, Banjar Batanbuah memiliki pura yang berposisi di bale banjar dengan sebutan Pura Dalem Dwijendra.

“Nama yang tidak biasa untuk Pura Melanting ini muncul setelah dilakukan nunas baos (berkonsultasi secara niskala),” tandas Bendesa Adat Abiansemal asal Banjar Batanbuah. *rat

Komentar