nusabali

Ria Ricis Ajak Bayi Main Jetski, Psikolog Ingatkan Batasan dan Emosional Anak

  • www.nusabali.com-ria-ricis-ajak-bayi-main-jetski-psikolog-ingatkan-batasan-dan-emosional-anak

SEMARAPURA, NusaBali.com – Aksi Ria Ricis dan suaminya Teuku Ryan mengajak Moana, putrinya yang berusia 6 bulan bermain jetski terus mengundang kecaman. Bahkan media internasional ikut mempersoalkan ulah YouTuber dengan 30,8 juta subscribers tersebut.

Hal ini pun menimbulkan berbagai spekulasi orang awam yang tak tahu apakah kegiatan tersebut bisa melatih anak menjadi pemberani atau sebaliknya menjadi kegiatan yang malah membawa malapetaka. 

Psikolog Klinis Anak, Dewa Ayu Diah Tri Paramita Putri Nida S Psi M Psi mengingatkan ayah dan bunda agar mengetahui batasan kegiatan yang sepatutnya diberikan kepada buah hati kesayangannya.

Menurutnya, sangat penting bagi orangtua untuk mengenali emosi-emosi dasar anak dan memahami pasti ekspresi anak.

“Sebagai orangtua atau orang dewasa harus sangat sensitif melihat respons anak melalui gerakan tubuh ekspresinya atau gerakan badannya untuk mengetahui anak ini sudah mengekspresikan perasaan atau emosi yang dia rasakan,” ujar Dewa Ayu, Kamis (12/1/2023).

Dewa Ayu mengatakan, sebelum mengajak anak untuk melakukan berbagai kegiatan ekstrem, para orangtua harus memastikan anak sudah bisa menghandle berbagai kondisi psikologisnya. Bahkan ia menjelaskan kondisi emosional anak dengan orang dewasa sangat jauh berbeda.

Orang dewasa, kata Dewa Ayu,  bisa saja memanipulasi emosi sehingga merasa bahwa kegiatan tersebut memang hal yang tidak menakutkan tetapi dirinya merasa tertantang. Sedangkan pada anak-anak, ketika ia merasa takut ia hanya butuh rasa aman dan kenyamanan dari orangtuanya. 

“Jadi memang perbedaan perkembangan emosi bagaimana mengekspresikan dan meregulasi emosi itu sangat berbeda antara anak-anak dan orang dewasa,” jelas wanita kelahiran 16 November 1990 ini.

Melakukan kegiatan ekstrem seperti bermain jetski bersama anak di bawah umur satu tahun, kata Dewa Ayu,  sangatlah berbahaya karena secara fisik dan emosional anak tersebut belum siap. 

“Sehingga hal ini malah menyebabkan ketakutan karena over stimulation di mana pasti ketika bermain jetski hawa pantai itu juga sangat terik, kemudian juga dari suara mesin jetskinya. Sehingga jika dilihat secara keseluruhan dalam prosesnya terlihat terlalu banyak stimulasi yang tidak sesuai untuk usia anak di bawah usia satu tahun,” tuturnya.

Lantas, kegiatan apa saja yang aman untuk menumbuhkan kembangkan agar memiliki mental yang baik?

Kata Dewa Ayu, untuk memupuk keberanian anak sebenarnya bisa dimulai dari kegiatan-kegiatan yang sederhana dan tentu saja harus menyesuaikan dengan usia anak. 

Contohnya berani berbicara dengan orang lain atau berani memperkenalkan diri di depan orang. Sehingga keberanian tersebut tidak secara tiba-tiba menghadapkan anak pada suatu hal yang berbahaya sekaligus.

“Selain itu, untuk mengembangkan tumbuh kembang anak agar secara psikologisnya mental yang baik tentu harus menyesuaikan dengan tahapan perkembangan usianya dan sebelum sampai pada hal tersebut harus memperhatikan tumbuh kembangnya apakah secara fisik anak ini siap secara emosional,” jelas Dewa Ayu.

Wanita lulusan Magister Profesi Psikologi Universitas Indonesia tersebut menjelaskan untuk mengembangkan mental seorang anak justru harus didukung oleh lingkungan yang dapat membuat anak merasa aman dan nyaman untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. 

Jangan sampai, kata dia, orangtua justru menjadi sumber rasa tidak nyaman bagi anak untuk bisa bertumbuh secara mental. Dalam proses perkembangannya pun sebenarnya orangtua harus mengajarkan anak secara perlahan agar lebih berani mencoba hal-hal baru.

“Jika kita tahu anak dalam kondisi tidak nyaman, yang pertama harus kita lakukan adalah aware terhadap perubahan ekspresi anak. Caranya bisa dengan membedakan ekspresi wajah anak sehingga kita harus sangat sensitif melihat perubahan raut wajahnya dan juga perubahan gerakan tubuhnya,” tambahnya.

Dewa Ayu pun berpesan kepada seluruh orangtua, untuk tidak lupa akan tahapan perkembangan anak yang harus dilihat untuk menentukan kira-kira kegiatan apa yang dapat menstimulasi perkembangan anak.

“Jangan sampai hal-hal yang kita anggap aman dan nyaman, kita lakukan juga untuk anak kita karena anak kecil itu tidak sama dengan orang dewasa. Secara fisik dan emosional bahkan perkembangan otak yang belum berkembang dengan optimal sehingga dia tidak bisa melakukan kegiatan-kegiatan yang sama seperti orang dewasa,” urainya.

Sebagai orangtua, Dewa Ayu mengingatkan  yang paling penting adalah jangan hanya terpaku pada hal menarik buat kita, sehingga beranggapan baik dan menyenangkan untuk anak-anak. 

“Jadi untuk menjadi orang tua kita harus mengesampingkan ego kita sebagai orangtua untuk tahu bahwa kira-kira anak kita nyaman atau tidak,” pesan Dewa Ayu. *ris






Komentar