nusabali

14 Film Indie Diputar 8 Jam Non Stop di DNA Denpasar

  • www.nusabali.com-14-film-indie-diputar-8-jam-non-stop-di-dna-denpasar
  • www.nusabali.com-14-film-indie-diputar-8-jam-non-stop-di-dna-denpasar

DENPASAR, NusaBali.com – Sebanyak 14 film independen (indie) diputar dari pukul 10.00-18.00 Wita dalam gelaran Once Upon A Screen Vol 1 di Dharmanegara Alaya (DNA) pada Selasa (10/1/2023).

Sejumlah 14 film indie tersebut merupakan karya-karya sineas nasional dan daerah yang sudah memenangkan festival maupun yang baru dirilis.

Arya Artana, 25, pendiri Folklore Media dan penggagas kegiatan menjelaskan bahwa Once Upon A Screen (OUAS) Vol 1 ini merupakan wadah bagi komunitas film untuk bertemu, nonton bareng, dan diskusi seputar perfilman.

“Kami melihat permasalahan yang dihadapi komunitas film khususnya yang independen itu adalah soal publicist dan distributor. Harapannya acara ini bisa mewadahi komunitas film untuk bertemu dengan audiencenya,” tutur Arya ketika dijumpai di sela-sela acara.

Selama 8 jam penuh, film-film dengan rata-rata durasi 15 menit hingga 30 menit ini diklasifikasikan ke dalam beberapa segmen. Terdapat enam segmen pemutaran yang membawa semangat yang berbeda-beda.

Pertama terdapat segmen Parade Cerita Muda Berkarya yang merepresentasikan film karya pembelajar atau mahasiswa seni film. Kemudian ada segmen Parade Dokumenter Muda Berkarya dengan semangat yang serupa segmen pertama hanya saja berbentuk film dokumenter.

Terdapat pula karya dari pendiri Folklore Media dalam segmen Folklore. Tidak sekadar mencatut nama entitas penggagas acara, film-film Arya Artana dan kawan-kawan ini diangkat dari kisah rakyat Bali secara modern.

Selain itu, ada pula karya yang dikembangkan dari dinamika dan konflik kehidupan sehari-hari baik secara psikologis maupun metafisika dalam segmen Refleksi Cerita Diri.

Foto: Arya Artana, sineas dan pendiri Folklore Media. -NGURAH RATNADI

“Selain film-film indie, kami juga tayangkan film-film pemenang festival dan karya film dari sineas nasional. Ini sebagai motivasi dan petunjuk bahwa jika ingin mencapai posisi itu diperlukan kualitas film yang sedemikian,” ujar Arya yang juga alumni Institut Kesenian Jakarta.

Untuk memberi gambaran sebuah kualitas film festival, pemuda Bali yang dibesarkan di Jakarta dan Denpasar membeberkan bahwa dilibatkan pula karya-karya dari sineas pemenang Youth Sineas Award (YSA) dalam segmen Madyapadma Institute.

Selain dari sineas YSA, ada pula karya dari sineas yang berhasil masuk ke dalam Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF), Shortlist Festival Film Indonesia (FFI), dan festival film lainnya.

Salah satu karya sineas nasional yang diputar adalah Kama karya Esra Desvita. Film ini sudah diputar di JAFF dan masuk Shortlist FFI. Di samping itu pemeran yang terlibat adalah aktor dan aktris kawakan nasional seperti Arswendy Nasution, Jajang C Noer, Ibnu Jamil, dan Dhea Seto.

Meskipun memberikan banyak nilai lebih, OUAS Vol 1 ini dihelat secara gratis bagi pecinta film. Penonton hanya perlu mereservasi tempat duduk sebelum diizinkan masuk ke dalam ruang pemutaran film di Ruang Audiovisual DNA.

“Mengapa gratis, karena kami ingin membangun niat dari para komunitas ini agar bangkit dulu sehingga nanti ekosistemnya terbentuk, apalagi DNA ini masih gratis juga tempatnya,” ungkap Arya.

Ke depan, OUAS Vol 1 ini diharapkan bisa berlanjut ke Vol 2 dan seterusnya. Kata Arya, acara ini bisa saja dikembangkan menjadi festival film dengan fokus penyelenggaraan pada screening film.

Alumni SMAN 3 Denpasar ini mengungkapkan role modelnya dalam membuat acara ini adalah Jogja-NETPAC Asian Film Festival. Menurutnya, JAFF sudah mampu memutar film indie bukan saja setaraf daerah dan nasional, film indie mancanegara pun sudah dipertontonkan. *rat

Komentar