nusabali

Penyeberangan Selat Bali Buka Tutup

Akibat Cuaca Ekstrim, Kapal Cepat di Padangbai Hanya Shift Pagi

  • www.nusabali.com-penyeberangan-selat-bali-buka-tutup

Penundaan penyeberangan dilakukan karena cuaca ekstrim, khususnya terjadi angin kencang disertai gelombang tinggi yang membahayakan pelayaran.

NEGARA, NusaBali
Cuaca buruk menghantui aktivitas penyeberangan Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk di Selat Bali. Angin kencang yang berpotensi membahayakan pelayaran di perairan Selat Bali sempat memaksa pihak otoritas pelabuhan menutup penyeberangan pada, Kamis (5/1) malam dan Jumat (6/1). Sementara di Selat Lombok aktivitas penyeberangan masih normal. Hanya saja untuk operasional kapal cepat (fast boat) di Dermaga Rakyat Padangbai menuju Gili Trawangan sementara hanya diberlakukan shift pagi untuk menghindari gelombang tinggi di siang hingga sore hari.

Dari informasi yang dihimpun NusaBali, penutupan penyeberangan pada Kamis malam sempat diberlakukan hampir selama 2 jam mulai pukul 20.00 Wita hingga pukul 21.45 Wita. Sementara pada Jumat kemarin penyeberangan kembali ditutup selama 1 jam lebih mulai pagi pukul 10.20 Wita hingga siang pukul 11.35 Wita.

Koordinator Satuan Pelaksana (Satpel) Balai Pelaksanaan Transportasi Darat (BPTD) di Pelabuhan Gilimanuk, I Nyoman Sastrawan saat dikonfirmasi, Jumat kemarin mengatakan dua kali penundaan penyeberangan itu dilakukan karena cuaca ekstrim. Khususnya terjadi angin kencang disertai gelombang tinggi yang membahayakan pelayaran.

"Karena situasi angin membahayakan, kita tunda dulu penyeberangan," ujar Sastrawan. Saat penutupan penyeberangan pada, Kamis malam dan Jumat kemarin, Sastrawan mengaku kecepatan angin di perairan Selat Bali sempat menembus hingga 30 knot atau mencapai 55,56 kilometer per jam. Sementara ketinggian gelombang sempat mencapai sekitar 1-1,2 meter. "Kalau angin kencang, pasti gelombang juga tinggi. Untuk antisipasi penyeberangan ditunda, penumpang yang sudah naik ke kapal kita arahkan turun dari kapal," ucap Sastrawan.

Disinggung mengenai antrean kendaraan saat penutupan penyeberangan tersebut, Sastrawan mengaku tidak sampai memicu antrean panjang. Hanya terjadi antrean di dekat dermaga. Sedangkan untuk areal dalam Pelabuhan masih cukup lowong karena penumpang yang relatif sepi. "Tidak ada penumpukan. Setelah penyeberangan dilanjutkan, situasi kendaraan sudah kembali normal," ujar Sastrawan.

Menurut Sastrawan, buka tutup penyeberangan bisa saja kembali dilakukan menyangkut cuaca yang tidak menentu di Selat Bali. Untuk itu, pihaknya mengimbau agar pengguna jasa dapat lebih bersabar ketika terjadi penundaan penyeberangan yang diakibatkan gangguan cuaca. "Kalau cuaca tidak memungkinkan, penyeberangan akan ditunda. Kita utamakan keselamatan," pungkas Sastrawan.

Sementara pelayaran di tengah cuaca ekstrim di Selat Lombok dan bongkar muat di Pelabuhan Padangbai berlangsung lancar. Hanya saja KSOP (Kesyahbandaraan Otoritas Pelabuhan) Kelas IV Padangbai mengoperasikan kapal cepat di Dermaga Rakyat Padangbai menuju Gili Trawangan hanya memberlakukan shift pagi.

Kepala Kantor KSOP Pelabuhan Padangbai Ni Luh Putu Eka Suyasmin mengatakan berdasarkan ramalan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah 3 Denpasar, Selat Lombok bagian selatan kecepatan angin 4-20 knots per jam, bergerak dari barat daya menuju barat, dan tinggi gelombang 2,5 meter-4,0 meter. Sedangkan Selat Lombok bagian utara kecepatan angin 4-20 knots per jam, dan tinggi gelombang 0,5 meter-1,25 meter.

Dari 25 kapal yang ada dalam sehari selama 24 jam, sebanyak 13 kapal atau 13 trip yang dioperasikan, shift I pukul 08.00 Wita-20.00 Wita sebanyak 7 kapal, dan shift II pukul 20.00 Wita-08.00 Wita sebanyak 6 kapal. "Aktivitas penyeberangan di Selat Lombok dan bongkar muat di dua dermaga di Pelabuhan Padangbai, selama ini masih lancar-lancar saja," jelas Suyasmin.

Selama bongkar muat di dua dermaga katanya, tidak ada gangguan ombak pantai. Kapal yang berlayar rata-rata memerlukan waktu tempuh selama 3.5 jam hingga 4 jam.  

Hanya saja lanjut Suyasmin, operasional 17 kapal cepat atau fast boat di Dermaga Rakyat Padangbai menuju tiga gili di Kabupaten Lombok Utara, NTB, diberlakukan shift pagi. Begitu juga kapal cepat yang datang dari Lombok Utara, mesti datangnya pagi menghindari hadangan gelombang tinggi.

"Sebab, tinggi gelombang di atas 2,5 meter, sangat berbahaya untuk kapal cepat, itu kejadiannya di siang hari. Makanya pagi hari masih bisa beroperasi," jelasnya. Sebanyak 17 kapal fast boat yang beroperasi hanya shift pagi, dari Dermaga Rakyat Padangbai, menuju Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, NTB, sasarannya Gili Trawangan, Gili Air dan Gili Meno. Dampak dari cuaca di Selat Lombok kurang bersahabat, maka penumpang kapal cepat beralih naik kapal ferry di Pelabuhan Padangbai. *ode, k16

Komentar