nusabali

Patung Cili Simbol Kesuburan Bali

Yang Unik dari Koleksi Museum Bali

  • www.nusabali.com-patung-cili-simbol-kesuburan-bali

DENPASAR, NusaBali - Sebagai masyarakat dengan akar budaya agraris, konsep kesuburan sangat melekat pada kehidupan orang Bali. Simbol-simbol kesuburan bertebaran pada praktik-praktik hidup orang Bali yang bernuansa religius.

Menyelami makna kesuburan bagi masyarakat Bali itu, tak pelak akan bertemu dengan simbol berupa cili. Cili pada mulanya digambarkan dengan perempuan bermuka runcing kepala sedikit melebar kadang meruncing, telinga memakai anting besar (subeng), bentuk pinggang ramping, dari pinggang sampai kaki ditutup kain sehingga bentuk kaki tidak jelas. 

Gambaran perempuan cili seperti itu dapat ditemui pada perlengkapan upacara yadnya di Bali. Misalnya pada sasap, penyeneng, sampian gantung, lamak dengan hiasan cili, tutup sajen, gebogan, atau salang.
 
Simbol cili ini ditampilkan cukup lengkap di Museum Bali yang berlokasi di Jalan Mayor Wisnu Nomor 1, Dangin Puri, Denpasar atau di sebelah selatan Pura Jagatnatha Denpasar. Pada bangunan bernama Gedung Karangasem diperuntukkan khusus untuk menyimpan puluhan koleksi simbol-simbol cili. 


"Di Gedung Karangasem kita mengoleksi cili sebagai simbol kesuburan di Bali," ujar Kepala Seksi Edukasi dan Preparasi UPTD Museum Bali Paeno, saat ditemui, Jumat (16/12). 


Paeno menjelaskan asal kata cili di Bali memiliki banyak versi. Ahli bahasa asal Belanda Herman Neubronner van der Tuuk menyatakan cili berarti kecil seperti pada istilah rare cili atau mirah cili. Sementara itu pelukis Meksiko yang lama tinggal di Bali, Miguel Covarrubias menyamakan cili dengan Dewi Ibu. 

"Sebenarnya cili ini merupakan perwujudan dari Dewi Sri yang telah dikenal oleh seluruh Bangsa Indonesia sebelum menerima pengaruh kebudayaan Hindu. Dewi Sri adalah Dewi Ibu, Dewi Tanah (Pertiwi) lambang kesuburan karena melahirkan kehidupan," jelas Paeno.

Pemujaan kesuburan ini muncul dari perasaan takjub, heran dan rasa ketidakmampuan maupun keterbatasan manusia akan proses-proses alam yang terjadi misalnya proses kelahiran dan kematian, asal mula kehidupan. 

Paeno mengatakan, sampai saat ini cili masih berperan dalam kehidupan beragama dan kehidupan sehari-hari di Bali dalam upacara yang berwujud upakara terbuat dari lontar, janur, maupun tepung. Di tempat-tempat tertentu masih ada upacara khusus pemujaan Dewa Cili yang digambarakan sepasang Dewa Cili laki-laki dan perempuan. 

Bahkan dalam kehidupan sehari-hari secara lisan kalau memuji perempuan cantik disamakan dengan cili. "Jegeg cara cili (cantik seperti cili)," kata Paeno. 

Cili menjadi inspirasi besar dalam banyak bidang di Bali. Dalam bidang kesenirupaan cili telah memberikan inspirasi pada seniman untuk dijadikan tema-tema dalam karyanya, baik dalam seni lukis, patung, kriya, maupun seni rupa lainnya. 


Secara visual, wujud fisik yang ditampilkan dengan perwajahan segitiga, kepala lebar, memakai petitis, bibir tersenyum, memakai subeng, badong, badan ramping dan lain-lain, yang semuanya menarik untuk dikemas kembali dan dijadikan obyek sebuah karya seni. Oleh karena itu lahirlah cili-cili pengembangan yang diterapkan pada setiap pilah kesenirupaan.

Paeno mengungkapkan, bentuk cili dipakai dalam menghias bangunan tradisional Bali antara lain sebagai patung penjaga pintu (dwarapala). Selain itu patung cili difungsikan sebagai penutup atap (gebeh bale). 

Di samping berbagai pengembangan simbol cili tersebut, di Museum Bali juga terdapat sosok cili dalam bentuk patung Men Brayut yang dikelilingi oleh anak-anaknya. Diketahui, keluarga Brayut merupakan cerita rakyat Bali yang tertulis dalam gaguritan dengan pupuh Tikus Kapating (Sinom) koleksi Pusat Dokumentasi Kebudayaan Bali Nomor IVd 1399/14. 

Men Brayut diceritakan sebagai sosok yang menjadi simbol kesuburan karena dari rahimnya yang subur terlahir 18 orang anak. Bahkan ada tempat pemujaan Men Brayut di kawasan Candidasa, Karangasem berupa arca seorang perempuan yang sedang dikelilingi oleh anak-anaknya. 

Keberadaan arca Men Brayut tersebut menjadi salah satu bukti lainnya yang menunjukkan bahwa kesuburan adalah salah satu tema sentral kebudayaan orang Bali di masa lalu.7cr78

Komentar