nusabali

Mega ke Jateng Tanpa Gubernur Ganjar

Hasto : Hal Biasa, Sering Bertemu Kepala Daerah dari PDIP

  • www.nusabali.com-mega-ke-jateng-tanpa-gubernur-ganjar

JAKARTA, NusaBali - Setelah menghadiri pernikahan anak bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kaesang Pangarep dan Erina Gudono, Ketum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri bertemu dengan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka dan Ketua DPC PDIP Solo, FX Hadi Rudyatmo, Senin (12/12).

Namun, ada pemandangan tidak biasa, Megawati tanpa disambut dan didampingi kader senior PDIP yang juga Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Ketidakhadiran Ganjar dalam lawatan Megawati di Jateng menimbulkan banyak pertanyaan, mengingat Ganjar adalah salah satu kandidat kuat Calon Presiden (capres) yang akan berlaga di Pemilu 2024. Ganjar kini masih menunggu ‘restu’ dari Ketua Umum PDIP Megawati.

Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto menyatakan, pertemuan Mega dengan Gibran dan Hadi Rudyatmo adalah hal biasa dan rutin. Ketidakhadiran Ganjar bukan karena ada konflik atau alasan tertentu.

"Pertemuan Ibu Mega dan Mas Gibran kan dilakukan secara rutin. Ibu Mega sering bertemu dengan para kepala daerah dari PDI Perjuangan dan di situ Ibu Mega menyampaikan masukan-masukan. Ini bentuk perhatian Ibu Mega,” kata Hasto di sela-sela menjadi pembicara dalam seminar bertema ‘Teori Geopolitik dan Api Keislaman Soekarno’ di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Kamis (15/12) Hasto.

Hasto menjelaskan, setiap ke daerah, Megawati selalu melakukan semacam “scanning” atas wilayah itu. Begitupun saat ke Solo, karena berbarengan dengan menghadiri pernikahan Kaesang, Megawati juga melihat tata kota Solo, tanaman-tanaman, dan ruang publiknya. “Apalagi kota Solo juga pusat kebudayaan, sehingga dalam pertemuan itu Ibu Mega juga menerima laporan Mas Gibran dan Ibu Mega memberikan arahan terkait pertemuan itu,” kata Hasto.

Terkait Ganjar, menurut Hasto, Ganjar juga diperlakukan sama dengan Gibran maupun kepala daerah PDIP lainnya. Para kepala daerah itu selalu dididik sejak awal lewat Sekolah Partai. Kinerja mereka selalu dipantau pula dan didorong untuk memantapkannya. Khususnya menyangkut kebijakan PDIP agar para kepala daerah membumikan Pancasila melalui kebijakan yang kongkret, dalam pemberdayaan Wong Cilik.

“Karena PDI Perjuangan adalah partai yang melekat dari rakyat kecil, kaum marhaen. Sehingga kekuasaan harus diabdikan untuk pembebasan kaum marhaen. Jadi itulah yang didialogkan oleh Ibu Mega, ketika bertemu dengan para kepala daerah. Bagaimana kebijakan anggarannya, bagaimana dalam penataan lingkungan dan budayanya. Termasuk kebijakan legislasinya. Ibu Mega sangat detail sehingga dialog bisa berlangsung cukup lama," papar Hasto.

Disinggung, jika di Solo itu tidak ada Ganjar, melainkan ada Gibran dan FX Rudi, Hasto menegaskan kembali, hal itu biasa. “Itu biasa, kadang- kadang Ibu Mega dengan Pak Rudi. Kadang ibu dengan Wali Kota Solo, kadang dengan Pak Ganjar. Itu tak ada persoalan. Karena ketika itu, Ibu Mega kan datang ke Kota Solo. Tidak ke Semarang. Tidak ke Provinsi Jawa Tengah. Sehingga dialognya dengan Mas Gibran dan juga Pak Rudi,” ucap Hasto. *k22

Komentar