nusabali

Keistimewaan Beji Sudamala Desa Adat Penestanan, Pasimpangan Dewi Danu dan Mata Air Medal dari Selatan

  • www.nusabali.com-keistimewaan-beji-sudamala-desa-adat-penestanan-pasimpangan-dewi-danu-dan-mata-air-medal-dari-selatan

GIANYAR, NusaBali.com – Beji Sudamala di Banjar Penestanan Kaja, Desa Adat Penestanan, Desa Sayan, Kecamatan Ubud, Gianyar mempunyai daya tarik tersendiri. Beji dari Pura Pasimpangan Ulun Danu Batur ini memiliki mata air langka yakni medal dari arah selatan.

Mata air sebagian besar beji dan panglukatan di Pulau Dewata utamanya di selatan dataran tinggi Bangli, Karangasem, dan Tabanan memiliki kelebutan yang medal (muncul) dari arah utara dan timur. Namun, Beji Sudamala ini justru muncul dari selatan sehingga arah palinggih dan bejinya pun menghadap ke utara.

Jero Mangku Made Runia, 82, menjelaskan bahwa karena keistimewaan sumber mata air inilah para palingsir pada zaman dahulu mempercayai Beji Sudamala ini memiliki taksu sebagai mata air bertuah sekaligus beji Pura Pasimpangan Ulun Danu Batur.

Selain itu, dikarenakan Beji Sudamala ini adalah pabejian dari sasuhunan di Pura Pasimpangan Ulun Danu Batur yang berada di atas beji, maka yang dipuja pun adalah Ida Bhatari Danu. Dewi penguasa Danau Batur ini, kata Mangku Runia, dipuja para penguasa Kerajaan Ubud di pura yang dikenal saat ini di Penestanan Kaja sebelum berperang melawan Kerajaan Payangan.

Di samping dua keistimewaan itu, Mangku Runia membeberkan bahwa cukup banyak peristiwa yang sulit dijelaskan akal sehat terjadi di Beji Sudamala. Kejadian-kejadian tersebut berlangsung pada era awal Mangku Runia mengemban tugas pamangkuan yakni pada tahun 1957.

“Dahulu, awal-awal saya menjadi pamangku, warga banyak yang bilang pernah melihat sinar kebiruan di atas sumber mata air beji ini. Sampai-sampai sengaja saya datangi tengah malam ke sini,” ujar pamangku kelahiran 1940.

Foto: Jero Mangku Made Runia, pamangku Pura Pasimpangan Ulun Danu Batur, Desa Adat Penestanan. -NGURAH RATNADI

Samar-samar di ingatannya, saat itu Beji Sudamala masih belum tertata seperti sekarang. Lembah di sisi kaja kangin Bale Banjar Penestanan Kaja tersebut masih rimbun dan lebat dipenuhi pepohonan, dan belum ada anak tangga yang mudah dilalui seperti saat ini.

Namun, mata air yang muncul dari arah selatan itu sudah ada dan terus mengeluarkan sumber air hingga saat ini. Selain sinar kebiruan yang dilihat warga dan dipercayai sebagai bentuk validasi manifestasi Tuhan atas keberadaan Beji Sudamala ini, Mangku Runia sendiri pun pernah menemukan dua cicin di sumber air tersebut.

Pertama adalah cicin emas dengan soca (akik) berwarna putih. Berdasarkan pesan dari seorang anak lingsir kepada Mangku Runia muda saat itu, cicin tersebut pun disimpannya pada celah struktur atap bangunan Bali. Beberapa tahun kemudian, cicin tersebut hilang tanpa jejak padahal bungkus penyimpannya masih utuh di tempat yang sama.

Cicin kedua memiliki soca dengan serat merah, cincin ini dapat menyerap darah akibat luka. Cicin ini pun hilang ketika Mangku Runia membasuh tangan di area Beji Sudamala.

Banyak yang menyakini Beji Sudamala bisa jadi destinasi spiritual untuk individu dengan gangguan psikologi dan mimpi buruk, selain berbagai jenis permohonan tamba dari pamedek. Namun, Mangku Runia enggan mengiyakan ataupun menyanggah anggapan tersebut. Sebagai pamangku yang sudah ngayah lebih dari enam dekade, Mangku Runia enggan mengklaim.

Foto: Pancuran mata air Beji Sudamala yang keluar dari patung Ida Bhatari Danu. -NGURAH RATNADI

Akan tetapi, pamangku yang pernah bekerja di dunia pariwisata sewaktu masih belia ini mengaku pernah menghadapi individu dengan kasus gangguan psikologi dan mimpi buruk. Pertama adalah seseorang dari Tuakilang, Tabanan yang mengalami gangguan psikologi dan seorang teman kerjanya sendiri dari daerah Kecamatan Payangan.

“Yang dari Tuakilang ini seperti orang ka-hyang-an (disusuki), tiba-tiba makidung dan aneh-aneh, sampai-sampai mau naik palinggih di Pura Pasimpangan. Terus dia minta dupa, saya kasih dan sudah menyala. Itu lantas digosok pakai tangannya dan tidak apa-apa, dari sana saya yakin orang ini sepertinya benar ada masalah,” ungkap Mangku Runia.

Peristiwa ini terjadi sudah cukup lama di Pura Pasimpangan Ulun Danu Batur. Seseorang yang sedang ka-hyangan-an ini kemudian mewanti-wanti meminta sesuatu atau paica dari Pura Pasimpangan. Mangku Runia pun mencoba menuruti permintaan itu dengan meraba mulut palinggih namun hanya ditemukan uang kepeng biasa.

Uang kepeng itu pun diberikan kepada orang tersebut. Mangku Runia melihat orang itu begitu senang luar biasa ketika menerima uang kepeng yang ia anggap biasa saja. Sejak saat itu, orang itu dikabarkan sudah membaik dan sembuh. Ia pun sering tangkil dan mapunia ketika ada piodalan di Pura Pasimpangan.

“Terus ada teman kerja saya saat masih di Hotel Cahaya Dewata Kedewatan. Dia bilangnya mimpi jelek-jelek dan mendapat wangsit agar malukat di beji, saya iyakan. Astungkara katanya sudah membaik,” kata Mangku Runia yang saat ini dibantu oleh sang putra sebagai Jero Mangku Alitan.

Foto: Palinggih Beji Sudamala menghadap ke arah utara. -NGURAH RATNADI

Meskipun demikian, menurut Mangku Runia, selama ini kebanyakan pamedek yang tangkil berasal dari internal Desa Adat Penestanan saja. Paling ramai, Beji Sudamala ini dikunjungi pada hari-hari tertentu seperti kajeng kliwon dan hari raya.

Sejak pandemi Covid-19, yowana Penestanan Kaja mengambil inisiatif untuk menata Beji Sudamala agar lebih mudah dikunjungi pamedek. Lokasinya pun cukup mudah dijangkau. Sekitar 300 meter ke utara dari Bale Banjar Penestanan Kaja atau 500 meter dari The Mansion Ubud.

Pada saat penataan pun terjadi kisah menarik. Ketika para yowana membongkar tepian kolam pancuran, terdapat banyak belut keluar dari tanah. Anehnya, ada satu belut berwarna putih dengan ukuran paling besar ikut medal. Kehadiran belut yang tidak biasa ini pun membuat yowana heboh.

“Setelah beberapa saat, belut putih yang kabur ke arah timur menuju aliran sungai itu kembali lagi dan masuk ke dalam lubang yang ada di area mata air,” tutur Mangku Runia yang menemani para yowana saat melakukan penataan Beji Sudamala.

Selain itu, berbeda dari beji pada umumnya, pamedek yang tangkil tidak perlu basah-basahan untuk malukat. Lantaran, para pamedek yang tangkil hanya dipercikkan dan nunas tirta dari mata air Beji Sudamala. *rat

Komentar