nusabali

Antisipasi Inflasi Cabai, Pengaturan Jadwal Tanam dan Matanabe Diterapkan

  • www.nusabali.com-antisipasi-inflasi-cabai-pengaturan-jadwal-tanam-dan-matanabe-diterapkan

MANGUPURA, NusaBali.com – Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Badung I Wayan Wijana mengatakan bahwa pihaknya belajar betul dari pengalaman inflasi komoditas cabai dari tahun ke tahun.

Wijana menjelaskan bahwa pola inflasi komoditas cabai berlangsung pada bulan Juni, Juli, Desember, Januari, dan Februari. Dari tahun ke tahun, periode ini kerap kali terjadi kenaikan harga cabai yang cukup drastis karena hari raya dan perayaan akhir tahun.

“Kami betul-betul belajar dari pengalaman tahun sebelumnya bahwa setiap Juni atau Juli, kemudian Desember, Januari, dan Februari sering terjadi kenaikan harga komoditas cabai,” kata Wijana di sela-sela membagikan bibit cabai kepada warga Banjar Kuwum, Kerobokan Kelod, Kuta Utara pada Kamis (15/12/2022).

Untuk mengantisipasi inflasi komoditas cabai yang sudah terlihat polanya ini, mantan Camat Kuta ini menerapkan sedikitnya dua strategi yakni mengatur jadwal penanaman dan program Matanabe. Program Matanabe sendiri merupakan kiat melibatkan masyarakat untuk menanam cabai.

Matanabe mendorong masyarakat untuk menanam cabai di pekarangan sekitar rumah atau di lahan yang tidak terpakai. Wijana mengatakan bahwa sudah ada 30.000 bibit cabai disebar ke masyarakat Badung. Diharapkan bibit tersebut sudah menghasilkan cabai dan dapat dipanen pada Februari tahun depan.

Kemudian dari segi pengaturan jadwal tanam disesuaikan dengan bulan-bulan kemungkinan terjadi inflasi komoditas cabai. Oleh karena itu setiap bibit cabai yang ditanam diproyeksikan untuk dipanen dan didistribusikan pada periode di mana potensi inflasi terjadi.

Sepanjang tahun 2022, bibit cabai untuk penanaman terjadwal ini sudah disebar sebanyak 555.000. Dan saat ini, kata Wijana, 20 hektare cabai siap dipanen untuk mengantisipasi kenaikan harga cabai yang terjadi pada akhir tahun hingga awal tahun baru.

“Namun dalam pelaksanaan program ini ada dua hal yang menjadi kendala yaitu kelangkaan solar dan kenaikan harga pupuk,” ungkap Wijana.

Kenaikan harga pupuk akibat perang Rusia-Ukraina menyebabkan para petani menjerit dan mengganggu proses penggarapan pertanian cabai. Kata Wijana, harga pupuk sudah naik dua kali lipat yakni dari Rp 4.500 per kilogram menjadi Rp 12.500 per kilogram. Sedangkan kelangkaan solar menjadi tantangan untuk proses distribusi.

Komentar